Prolog

124 27 6
                                    

Kegelapan malam menjadi saksi bisu bagaimana matinya dua orang yang tersayang. Darah yang tercecer di tanah membuat rasa takut mulai menyelimuti. Malam kelam, Malam penuh darah. Dunia yang merenggut mereka dari seorang diri yang rapuh ini.

Dunia dan Alam baka, keduanya berbeda namun tetap satu. Kebersamaan dan luka.

Terimakasih telah menjadi keinginanku untuk hidup hingga saat ini. Aku sayang kalian.

-Exu Wolfenshire, 15 June

***

Langit cerah kini berganti menjadi malam kelam yang begitu menakutkan. Bagaimana tidak, pembunuhan terjadi di sebuah hutan tempat tinggal sebuah ras Werewolf.

Seorang anak lelaki dengan surai Ungu berteriak kesakitan. Dapat dilihat kaki dan tangannya banyak mengeluarkan darah. Rasa sakit, itu yang kini Ia rasakan. Perih sekali rasanya.

Sementara itu tepat di hadapannya, seluruh ras Werewolf sudah tergeletak tak berdaya karena kehabisan cairan merah pekat. Air mata mulai terjatuh dari mata ungu milik Exu.

Di umurnya yang masih 8 tahun harus menerima kenyataan ini. Bagaimana tubuhnya penuh luka sayat. Bagaimana dirinya melihat semua orang yang ia sayangi terkapar tak berdaya di tanah. Hal yang begitu memilukan.

Dunia seakan tak memberikan kesempatan untuknya. Kesempatan untuk berbicara kepada mereka semua. Kesempatan untuk hidup lebih lama dengan mereka semua. Kesempatan untuk hidup bersama dengan keharmonisan dan kebebasan.

"ARGGGHHHHHHHHH"

Hidup emang pahit, dunia memang kejam. Malam menjadi saksi bisu semua yang telah terjadi di kawasan hutan itu. Kewaspadaan yang menjadi pertahanan hilang. Darah mulai menutupi warna hijau rumput dan coklatnya tanah.

Teriakan kesakitan dan tangis. Semua menjadi saksi bisu bagaimana hidup terjadi saat ini. Semuanya telah rata, semuanya telah mati.

ʚ-ɞ

Kini, di sebuah hutan pedalaman. Terlihat bahwa seseorang tengah menangis. Tubuhnya penuh luka sayat. Baju yang ia gunakan terlepas. Dirinya merasa kesakitan di sekujur tubuhnya.

Anak itu kini menangis dan tengah berusaha untuk tak mengingat kejadian malam kemarin. Kejadian dimana dirinya sangat rusak.

Luka

Melodi yang bermain. Sebuah kerinduan yang tercetak jelas di pikiran. Kehidupan sudah dimulai. Suara teriakan terdengar jelas meraung raung memekakkan gendang telinga. Rasa sakit terdengar jelas.

Luka, apakah itu yang mereka rasakan?
Bagaimana rasanya?
Aku bertanya saat ini, kenapa?
Luka, bagaimana rasa sakitnya?
Apakah itu sangat pedih?
Entah lah, Aku tak mengerti....

Hari menjelang malam, sosok anak kecil itu tak beranjak dari tempatnya. Bagaimana beranjak, bergerak saja tidak. Sore berganti malam. Langit yang tadinya cerah berganti menjadi malam.

Anak lelaki itu sudah pasrah dengan apa yang ia lakukan sekarang. Matanya sudah sembab, dirinya menatap langit. Bintang bersinar terang di atas sana. Tangannya bergerak mengarahkan ke langit seolah ingin mengambil salah satu bintang tersebut.

'Apa yang terjadi? Aku bahkan tak tau, siapapun beri tau Aku, Aku ingin tau bagaimana kisahnya'

Melihat hal tersebut air mata kembali turun dari netral mata Ungu milik anak lelaki itu. Sungguh, sakit rasanya jika membayangkan.

'Ayah, ibu, kenapa dunia sekejam ini, Aku padahal ingin berbahagia dengan kalian. Aku ingin hidup bersama kalian, Aku ingin..... '

*//brug

Anak lelaki itu pingsan tak sadarkan diri. Dunia telah mengambil apa yang menjadi miliknya. Dunia telah merenggut kesadarannya. Sebuah cahaya putih keluar dari sang anak.

Dewi Vioshire. Siapa yang tidak kenal dengan dewi ini. Dewi yang menjaga kelangsungan hidup dari ras Werewolf. Namun, entah kenapa malam ini dirinya sangat sulit menjaga keberadaan itu.

Netral biru nya menatap sendiri ke arah lelaki kecil di depannya. Tangan putihnya bergerak mengelus surai Ungu milik Exu. Matanya mulai menangis. Kasihan. Itu yang ia rasakan saat ini.

Langit mulai menggelap. Langit mendung menandakan hujan akan turun. Dewi Vioshire segera membuatkan sebuah rumah kayu disana dan memindahkan Exu ke dalam rumah tersebut.

'Andaikan aku ada disini tadi, pasti kamu tidak akan seperti ini'

Elusan demi elusan lembut diberikan oleh Perempuan tersebut. Exu yang merasa nyaman pun terlelap lebih dalam lagi. Tatapan lembut pun dapat dilihat dari mata Dewi tersebut.

Sudah 2 jam Dewi tersebut berada di samping Exu. Tanpa sadar air mata Dewi Vioshire meluruh melihat kejadian yang dialami oleh anak ini. Bagaimana bisa ia tau? Karena beliau melihat lebih dalam ke arah mata milik Exu.

*/wush

Suara angin menerpa mereka berdua yang terlihat seperti seorang ibu dan anak. Sudah berjam jam waktu berlalu. Exu tak kunjung bangun membuat Beliau takut.

"Exu, bangun ya"

Setelah mengatakan itu Exu mulai terusik yang membuat Dewi tersebut bernafas lega. Exu mulai membuka matanya. Tak ada siapapun.

"Hoamhh, eh, dimana ini?"

Exu hanya celingak-celinguk memandangi sekitarnya. Dirinya hanya diam, bergelut dengan pikirannya.

'Siapa yang memanggilku tadi?'

Pikirannya kini tertuju pada suara yang memanggilnya dengan lembut. Suara yang membuat dirinya kembali rindu kepada ibunya. Suara yang membuat dirinya teringat dengan seseorang yang sangat ia sayangi.

=====

TBC

Hai Hai semuanya, ini cerita baruku, buat cerita sebelumnya gatau kapan akan aku up soalnya aku udah lupa sama alurnya.

Hehe, jangan lupa Vote and Comment yaw, tencuu ^^

His little StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang