[ p e m b u k a a n ]
serena kian mempercepat langkahnya, tidak berlari karena jarak tempat yang ia tuju tersisa beberapa meter lagi. langit mendung disusul curah hujan ramai, bergerombolan menemui bumi dan segala makhluk diatasnya.
akibat keteledorannya semalam, berakibat melupakan payung lipat yang selalu ia bawa dalam saku ransel, sebagai jaga-jaga ketika ramalan cuaca membelot dari jalur.
tidak sampai di situ, ia tertidur terlalu lama saat waktu istirahat hingga bel sekolah membangunkannya dari mimpi indah. serena tersadar langsung bergegas membereskan barang miliknya dan mengambil jalan terdekat menuju tempat les.
"mau kemana kakak cantik?!"
seruan nyaring itu berasal dari warung di seberang sekolah yang ramai diisi para murid dari sekolah yang serena datangi—lebih tepatnya, sekolah yang terkenal menghasilkan berandalan.
murid laki-laki yang berteriak sebelumnya, tertawa cengengesan, sedangkan teman di sebelahnya, menyeringai lurus ke arahnya, serena berusaha mengabaikan meski cemas merambat dirinya.
"terjebak hujan?"
suara berat tiba-tiba dari sebelah mengangetkan serena. membuat kejutan hingga spontan menoleh.
serena tidak acuh.
"dari smanda." murid laki-laki dengan kancing seragam terbuka memperlihatkan kaus hitam sebagai dalamannya, tidak berhenti. serena melihat perban membalut lengan laki-laki asing itu. "kenapa lewat sini?"
astaga, apa laki-laki ini bercanda?
serena menggeleng, berusaha untuk tetap tenang.
meskipun sekolah bintara terkenal karena mengerikannya, bukan berarti area di sekitarnya tidak boleh digunakan orang lain. toh, jalanan besar atau pun jalan tikus yang sebelumnya ia lewati bukan milik mereka. semua orang bebas menggunakannya.
langit semakin keras menangis, membuat panik serena menjadi. gadis itu berkali-kali mengecek ponselnya, menghitung berapa banyak waktu yang terlewat sia-sia kalau dirinya harus menunggu hujan berhenti.
"lo engga bawa payung?" tanya siswa laki-laki itu peka.
serena mengangguk. "iya, kelupaan."
keheningan beberapa detik sebelum hangat kembali setelah laki-laki itu bersiul keras, melihat ke arah parkiran sekolah yang masih terlihat karena pagar garis bercela. lalu tidak lama keluar tiga murid laki-laki lain menuju mereka. "kenapa, gata?
"tam, ambilkan payung," perintahnya.
serena mencerna bagian di hadapannya dengan baik, meski perempatan keningnya berkerut.
siswa bernama tama tadi kembali dengan payung putih transparan, memberikan benda itu kepada gata lalu meninggalkan mereka berdua di halte dan jalanan yang sepi. serena bahkan tidak menyadari kapan warung yang tadinya ramai kini sepi tanpa seorangpun tertinggal.
"ambil."
t-tunggu dulu.
laki-laki urakan itu mendekat, menarik tangan serena, menempatkan payung dalam telapak tangan yang dipeluk paksa.
"t-terus lo gimana?"
kekehannya membuat bingung serena lebih besar. "gue bisa lari."
"tapi kan lo yang punya payung."
siswa itu hanya mengangguk. seringai pada sudut bibirnya kian meninggi.
"kalau lo bisa ke sana, kenapa menetap disini?" dari suaranya, serena kesal dan bingung.
"karena gue mau ngobrol sama lo."
serena mengerjab. "hah?" jawaban kelewat santai dari gata seketika membuat otaknya blank.
"terima aja. lo butuh benda itu kan?" gata melirik payung yang serena genggam. "lo bisa pulang pake itu tanpa harus khawatir." gata menyorot penuh mata cokelat indah serena lebih dalam.
dengan payung ini serena bisa sampai lebih cepat ke tempat les. ia mungkin akan tetap terlambat, namun itu jauh lebih baik daripada dirinya harus melewatkan satu hari dan berakhir mendapat introgasi dari ayahnya.
"nama lo siapa?"
"serena." lagi, laki-laki di hadapannya sekarang membuat bingung serena. entah apa tujuan dari pertanyaannya, serena menjawab seadanya.
"sini pulpen lo." tangannya menjulur pada serena. segera serena membuka ranselnya, mengambil pulpen dari sana.
pulpen berwarna pink sudah beralih tangan. serena hanya tau nama laki-laki itu gata, ia menerimanya dengan baik.
gata mendekat lagi, memberikan garis tinta di telapak tangan serena. laki-laki itu tersenyum puas, menatap kembali manik indah serena.
"telepon gue buat kembaliin payung itu."
serena melirik telapak tangannya yang berisi nomor ponsel seorang gata. "gue pasti hubungi lo."
gata mengedikkan bahu. "oke, gue balik. lo jangan lama di sini, serena." selesai mengatakan itu, gata pergi, yang entah mengapa mengharuskan serena menatap punggung tegap itu menjauh dan menghilang dari pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
strawberries & cigarettes
Teen Fictionserena menginginkan kebebasan, dan mangata menjadi tujuannya.