Ruka kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, kemudian turun dari vespa kesayangannya.
Setelah memastikan motornya terparkir dengan aman di basement, ia langkahkan kakinya menyusuri sebuah apartemen mewah di bilangan kota. Seakan hafal dengan rute apartemen itu, Ruka dengan cepat menyelinap masuk ke salah satu hunian setelah berhasil memasukkan kode pintu dengan benar.
Klik.
Sunyi.
Tetapi, hidung bangir Ruka menangkap bau harum dari arah dapur, tak perlu dikonfirmasi, Ruka tahu siapa yang ada di sana.
Kakinya tetap melangkah ke depan, kemudian berbelok ke arah kanan. Tanpa permisi, Ruka langsung masuk ke sebuah kamar yang, lagi-lagi tidak terkunci.
"Harus dibilangin sampai berapa kali lagi? Kunci kamarnya."
"ASTAGA!"
Seseorang yang sedang serius di depan laptop terlonjak kaget. Lemparan kaleng minuman pun tak terelakkan dan tepat mencium dahi Ruka yang main nyelonong masuk itu.
Ups.
"Nice shot, girl." Puji Ruka dengan senyum miring. Dia tidak memedulikan dahinya yang sedikit memerah. Tubuhnya kemudian mendekat ke arah gadis bermata besar yang juga tak merasa berdosa dengan perbuatannya tadi. Hanya menyengir, gadis itu kembali sibuk dengan laptopnya.
"Lagi ngapain?" Tanya Ruka penasaran.
"Kelihatannya?" Bola mata bulat gadis itu berotasi, lalu kembali fokus ke layarnya.
Ruka mendengus mendengar jawaban songong lawan bicaranya itu, tapi tak menghentikan rasa penasarannya. Ruka semakin mendekat, ia tumpukan kedua lengannya di meja belajar sang gadis dari arah belakang sehingga posisi Ruka mengungkung tubuh gadis itu.
"Sibuk banget sampai nggak mau lihat Kakak dulu?" Tanyanya dari samping wajah sang gadis. Ruka melongok gemas ke arah wajah imut yang sok serius itu.
"Ayon." Panggil Ruka sambil menusuk-nusuk pipi gembul di sampingnya.
Seakan tidak terganggu, yang dipanggil Ayon itu malah melingkarkan tangan kirinya ke leher Ruka. Kepala Ruka pun semakin merunduk.
"Ayon lagi ngulik partitur ini. Susah, Kak." Adunya dengan bibir manyun.
"Deritamu." Ledek Ruka membuat tangan kiri yang melingkar itu menarik telinganya.
Mendengus kesal, Ayon mengomel. "Nggak usah tanya-tanya kalau ujungnya cuma mau ngeledek doang!"
Kemudian wajah Ayon menoleh, menatap tajam mata sipit yang semakin sipit karena tersenyum jail.
Sejenak, Ruka memperhatikan wajah Ayon baik-baik.
Gadis itu sungguh luar biasa. Ayon begitu cantik. Wajahnya seperti bayi, mulus bak porselen. Bulu matanya lentik, memayungi matanya yang besar dan cerah. Dan, bibirnya... merekah, merah muda. Ruka buru-buru mengalihkan pandang, merasa tidak semestinya dia menatap Ayon lama-lama seperti itu. Sebab, ada hati yang perlu Ruka jaga, sesegera mungkin, hati calon tunangannya nanti.
Merasa geli dengan pemikirannya sendiri yang sudah terlampau jauh, padahal bertemu calonnya saja belum, Ruka menepuk-nepuk pipinya sendiri.
Pada saat bersamaan, seekor gadis panda muncul di ambang pintu. Aroma mi instan berkuah telah lebih dulu sampai ke indera penciuman dua manusia itu, bahkan sebelum sang gadis datang dengan menenteng satu cup mi dan segelas susu kental manis hangat yang pasti hasil menjarahnya di dapur.
Gadis itu kemudian duduk di tengah ruangan, di sebuah meja kecil berkaki pendek yang biasanya dipakai sang pemilik kamar sebagai meja makan merangkap meja belajar, atau meja untuk menaruh laptop jika sedang menonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
ToGetHer | RuPha [ABANDONED]
FanfictionKawai Aruka Damanik dipulangkan dari Jepang demi menunaikan titah agung keturunan para Damanik. Anak baru gede itu tiba-tiba diberi tugas perjodohan oleh sang ayah akibat abangnya sendiri yang memberontak tidak mau dijodohkan dan berakhir kabur dari...