"Sudah saya bilang, kenapa kalian selalu aja bandel hah?!" Suara Bu Henny menggelegar di sudut koridor dengan berkacak pinggang menatap dua siswa yang sedang terciduk membolos jam pelajaran.
"Kamu juga, ibu sudah menyuruhmu untuk fokus belajar, olimpiade matematika akan berlangsung bulan depan," paparnya menatap Candra.
"Masih lama juga Bu." Jawab Candra santai.
Bu Henny menatap Candra garang. "Ini pasti kamu bergaul sama Padil jadi ketularan malas,"
"Padil lagi Padil lagi. Nama saya Fadli, Bu!" beber Fadli sebal.
"Kalian berdua ibu hukum bersihkan seluruh koridor sekolah setelah pulang hingga bersih!"
"Ayolah Bu, masa hukumannya itu sih?"
Bu Henny menatapnya dengan tajam. "Oh, berarti kamu mau nambah hukumannya?"
"Nggak mau. Iya, iya ngepel koridor aja deh,"
***
Suasana hari ini begitu mendung, beberapa siswa pun bergegas untuk segera pulang sebelum hujan turun. Aira membereskan semua perlengkapan tulisnya.
"Jangan hujan dulu dong." Gumamnya menyelusuri koridor sambil sesekali menoleh ke arah langit. Saking tidak fokusnya gadis itu terjerembab di lantai yang basah dengan ember plastik tumpah ruah di sebelahnya.
"Eh-kalo jalan liat-liat neng!" papaf Fadli menompang dagunya pada ujung pel'an. Cowok itu pun kembali melakukan pekerjaannya.
Aira meringis malu dengan kondisi bajunya yang sudah basah kuyup oleh air pel. Gadis itu segera bangkit tapi sebuah tangan terulur di depannya.
Dengan pelan Aira mendongak, iris matanya saling pandang dengan netra sehitam malam. Candra membantu Aira untuk segera bangun.
"Kalo jalan matanya digaja. Fokus!" cetusnya membuat Aira kembali mengangguk menahan malu.
"Iya, makasih . Aku permisi dulu." Dengan cepat Aira melangkahkan kakinya.
"Tunggu."
Gadis itu pun spontan berhenti lalu menoleh pada Candra. Tanpa aba-aba cowok itu mengambil jaket yang ada di kursi, ia menyampirkan jaket itu pada bahu Aira.
Mendapatkan perlakuan dari Candra secara tiba-tiba seperti ini membuat Aira terkejut bukan main. Degup jantungnya begitu cepat, wajahnya pun tampak dekat dengan Candra.
"Baju lu basah. Pake aja." Katanya sambil kembali menjalani hukumannya. Sedangkan Aira masih mematung sembari tersenyum manis menatap punggung lebar Candra, tak lupa gadis itu menggenggam jaket kulit cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Candra
Teen FictionPada jiwa yang tengah mati. Kamu menarik dan membawaku pulang dengan harapan besar jika kamu bisa membuatku hidup. Kamu satu-satunya orang yang menyangkal akan kehadiranku. Pada jiwa yang telah mati saat ini kembali pulih. Bolehkah aku berharap ini...