Bandung, dan yang Telah Hilang
Sengaja ku tulis cerita ini untuk mengenang cerita indahku semasa aku menghabiskan waktu SMA ku di Kota Paris van Java. Meski aku tidak terlalu lama tinggal di sana, tetapi aku senang telah bertemu dengan orang-orang meskipun salah satunya sudah hilang serta usang. Lima belas tahun sudah aku meninggalkan kota itu dan sejak saat itu pula aku tak pernah mendengar tentang keluarganya lagi. Ku tutup semua cerita itu karena sekarang di Kota Semarang, aku sudah dirayakan dengan cinta baruku. Dan saat ini, aku ingin mengabadikannya lewat sebuah cerita yang sengaja ku tulis untuknya.
Kehilangan bukanlah hal yang mudah. "Ikhlas," yang selalu kudengar dari mulut-mulut orang lain. Mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Terutama merayakan cinta ditengah riuhnya Kota Bandung yang terkenal dengan keromantisannya. Setiap titiknya memiliki daya pikat yang sangat luar biasa sehingga membuat penduduknya merasakan jatuh hati pada Bandung dan tidak bisa dipungkiri juga pada salah satu orangnya.
Aku menikmati keindahan Jalan Braga pada malam hari itu. Sungguh, kota ini sudah membuatku jatuh hati berkali-kali meskipun aku sudah beberapa kali mengunjunginya. Malam itu aku memutuskan untuk berhenti di salah satu kafe yang ada di pinggiran Jalan Braga. Ramainya suasana malam itu membuatku bertanya-tanya, "Mengapa ya orang-orang selalu dibuat jatuh hati di kota ini, apakah nantinya aku bisa menemukan dambaan hatiku di sini?" pertanyaan yang aneh tapi nyata.
Ya, aku adalah seseorang yang baru saja pindah dan memutuskan menetap sementara di kota ini. Perkenalkan, namaku Kyra Aulia yang biasa dipanggil Kyra. Aku anak tunggal dan orang tuaku mengajakku menetap sementara di sini karena urusan bisnis katanya. Sedari kecilpun, kami tinggal di Kota Semarang yang terkenal panasnya. Aku terpaksa melanjutkan pendidikan di SMA 5 Negeri Bandung dan melanjutkan di kelas XI IPS 1.
Pagi itu, pagi yang cerah aku segera memesan ojol untuk menuju ke sekolah karena papa dan mama sudah ada janji dengan orang lain. Tak lama ojol pun datang dan mengantarku untuk segera menuju ke sekolah. Entah datang dari mana kesialan itu, tiba-tiba motor yang kutumpangi mogok di jalan dan terpaksa aku harus mencari kendaraan lain untuk ke sekolah. Sementara aku hanya punya waktu 15 menit lagi supaya aku tak terlambat. Dengan muka panik di pinggir jalan, tiba-tiba ada seorang laki-laki dengan motor ninja 250 hitam dan jaket hitamnya itu menepi dan berhenti di depanku. "Ku lihat motormu tadi mogok? mau kah kamu berangkat bersamaku?" kata laki-laki itu dengan tiba-tiba. Aku bingung, jika aku menolak itu berarti aku terlambat, tetapi jika aku mengiyakan, aku tak mengenalnya ia siapa. Ah, sudahlah! ku terima saja tawaran dari lelaki itu dan ternyata benar kami bersekolah di sekolah yang sama karena aku melihat tanda sekolahnya ketika ia melepas jaketnya itu. Aku tak mengerti, ketika memasuki gerbang sekolah, semua mata tertuju pada kami. Tapi aku menghiraukannya, segera aku turun dari motor itu dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
Aku diantar oleh wali kelasku untuk menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, aku duduk di sebelah wanita anggun, cantik nan elok parasnya. Nadine namanya, sungguh nama yang indah. Tak perlu banyak waktu, obrolan kami sangat seru dan bisa mengetahui banyak tentang satu sama lain. Kebetulan kami duduk di meja paling belakang dan aku merasa ada satu mata yang sedari tadi tak pernah lepas pandangannya denganku. "Oh ya, aku ingat! itukan laki-laki yang tadi menolongku" bicaraku tiba-tiba. Mendengar hal itu, Nadine menanggapi, "Ada apa dengannya? Apakah kamu kenal?" dari situ laki-laki itu langsung membuang muka padaku dan mengobrol bersama teman sebangkunya. "Aku belum mengenalnya, tapi ia adalah seseorang yang menolongku tadi pagi, Nadine" jawabku. Mulailah Nadine membahas tentang laki-laki itu. Laki-laki yang aku anggap dingin tetapi memiliki hati yang baik. "Oh jadi namanya Akbar" gumamku saat mendengar semua cerita dari mulut Nadine. Hari pertama sekolah yang sangat menyenangkan tetapi aku menjadi penasaran dengan lelaki itu.
Jam pulang sekolah pun berbunyi. Semua siswa sudah mulai meninggalkan kelas dan hanya bersisa aku, Nadine, laki-laki itu dan kawan semejanya. Tiba-tiba mereka berdua menghampiri meja kami dan ternyata kawan semejanya itu bernama Alif, pacar Nadine. Aku terkejut bukan main karena jika dibandingkan Nadine memiliki paras elok dan anggun sementara Alif lelaki biasa yang setiap waktunya hanya bisa bercanda. Oh sungguh, indahnya kisah cinta anak SMA. Secara mengejutkan juga, laki-laki itu mulai mengajakku berbicara dan kami mulai mengenal satu sama lain. Ia menawarkan untuk aku pulang bersamanya, awalnya aku menolak. Kami pun berjalan bersama menuju lobby sekolah dan berpisah dengan Nadine serta Alif karena mereka katanya sedang ada janji. Tersisalah aku dan Akbar di lobby. Akbar menungguku untuk memesan ojol tetapi tidak segera dapat atau karena sore itu langit Bandung sedang mendung? Entahlah. Setengah jam pun berlalu, Akbar masih terus menungguku untuk memastikan aku sudah mendapatkan ojol. "Aku harap kamu mendengarkanku kali ini saja, izinkan aku mengantarkanmu untuk pulang, hari sudah sore, Kyra sebentar lagi turun hujan" ucap Akbar. Aku juga sudah lelah saat itu, akhirnya aku mengiyakan ajakan Akbar.
![](https://img.wattpad.com/cover/370456098-288-k287202.jpg)
YOU ARE READING
Bandung , dan yang telah hilang
Short StoryNasywa Aulia XI KGS 2 25 Tugas Ceepen Bahasa Indonesia