Midnight Love, 02's.

14 4 0
                                    

Awal mula Saemi menyukai Enhypen berawal dari salah satu anggotanya, Sim Jaeyun atau biasa dipanggil sebagai Jake.

Saemi lebih dulu kenal Jaeyun saat ia masih berada di bangku Sekolah Menengah Atas. Terkejut tidak?

Benar, Saemi dan Jaeyun satu sekolah. Ah, bahkan mereka berada di kelas yang sama selama dua tahun lamanya. Saemi amat tertarik dengan Jaeyun. Saat pertama kali bertemu, atensinya beralih pada Jaeyun. Awalnya Saemi hanya kagum dengan kepintaran yang dimiliki oleh Jaeyun, sebab di kelas jarang sekali—bahkan tidak ada yang seperti dirinya. Maksud Saemi, Jaeyun adalah anak yang rajin dan pintar, berbanding terbalik dengan murid laki-laki lainnya.

Ketika murid lainnya bermain game saat jam kelas kosong, Jaeyun bergelut dengan seluruh bukunya. Saat murid laki-laki lain tak mengerjakan berbagai tugas saat Guru sudah memberinya pesan ketika beliau tak bisa hadir, Jaeyun lah yang hanya mengerjakan seorang diri. Dan berbagai hal lainnya yang membuat Saemi tertarik.

Saemi bukan mengincar seseorang dari tampangnya, namun dari perilaku dan sikap orang tersebut. Jika orang itu berperilaku nakal dan tidak terpuji, jelas saja nama lelaki tersebut sudah di black list olehnya. Namun berbeda jika lelaki itu seperti Jaeyun. Pemuda baik hati, lembut, juga pintar, siapa yang tidak tertarik? Jika ada, mungkin Saemi akan memaki-maki orang tersebut.

Logikanya, laki-laki harus lebih pintar dari perempuan, 'kan? Sebab yang akan menjadi pemimpin kelak tentu saja lelaki, bukan perempuan. Tidak bisa dibayangkan jika saja saat semasa sekolah lelaki itu sudah malas dan tidak bertanggung jawab mengenai hal pelajaran, bagaimana ia akan bertanggung jawab dengan keluarga kecilnya? Itulah pemikiran Saemi saat itu hingga sekarang.

Lelaki itu menuntun istri juga anaknya ke jalan yang benar, jika saja istri dan anaknya berada di jalan yang salah.

Kembali lagi seperti cerita diawal. Kisah Saemi semasa SMA bersama Jaeyun, cinta pertamanya.

Saat itu, Saemi sudah menaiki tingkat kelasnya, kelas sebelas atau dua SMA. Kelas mulai dirolling, gadis itu mendapatkan kelas 11-3. Saemi belum kenal dengan Jaeyun sama sekali, sebab kelas satu ia pisah kelas dan baru digabungkan saat ia menginjak bangku kelas dua SMA.

Jujur saja, Saemi dahulu adalah gadis yang pendiam. Ia tak banyak berbicara, hanya dengan teman-teman terdekatnya saja Saemi berbicara banyak, selebihnya tidak. Terutama dengan Jaeyun, berbicara hanya seperlunya. Seperti contoh; ketika Saemi bertanya mengenai tugas dan sebaliknya.

Namun pernah Saemi memiliki waktu banyak bersama dengan Jaeyun, dan berbincang lebih sering dari sebelumnya. Ketika mereka disatukan untuk membuat tugas bersama, dari situ lah Saemi mengenal lebih banyak dari sebelumnya tentang Jaeyun. Lelaki itu merupakan laki-laki yang periang, ramah, juga mempunyai pemikiran yang luas.

Dan Saemi tertarik dengan Jaeyun hingga mulai menimbulkan rasa cinta lebih dari sekedar teman sekelas.

"Moon Saemi, dan Sim Jaeyun kelompok lima." Ketika namanya terpanggil, Saemi membulatkan matanya sempurna. Terkejut ketika ia mendapatkan teman sekelompok dengan orang yang ia kagumi.

Gadis itu pun beralih menatap mata milik pemuda yang ada di sampingnya. Tatapan mereka bertemu, hingga Jaeyun memberikan senyuman pada gadis bersurai coklat kehitaman tersebut.

"Mohon kerja samanya, Moon Saemi," bisik Jaeyun. Saemi tidak mendengar jelas apa yang dikatakan oleh Jaeyun, namun ia tahu jelas gerak-gerik bibir lelaki itu.

"Mohon kerja samanya juga, Sim Jaeyun," balas Saemi dengan bisik-bisik. Gadis itu pun ikut tersenyum menatap Jaeyun.

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Jaeyun menghampiri Saemi yang sedang membereskan buku-bukunya. "Hey!" sapa lelaki itu.

"Oh, Jaeyun...," lirih Saemi.

"Kamu mau kita mengerjakan tugas di mana?" Tanya Jaeyun. Kamu berpikir sejenak sebelum menjawab.

"Mungkin perpustakaan terdengar bagus? Tapi kalau kamu punya ide bagus selain itu, kita bisa mengerjakan di sana."

"Perpustakaan bukan ide yang buruk. Aku suka tempat yang sunyi ketika sedang belajar. Baiklah, mau mengerjakan sekarang? Atau besok?" Sebelum menjawab, Saemi melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Hari ini pulang lebih cepat satu jam lebih tiga puluh menit dari biasanya, mungkin jika mengerjakan sekarang akan lebih cepat selesai.

"Bagaimana kalau sekarang? Apa kamu keberatan?" Tanya Saemi dengan hati-hati.

"Tentu saja tidak. Aku, 'kan memberimu penawaran untuk bisa kamu pilih diantara kedua itu, benar?" Saemi pun tersenyum kikuk.

"Kamu benar."

...

"Menurutku, yang ini lebih cocok disandingkan dengan punyamu. Rasanya sedikit aneh ketika dia berada di tempatku," Saran Saemi.

"Benarkah? Tapi punyamu juga bagus dan menarik."

"Tapi itu kurang cocok...," ujarnya dengan nada sedih.

"Bukan tidak cocok, namun penempatannya yang salah, Saemi. Biar aku yang gabungkan."

Sudah dua jam mereka habiskan waktu berdua di heningnya malam. Hingga akhirnya mereka menuntaskan pekerjaan mereka.

"Kita menyelesaikannya!" seru Saemi. Raut wajah bahagia telah tertunjuk jelas, Jaeyun tersenyum simpul melihat Saemi yang nampak bahagia.

"Ya. Kamu benar, Saemi. Ini cukup indah, bukan? Aku sangat puas dengan hasil yang kita kerjakan," ujar  Jaeyun.

"—kamu lapar tidak? Mau makan malam bersamaku?" lanjut Jaeyun setelahnya.

Saemi berpikir sejenak sebelum meng-iyakan ajakan Jaeyun, "Mmh, aku sedikit lapar. Mungkin kita bisa mampir terlebih dahulu di warung makan."

"Aku punya saran tempat makan yang enak, kamu mau?" Jaeyun menawarkan tempat makan untuk mereka kunjungi nanti. Sebelum pergi, alangkah baiknya bertanya mengenai letak tempatnya, 'kan?

"Boleh! Aku pemakan segalanya," canda Saemi sembari menunjukkan senyumnya.

"Kalau begitu, bagaimana dengan batu bakar?" Jaeyun pun turut serta membalas candaan Saemi. Gadis itu terkekeh.

"Hey! Maksudku dalam konteks makanan, bukan batu juga!"

Sembari berjalan menikmati pemandangan malam nan temaram, mereka sesekali bercanda hal random membuat perjalanan mereka tidak monoton. Mungkin bagi Saemi malam itu adalah malam terindah yang pernah ia lewatkan sebelumnya.

Malam dimana ia tak akan melupakannya, dan setia di benaknya. Namun entah bagaimana perasaan Sang Wira terhadapnya, yang pasti kini Saemi mukai merasa nyaman ada di dekat Jaeyun. Berharap bahwa malam ini diperpanjang agar ia bisa banyak memiliki waktu hanya berdua saja, dan bertukar candaan yang entah letak lucunya ada di mana.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang, Jae! Hati-hati, ya. Sampai bertemu besok di sekolah!"

"Ya. Terima kasih atas waktu yang menyenangkan, hari ini adalah hari yang sangat berkesan bagiku. See you tomorrow!"

Mereka saling melambaikan tangannya masing-masing. Saemi tetap melihat punggung tegap milik Jaeyun hingga tak terlihat lagi di pandangannya.

Ini menyenangkan! Batin Saemi.

...

Tinggalkan jejak, yuk! Biar aku tambah semangat buat up ceritanya. Kalian tahu, 'kan cara menghargai penulis seperti apa? Hehe.

Boleh banget kalian tulis krisar di komentar. Itu membantu aku banget loh buat mengembangkan cerita, karena baru-baru ini aku mau memulai membuat berbagai cerita di Wattpat!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Midnight Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang