Bab 1

171 28 7
                                    

Tahun ajaran baru, Sekolah Menengah Atas, Kota Beijing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahun ajaran baru, Sekolah Menengah Atas, Kota Beijing.

Iris hitam pekat menatap jendela tertuju kepada pohon rindang dengan seekor burung cantik berekor panjang bertengger di salah satu dahannya.

Alih-alih senyum manis yang ditampilkan menyaksikan pemandangan indah, pemuda itu malah menampilkan raut misterius tak terbaca lengkap dengan seringainya.

Tak lama, burung itu terbang jauh karena terkejut mendengar suara bel yang berdering kencang---menandakan waktu beristirahat.

"Haaahh ....  Melarikan diri lagi...," keluh remaja berusia 16 tahun yang saat ini duduk dikelas 2 menengah atas, Wang Yibo.

Dia segera bangkit dari kursinya, dan tak lama koridor dipenuhi siswa yang berjalan bergerombol, suara tawa berisik menghiasi perjalanan menuju kantin, seolah tak peduli, Yibo berjalan sendirian dan memilih meja paling ujung di kantin tersebut.

Dia mengeluarkan bekal yang dia bawa dengan hati-hati. Tak seperti biasanya Yibo akan tetap berada di kelas dan membuka makanannya di saat teman-temannya pergi keluar. Namun, akhir-akhir ini dia merasa terganggu dengan beberapa teman sekelasnya yang mencoba mendekatinya, entah apa tujuan mereka, Yibo merasa caranya sungguh mencurigakan.

Sepotong roti isi yang sudah mengeras tengah Yibo makan dengan lahap saat segerombolan anak menghampirinya.

"Wahh, lihatlah, kucing rumahan ini akhirnya keluar dari kandangnya." Sekelompok brandal sekolah menghampirinya.

Mereka berempat duduk di meja yang sama dengan Yibo. Tatapan mereka jelas tampak merendahkan juga mengejek. Entah ada masalah apa, ke-empat brandal itu selalu mencari masalah kepadanya. Padahal Yibo sendiri tidak mau repot-repot memperdulikan mereka.

"Yibo, aku dengar kau keluar bersama om-om kemarin. Pantas kau menolak Lusi hingga membuatnya menangis."

Seolah tak mendengar, Yibo mengabaikan perkataan mereka yang sungguh membuatnya muak.

"Omong-omong berapa uang yang kau dapatkan sekali kau menemani laki-laki itu?"

Yibo menghentikan kegiatan mengunyah makanannya. Kali ini dirasa mereka sudah melewati batas, dia letakan roti di meja dan memposisikan tubuh sedikit condong berhadapan, menatap langsung ke wajah Yuchen---orang yang barusan bicara.

Persekian detik lelaki itu merasakan ketakutan saat mata hitam kelam itu tertuju kepadanya.

"Mengapa menantapku seperti itu? Kau tidak terima? Selain wajah tampan dan tubuhmu, memangnya apalagi yang bisa kau jual!"

Bugh! Sebuah pukulan tiba-tiba mendarat di pipi orang tersebut.

"Brengsek! Kau berani padaku!"

Roti isi telah jatuh terinjak-injak, perkelahian di kantin pun tak dapat di hindari, Yibo melawan mereka seorang diri.

Seorang murid lainnya yang berada di lokasi segera bergegas melaporkan kejadian ini kepada guru dan berhasil melerai tepat sebelum Yibo babak belur dikroyok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CROSS THE LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang