"Iya, selamat malam. Sampai jumpa besok."
Seorang gadis manis-Ivanna namanya-berambut sebahu melambaikan tangan kanannya pada seorang gadis di seberang sana. Gadis cantik disebelahnya juga melakukan hal yang sama. Ivanna melirik jam yang melingkar dilengan kirinya. Pukul 22:02 WIB.
"Jadi, ini benar-benar hari terakhirmu bekerja??"tanya Yerin. Si gadis cantik.
Eve-begitu dia dipanggil- menatap Yerin sambil tersenyum pahit. Dia mengangguk sebagai balasan.
"Pak Rey mengatakan, bahwa restoran kita sedang sepi dan mengakibatkan pemasukan jadi menurun. Maka dari itu, mereka memutuskan untuk mengakhiri kontrak kerja beberapa pegawai."
"Bohong!!! Pemasukan resto stabil. Malah bisa dikatakan meningkat. Walau tidak drastis. Pak Rey bohong. Aku yakin dia pasti berbohong."kata Yerin kesal.
Seketika Ivanna menghentikan langkahnya dan menatap Yerin. Ada rasa tak percaya pada kata-kata yang diucapkan Yerin. Namun, fakta bahwa Yerin adalah kasir di restoran tempat mereka bekerja, mau tak mau membuat Ivanna percaya. Karena sedikit banyak, Yerin pasti tau tentang pemasukan restoran.
Ivanna nampak berpikir. Jika pemasukan resto stabil, kenapa Reynold-bosnya- memutus kontrak kerja, dengan alasan pemasukan menurun? Tak mau ambil pusing, Ivanna mengajak Yerin melanjutkan jalan mereka yang sempat terhenti.
Mereka berdua berdiri menunggu bus terakhir yang lewat malam ini. Mereka sama-sama diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai bus datang dan mereka memasuki bus, keheningan diantara mereka tetap terjaga. Hingga pekikan Yerin memecah kesunyian di dalam bus.
"Cintanya ditolak!!"seru Yerin.
Ivanna dan beberapa penumpang lain menatap Yerin kesal. Tak terkecuali sopir yang menatap Yerin lewat kaca diatas kemudi. Melihat banyak mata yang menatapnya kesal, Yerin meminta maaf dengan muka merah menahan malu.
"Tapi benar kan, Eve. Ini pasti gara-gara cintanya kamu tolak. Alasan Pak Reynold memecatmu itu tidak masuk akal sama sekali. Karena aku yakin sekali. Pemasukan resto stabil,"
Ivanna menggeleng mendengar penuturan Yerin. Tapi setengah otaknya menyetujui ucapan sahabat baiknya itu. Dia merenung lagi. Seminggu yang lalu, ketika jam pulang, Reynold tiba-tiba mendatangi Ivanna di loker staff resto, dan meminta waktunya sebentar. Ivanna yang bingung, langsung menyetujuinya. Reynold mengajak Ivanna ke mobil. Hanya berdiam di dalam mobil sekitar sepuluh menit. Sebelum akhirnya, Reynold menyatakan ketertarikannya pada Ivanna.
"Menyatakan cinta pada seorang gadis bukanlah diriku, sebenarnya. Tapi, aku benar-benar menyukaimu. Mau mencoba menjalin hubungan denganku??"
Ivanna masih ingat kata-kata Reynold sore itu. Dia terkejut. Tentu saja. Seumur hidupnya, baru Reynold saja yang mengutarakan perasaan terhadapnya. Dia tak terbiasa menerima pernyataan cinta dari seorang laki-laki. Kepala Ivanna berputar. Ditatapnya Reynold sebentar. Dia tampan. Malah bisa dibilang sangat tampan. Tidak kalah tampan dengan laki-laki yang disukainya. Dengan tubuh atletis nan tinggi dan senyum yang manis. Sangat disayangkan, jika Ivanna menolak pernyataan cinta dari pemilik resto tempatnya bekerja ini.
Namun, hatinya menolak. Seberapa keras otaknya memaksa mengiyakan, tapi hatinya tetap saja menolak. Jaerish Peter masih setia memegang kunci hatinya. Kendati laki-laki itu tak pernah membalas rasanya. Oh, tidak. Tau jika Ivanna mencintainya saja tidak. Soloist asal Los Angeles itu terlalu sulit untuk Ivanna gapai. Namun, kenyataan itu tak juga menggoyahkan hatinya.
"Eve, aku mencintaimu."
Reynold menggenggam tangan Ivanna. Berusaha meyakinkan gadis manis itu, bahwa dia benar-benar mencintainya. Ivanna nampak gelagapan. Jaerish yang sedang tersenyum membayanginya. Lalu, ditepisnya tangan Reynold, sembari mengucap maaf. Reynold terperangah.
YOU ARE READING
Tinkerbell
FantasySalah satu idol Korea pernah berkata bahwa, "Hal tersulit dari seorang fangirl itu adalah ketika dia benar-benar jatuh cinta pada idol-nya." Dan Ivanna mengalaminya. Dia terlalu mengagumi Jerish, sampai terjebak dalam rasanya sendiri. Kemudian, lewa...