.
.
"Hinata, bangun. Sekarang sudah hampir siang." Hikari membangunkan anaknya itu, ia membuka korden dan jendela hingga cahaya matahari masuk tepat mengenai wajah Hinata.
"Ibuu, Hinata masih ngantuk." Hinata berseru, seperti tersadar akan sesuatu ia memaksakan diri membuka mata.
Sepertinya ia pingsan lagi semalam.
Dan untunglah, ia terbangun dengan pakaian yang lengkap, dan dengan kasur yang kering.
Ia tak merasakan hal-hal aneh pada tubuhnya, ataupun rasa nyeri atau rasa sakit. Namun ia sadar jika bagian bawahnya terasa lengket dan tidak nyaman. Juga rasa penuh dan kembung seperti saat kemarin ia bangun.
Sepertinya Sasuke tetap melakukannya meski ia sudah tidak dalam keadaan sadar. 'Dasar iblis.' pikir Hinata.
"Emmm, bu, semalam ibu dengar suara aneh tidak?" Hinata bertanya pada ibunya yang tengah membersihkan lantai kamarnya.
Ibunya berfikir sebentar, lalu menggeleng. "Tidak, apa kamu mendengar suara aneh?" Tetiba sang ibu bertanya penuh rasa khawatir.
Hinata gelagapan, ia tak sempat memikirkan jawaban jika sang ibu bertanya balik. "Tidak sih, tapi sepertinya Hinata dengar suara berisik dari dapur. Jangan-jangan di rumah kita banyak tikus."
Kening Hikari berkerut, ia tidak tau jika di rumah mereka ada tikus. "Kalau begitu, nanti ibu beli jebakan tikus."
Hinata mengangguk. "Mmm, ibu." Ia berkata ragu-ragu. "Mm, bisakah ibu lihatkan tengkukku?" Ia bertanya.
"Tentu, apa ada yang sakit atau gatal?" Hikari mendekati Hinata, memeriksa tengkuk putrinya. Namun ia tak melihat apapun, terlihat normal sekali.
"Tidak ada apapun, tidak ada kemerahan juga kok. Apa terasa gatal atau sakit?" Hikari bertanya lagi, memastikan.
"Rasanya pegal sekali bu, sepertinya Hinata salah posisi saat tidur." Hinata berkata pada akhirnya.
"Tunggu sebentar, biar ibu ambilkan minyak gosok."
Hinata mengambil nafas panjang setelahnya, ia lalu melihat ke dadanya yang penuh lebam kebiruan, juga di lengan, perut dan paha. Namun sang ibu tidak melihatnya.
Ia mulai berpikir, apakah ia yang terkena halusinasi, atau ibunya?
Ia akhirnya menyudahi lamunannya, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang terasa lengket.
.
"Bu, bolehkah hari ini Hinata pergi ke perpustakaan kota?" Ia bertanya pada ibunya setelah ia pergi sarapan.
"Tentu, setelah ibu selesai menjemur pakaian kita akan pergi." Kata sang ibu.
Hinata tersenyum, mengangguk. "Kalau begitu, Hinata siap-siap dulu."
Hinata pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian dan ber siap-siap. Ia mengabaikan bekas gigitan Sasuke yang terlihat mengerikan.
Setelah sekitar limabelas menit, ia pergi keluar dan menemukan ibunya yang juga sudah siap untuk pergi.
Hinata selalu pergi kemanapun dengan salah satu anggota keluarganya.
Ibunya yang seorang ibu rumah tangga lah yang kebanyakan menemaninya, saat ia di sekolah menengah pertama dan menengah atas, Neji yang sering mengantar dan menjemputnya.
Tak pernah, bahkan sekalipun ia pergi sekolah atau kemanapun seorang diri. Dan ia pun tak pernah pergi lebih jauh dari sekolah.
Saat sekolahnya mengadakan studytour pun, ia tak pernah ikut. Saat ada kerja kelompok, ia tak pernah datang. Mereka yang datang ke rumah Hinata, dan tidak pernah lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride
FantasyHinata mengalami mimpi yang sama di sepanjang hidupnya, sepanjang yang bisa ia ingat.. Mungkin itu sekitar sepuluh tahun yang lalu, ketika ia berumur delapan tahun. Namun ia menyadari bahwa itu bukanlah mimpi biasa saat ia mengalami mimpi basah un...