43. New Job

301 41 6
                                    

HappyReading ☕













Malam ini, Aiden tengah duduk di kamar Miguel mempelajari cctv yang berhasil mereka salin rekamannya.

"Tas nya di taruh di tribun waktu olahraga," kata Aiden.

"Kamera berapa yang ngerekam Clara sama Yudis?"

"Cek kamera 37," kata Aiden.

Miguel mengikuti apa yang yang dikatakan Aiden, "bukan. Ini kamera koridor."

"Tiga puluh lima, coba," ujar Aiden lagi.

"Depan ruang ganti."

"Gapapa. Kita cari satu-satu," tutur Aiden, "tapi kayaknya atas tigapuluhan."

Dengan telaten mereka mencari satu persatu kamera yang menunjukkan Clara, Yudis dan Vina datang ke lapangan lalu meletakkan ponsel di tas Railey.

"34, 36, sama 40."

"Edit aja jadiin satu," usul Aiden.

Miguel mengangguk lalu mulai memotong dan mengedit video.

Ponsel Aiden berdering ,"Rosi. Gue angkat dulu," ujarnya lalu keluar.



Erina melihat Aiden baru saja keluar dari kamar Miguel. Gadis itu menyempatkan masuk untuk berbicara dengan adiknya.

Sesampainya di pintu, Erina melihat punggung Miguel tengah fokus dengan laptop. Tanpa memberi aba-aba, kakak kandung Miguel itu masuk lalu duduk di kursi samping adiknya.

"Sibuk ya?" Tanya Erina.

Miguel menoleh, menghentikan aktifitasnya, "dikit. Kenapa kak?"

"Mau ada yang di omongin," ucap Erina.

"Iya?" Miguel menutup laptopnya setengah lalu menatap Erina penuh.

"Kakak udah bikin keputusan soal pindah Amerika. Kakak kayaknya nggak bisa ambil kesempatan itu. Kakak nggak bisa ninggalin kamu," kata Erina.

Miguel menatap penyesalan dalam manik kakaknya, lelaki itu tersenyum tipis, "berangkat aja gapapa, kak. Semua orang punya hak atas masa depannya, termasuk lo."

"Mig? Kamu serius?" Erina tidak percaya dengan pendengarannya.

"Iya," jawab Miguel, "gue nggak punya hak apapun buat halangin. Lo pasti butuh pengalaman buat jadi lebih baik."

Erina segera memeluk adiknya, "Mig, kamu bikin aku seneng banget," wanita itu menangis gembira, "aku janji bakal sering telpon, chat dan terus tanya kabar kamu."

Miguel mengusap air mata kakaknya. "ngapain nangis coba?" Cowok itu terkekeh.

"Kerjaan ini berarti banget buat aku, Mig."

"Sorry udah sempet bikin lo bingung."

Erina menggeleng, "gue ke kamar dulu. Mau kirim ulang laporan," Ia langsung keluar dari kamar Miguel dengan hati gembira.

"Kabarin tanggal pesawatnya," ujar Miguel sedikit berteriak.

Erina menoleh melemparkan cium jauh dari ujung pintu lalu menutupnya.

Miguel terkekeh dan kembali berbalik menatap laptop. Lelaki itu menghembuskan nafas panjang. Ini kali pertamanya dia hidup sendiri , biasanya Erina selalu ada untuk menemani.

Miguel melihat gelang yang melilit di pergelangan tangannya lalu tersenyum tipis, "gue nggak sendiri." Gumamnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jasa Boga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang