Chapter 1 ֢

9 1 0
                                    

Brakk!!..

"Woaahhh!!!... "

Suara tepuk tangan dan seruan para pelanggan didalam kedai bir itu membuat beberapa warga yang berlalu lalang sedikit melongok lewat pintu kedai karena penasaran apa yang sedang terjadi didalam.

"Jadi, aku memenangkannya bukan? Cepat lah beri aku uang, aku sangat membutuhkannya sekarang, jangan mengelak lagi pak tua!", perempuan itu menatap pria tua yang dihadapannya, pria tua tersebut geram karena ia kalah dalam taruhan ini. Mereka meminum 3 gelas besar bir masing-masing, siapa yang bertahan lama akan memenangkannya dan akan mendapatkan uang. Perempuan tersebut memenangkannya, tetapi pria tua itu tidak ingin memberikan uang yang dijanjikan dari taruhan sebagai tanda kekalahannya.

Perempuan itu kesal lalu menodongkan pisau kecil ke arah dada kiri pria tua tersebut. "Kau harus menerima kekalahan ini, segera berikan uang nya atau aku akan menjual organ mu sebagai gantinya". Pria tua tersebut langsung memberikan uang yang disepakati, lalu meninggalkan kedai bir itu sambil berjalan sempoyongan karena mabuk.

Perempuan itu tersenyum senang, walau beberapa orang di kedai yang menonton teruhan tadi sedikit takut saat perempuan itu menodongkan pisau kecil ke pria tua tadi.

"JESSIE!!"

Perempuan yang memiliki nama itu pun langsung menoleh ke arah pintu kedai. Ya, perempuan yang mengikuti taruhan tadi bernama Jessie, Jessie Windson.

Pria yang memanggil namanya pun menghampiri nya lalu menarik lengan Jessie untuk keluar dari kedai bir tersebut. Pria itu adalah Enzo Nikolas, teman dekat Jessie.

"Berhenti mencengkram tangan ku, jika kulit ku lecet karena dirimu aku tidak akan segan untuk menyuruh mu membersihkan kotoran kuda, Enzo.", Enzo tidak peduli dengan omongan Jessie, ia terus mencengkram lengannya dan menarik Jessie untuk berjalan menuju suatu rumah kecil yang sudah ditinggalkan lama oleh pemiliknya.

Mereka masuk kedalam rumah itu, Enzo melepaskan cengkraman nya lalu menatap ke arah luar, memastikan bahwa keadaan aman dan tidak ada seseorang yang ikut mendengarkan mereka berdua berbicara. Walau pembicaraan mereka tidak penting.

"Kau tau? Aku menemukanya..", Ucap Enzo sambil mengeluarkan segulung kertas yang ia temukan disuatu tempat, lebih tepatnya ia menemukannya di kandang keledai. Kertas tersebut berisi poster lomba berkuda di Kerajaan Adarlan. Jessie hanya terdiam lalu memukul kepala Enzo dengan uang yang ia dapatkan tadi.

"Jangan membuat aku naik darah Enzo, kau tau? Jika kau bukan teman ku, aku akan senang hati untuk menyelupkan wajah mu kedalam kotoran kuda."

Enzo mengelus kepala nya, jujur itu sangat sakit.

"Tetapi aku bisa mengikuti nya!! Kau tau? Takdir Tuhan selalu berubah, jika aku menang aku akan diangkat menjadi kesatria kerajaan Adarlan. Kapan lagi kau mempunyai teman yang keren seperti ku, Enzo Nikolas! Hoho~", Jessie hanya memutarkan mata lalu menatap Enzo yang terus membanggakan dirinya sendiri.

"Kau menjadi kesatria? Kau menaiki kuda saja selalu jatuh, tidak usah aneh aneh, jika kepalamu terbentur dan lupa ingatan kau akan rugi, karena kau tidak dapat mengenali perempuan baik dan cantik seperti diriku lagi", Jessie menyelipkan rambut nya disela sela telinga sambil mengedipkan sebelah mata ke arah Enzo.

Enzo yang melihat nya pun berpura pura mual lalu ditatap tajam oleh Jessie. "Baiklah baiklah aku mengalah, tetapi aku harus tetap ikut perlombaan ini, aku bisa berlatih mulai sekarang", Enzo sangat antusias sampai tak berhenti melihat poster yang ia pegang.

Jessie menatap poster tersebut dengan penasaran, karena biasanya jika kerajaan Adarlan mengadakan perlombaan atau membutuhkan Ksatria pasti akan diumumkan dan beberapa pengawal, serta raja nya akan datang ke desa mereka, tetapi ini tidak sama sekali.

"Kau menemukannya dimana zo? Kau yakin dengan perlombaan itu? Aku curiga bahwa itu adalah perlombaan 2 yang tahun lalu", Enzo menatap Jessie lalu ia melihat lagi dengan teliti dan meyakinkan bahwa poster ini adalah perlombaan yang akan diadakan tahun ini juga.

"Sepertinya kali ini aku gagal, Siall!! Ini poster 4 tahun yang lalu", Enzo meremas kertas itu lalu membuang nya kesembarang arah dengan alis yang menukik, pria muda berumur 20 tahun ini sangat kecewa lalu menatap ke arah Jessie.

Jessie hanya menatap datar lalu mengedikkan bahunya. "Makanya jangan asal mengambil barang milik seseorang, kau mendapatkannya dari dinding dekat kandang keledai pak tua Haris bukan?"

Enzo hanya mengangguk lalu menghela nafas. "Mungkin lain kali..", Jessie mengangguk lalu pergi keluar dari rumah kosong itu dan meninggalkan Enzo sendirian didalam.

"Heyyy!! Jessie kau mau kemana?!"

"Menjual beberapa susu keledai ke pasar, ada apa?"

Enzo menghampiri perempuan yang lebih muda 1 tahun darinya dan Enzo menatap Jessie sambil menggaruk tekuk nya. "Aku ikut dengan mu ya hehe"

Jessie mengangguk lalu berjalan menuju kandang keledai miliknya yang tak jauh dari rumah kosong tadi, Jessie mengambil gerobak lalu mengikatnya di kuda hitam miliknya, Enzo ikut membantu mengangkat beberapa botol susu keledai ke dalam gerobak.

"Kau harus naik keatas kuda nya, aku akan berjalan kaki disamping mu", ucap Jessie sambil merapihkan sepatu boots miliknya. Enzo mengangkat kedua alisnya lalu menatap Jessie dengan tatapan herannya.

"Untuk apa? Kau perempuan harus naik keatas kuda, aku laki laki dan aku harus berjalan kaki saja", Enzo tidak terima dengan keputusan Jessie, Enzo tidak mau diledeki oleh orang orang. Perempuan harus di prioritaskan!!

Jessie menghela nafas lalu menatap ke arah Enzo "bukan itu yang aku maksud, kau harus berani menaiki kuda lagi, jika suatu saat ada perlombaan dadakan dari Kerajaan maka kau sudah siap, tidak perlu repot repot aku mengajari mu, cepat naik! Jangan khawatirkan aku, jika aku lelah aku akan naik ke dalam gerobak.."

Enzo hanya diam lalu menatap ke arah kuda hitam besar milik Jessie, jujur ia trauma, saat kecil Enzo pernah terlempar dari kuda dan masuk kedalam kotoran kuda..

"Baiklah, aku akan...mencobanya", Enzo menelan ludah, lalu berusaha melawan rasa takutnya, ia naik ke punggung kuda dengan wajah yang pucat dan tangan yang bergetar, Jessie hanya terkekeh pelan lalu ditatap tajam oleh Enzo.

"Tidak usah meledek diriku."

"Aku tidak meledek dirimu, kau tahu? Kau seharusnya memegang tali nya bukan memegang rambut nya, jika kau memegang rambut nya lalu saat kuda nya berjalan, rambut nya akan tertarik dan kuda itu akan melempar tubuh mu"

Enzo dengan panik ia langsung melepaskan tangannya, tidak sengaja saat melepaskan tangannya sedikit menarik rambut kuda itu. Kuda itu bersuara sangat keras karena kesakitan, tanpa sadar Enzo memeluk leher kuda itu sambil ketakutan.

Jessie tertawa hingga suara nya tidak terdengar, beberapa orang disana melihat Enzo yang memejamkan mata sambil memeluk leher kuda itu pun ikut tertawa, bayangkan tubuh besar Enzo dengan ukiran wajah yang tajam itu ketakutan sambil memeluk leher seekor kuda.

Enzo masih memejamkan mata sambil merengek bahwa ia ingin turun, Jessie berhenti ketawa lalu menepuk pundak Enzo. "Hey, cepatlah pegang talinya lalu jalan kan kuda nya"

Enzo membuka matanya lalu menatap datar ke arah Jessie yang masih menahan tawa karena tingkah konyol Enzo. "diamlah! Aku tau itu.. "

"Jika tau cepatlah jalankan kudanya"

"Berisik sekali"

Jessie mendengar ucapan itu langsung menatap tajam ke arah Enzo. Enzo yang menyadari nya pun langsung tersenyum lebar tanpa rasa bersalah. Jessie hanya menghela nafas lalu memberikan kode kepada Enzo untuk segera menjalankan kuda nya.

Enzo mengangguk, lalu ia menghentakkan kedua kakinya diperut kuda dengan pelan. Kemudian kuda mulai berjalan biasa, Enzo yang berkeringat dingin itu hanya bisa berharap dan memohon agar ia tidak dilempar oleh kuda besar yang Enzo tunggangin. Sedangkan Jessie mengikuti Enzo, ia berjalan disamping nya sambil memastikan bahwa semuannya aman.

Jessie WindsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang