"Kenapa kau sangat keras kepala, Mikey-kun!" Takemichi menatap sosok di hadapannya dengan air mata yang mengalir.
"Kau yang keras kepala. Sudah kubilang menjauh dariku!"
"Aku tidak bisa! Aku tidak akan menjauh sebelum aku berhasil menyelamatkanmu!"
"Jangan melakukannya hal-hal yang akan membahayakanmu, Takemitchy. Aku benar-benar tidak ingin melukaimu lagi." Mikey menunduk, kedua tangannya terkepal erat.
"Kau tidak, Mikey-kun. Kumohon, kembalilah."
"Jangan menyianyiakan hidupmu untukku, Takemitchy. Aku sudah tidak memiliki keselamatan lagi." Mikey berbalik, enggan menatap netra biru yang berkaca-kaca yang bisa membuat hatinya goyah.
"Jika kehidupan bahagia itu ada, maukah kau menjalaninya bersamaku, Manjiro?" Takemichi bertanya pelan.
"Hanya jika hal seperti itu ada."
"Mungkin, di kehidupan lain kita bisa melakukannya. Sampai jumpa di pertarungan nanti, Mikey-kun."
.
.
.
Takemichi dan juga Mikey berdiri saling berhadapan. Di belakang keduanya, anggota masing-masing geng menatap pemimpin mereka dalam diam. Pertarungan antara Kantou Manji dan Tokyo Manji generasi 2 benar-benar buruk. Toman jelas kewalahan karena perbedaan jumlah. Akan tetapi, pemimpin mereka yang tidak pernah menyerah membuat masing-masing orang juga masih bertahan hingga sekarang, bahkan jika tubuh mereka penuh luka.Semua orang memandangi dua sosok di depan mereka yang hanya saling menatap sejak beberapa menit yang lalu. Tidak ada satupun yang berani mengganggu pemimpin mereka.
"Kenapa kau kembali lagi, Takemichi?"
"Untukmu."
Keduanya kembali diam setelah percakapan singkat itu. Takemichi mendongak, menatap langit malam tanpa bintang.
"Kau benar-benar tidak mau kembali, Manjiro?" Takemichi kembali menatap Mikey yang hanya berdiri memandanginya dengan sepasang netra hitam yang terlihat kosong.
"Tidak."
Satu jawaban singkat sudah cukup untuk membuat Takemichi berhenti menanyakan hal yang sama lagi–karena Takemichi sudah bersumpah bahwa jika kali ini Mikey masih menolak, maka dia akan menyerah.
"Begitu," bisiknya sembari menundukkan kepala.
Takemichi menghela nafas pelan sebelum akhirnya mulai melangkah mendekati si Mikey yang tak terkalahkan. Semua anak buah masing-masing jelas memasang posisi siaga, siap untuk pertarungan selanjutnya.
Akan tetapi, apa yang terjadi justru tidak seperti yang mereka kira. Di tengah-tengah anggota geng, Hanagaki Takemichi melepaskan selempang putih miliknya, berdiri di belakang Mikey, lalu memakaikan selempang itu kepada sang pemimpin Kantou Manji– yang mana juga mantan pemimpin Toman.
Semua orang jelas terkejut. Bukan hanya karena apa yang Takemichi lakukan, tapi juga karena Sano Manjiro sendiri hanya berdiri diam, tidak melarang ataupun memukul si Pahlawan Cengeng.
Takemichi menepuk pelan selempang putih itu, lalu kembali berdiri di depan Sano Manjiro.
"Aku akan menanyakan hal ini untuk terkahir kalinya, Mikey." Takemichi menatap Mikey yang masih diam. "Apa kau benar-benar tidak ingin kembali?"
Si pemimpin Kantou Manji tak sekalipun merubah raut wajahnya saat menjawab. "Tidak."
"Kau tidak ingin diselamatkan?"
"Aku sudah tidak memiliki keselamatan, Takemitchy."
"Begitu." Setetes air mata terjatuh begitu saja. "Jika kehidupan bahagia itu ada, aku benar-benar ingin kita bersama."
"Hn." Mikey menunduk, enggan menatap Takemichi yang meneteskan air mata. "Mungkin di kehidupan lain kita bisa," bisiknya.
Takemichi tersenyum tipis. Dia mengusap air mata di pipinya, mundur selangkah, lalu membungkuk kepada Mikey dengan kedua tangan di belakang punggung.
"Otsukaresama desu, Shachou!"
Angin menerbangkan surai keduanya. Di antara tatapan keterkejutan semua anggota geng, Takemichi tetap membungkuk selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali berdiri tegak. Dia berbalik, tersenyum dan menatap para anggota Toman generasi dua.
"Pertarungan selesai! Kantou Manji menang. Mulai sekarang, Toman generasi dua resmi dibubarkan!"
Gumaman terdengar di seluruh arena pertarungan. Akan tetapi Takemichi tetap memasang senyum di bibirnya. Dia menoleh ke belakang, menatap Mikey untuk yang terakhir kalinya.
"Maaf karena tidak bisa memenuhi janjiku, Mikey. Tolong, hidup bahagialah."
Takemichi pergi dari tempat itu, diikuti seluruh anggota Toman yang hanya bisa mengikuti pemimpin mereka dalam diam.
Mikey mendongak dengan mata terpejam. Tangannya terulur untuk menyentuh selempang putih di bahunya.
'Jangan minta maaf, Takemitchy. Kau tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Itu aku,' ucapnya di dalam hati. 'Semoga kita bisa bersama di kehidupan yang lain.'
Hujan turun dengan deras, mengakhiri konflik antara Kantou Manji dan juga Toman.
–In another life, maybe we could be together–
"Kau melamun lagi?"
Seorang laki-laki bersurai hitam dan mata biru menghampiri kekasihnya yang tengah melamun sembari memandangi hujan. Tangannya menyodorkan segelas cokelat panas yang langsung diterima oleh sang kekasih.
"Ada yang mengganggumu? Mimpi itu lagi?"
"Entahlah." Sosok laki-laki dengan surai pirang itu terus memandangi hujan. "Apakah menurutmu itu seperti kehidupan lain? Sesuatu seperti kehidupan kita sebelumnya?
"Mungkin? Siapa yang tahu." Si pemilik mata biru mengangkat bahunya acuh.
"Tapi jika memang seperti itu, aku bahagia." Dia tersenyum dan menoleh untuk menatap kekasihnya. "Karena walaupun semua berakhir buruk di sana, setidaknya di kehidupan ini kita bisa bersama dan itu sudah cukup untukku."
Senyumannya menular pada si pirang. Dia meletakkan gelasnya di pinggir jendela, lalu memeluk sang kekasih dan mengecup bibirnya.
"Terimakasih. Aku benar-benar bahagia memilikimu di kehidupan ini, Takemitchy."
End...
6 Juni 2024Btw, itu yang kalimat "otsukaresama desu, Sachou" udah bener belum sih? Takut salah aku, soalnya nggak paham bahasa Jepang. Itu hasil nge-google dan mengulang scene yg ada kalimat itunya😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe In Another Life(✔)
Short Story|Maitake [7] 📍one-shoot . . "Jika kehidupan bahagia itu ada, aku harap kita bisa bersama." Mikey menatap sosok di depannya dalam diam sebelum akhirnya berbisik, "Hanya jika hal seperti itu ada." "Mungkin di kehidupan lain kita bisa." . . 📍Kar...