10

2.1K 143 10
                                    

Semenjak Ellen ditinggal mati oleh sang Kekasih, ia tak pernah berharap hidupnya kembali berwarna kembali lagi.

Memberikan ruang-ruang kosong menampung kegundahan, lalu Menghanyutkannya dalam lautan kupu-kupu menggelitik harinya.

Ketika Tuhan kembali mengujinya dengan mengikhlaskan orang tersayang, Ellen baru bersuara menentang keputusan, meyakinkan satu harapan, napas itu masih ada, dan sang Pemilik mau bertahan untuknya.

Dan sekarang, Ellen berhasil merubah takdir kehidupan, ia bisa menyelamatkan cinta yang selama ini  sia-siakan.

Tatapan polos yang selama ini ia rindukan, kembali melihatnya kembali.

Mata bulat itu, tak pernah lepas memandangnya, bersama tangan membalas genggamannya.

Tak bisa Ellen definisikan bagaimana hatinya berdebar untuk orang cinta barunya.

Dulu ia selalu berpikir, cintanya sudah mati bersama Sang Kekasih yang telah mendahului.

Namun, Tuhan kembali menyentilnya, hidup ini terus berjalan, dan masa lalu akan diganti dengan masa depan.

Ellen sungguh bodoh mengabaikan Elang selama ini. Jika dipikir, suaminya ini tidak pernah mengeluh ataupun menuntut hak yang seharusnya ia penuhi. Menatapnya saja membuatnya merasa bersalah.

Satu hal yang membuat Ellen tak habis pikir, Elang begitu mencintainya walaupun ia tidak pernah membalas cintanya, dan sekarang walaupun belum sadar sepenuhnya, rasa itu tak pernah pudar.

Lihat betapa menggemaskan dan menghangatkan hati Ellen, merasakan setiap balasan Elang ketika ia sedikit melonggarkan genggamannya. Sangat takut ia akan pergi jauh darinya.

"Llleeen ...," racaunya berusaha menahan tangan Ellen yang melonggarkan genggamannya. Matanya Berkaca-kaca, bibirnya yang masih dijejali ventilator bergetar ingin berbicara.

Ellen yang tadinya mau pergi ke toilet, kembali harus duduk kembali. Tersenyum sembari mengusap punggung tangan Elang.

"Aku disini sayang. Nggak kan kemana-mana kok," ucapnya berusaha menenangkan suaminya kembali menangis. "Berhenti ya air matanya, nanti sesak." Beralih mengusap dada Elang yang terbuka.

Ellen sedikit kewalahan menenangkan suaminya. Tapi ia berusaha sabar, karena ia paham, suaminya telah berubah menjadi bayi besar, sangat sensitif, dan akan berprilaku seperti anak-anak, mengingat cedera parah di kepala Elang memblokir sebagian besar ingatannya.

Hanya dia menemani Elang, sementara Dion hanya memperhatikan dari luar.
Kedua orang tuanya belum datang bersama mertuanya, mungkin sebentar lagi mereka akan datang.

Dan Ellen ingin memanfaat waktu berduan dengan suaminya sebelum mereka datang.

"Lllen.... "

Racauan Elang memanggil namanya sungguh melapangkan hatinya. Sangat senang dan begitu candu.

"Iya sayangnya Ellen," sahutnya dengan senang hati. Sesekali mencium pipi Elang hingga mata bulat itu membulat lucu.

Namun kebersamaan mereka tak bertahan lama, Launa datang dengan  tergesa-gesa diikuti Mahendra di belakang.

Wanita paruh baya itu dengan sengaja menggeser Ellen, menghalangi pandangan Elang, hingga terpaksa genggaman hangat itu terlepas, membuat Elang bergerak gelisah.

"Anak Mama, akhirnya bangun juga," Launa mengusap surai Elang. Namun si empu berusaha menjauh hingga selang ventilator bergerak.

"KKHRRRR." Elang mengerang kesakitan, matanya terus meliar mencari esensi Ellen yang terhalang tubuh Launa.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang