“Ya, seperti itu, Tal!” Suara fotografer terus-terusan memenuhi ruangan ini. Beberapa macam perintah sudah dilakukan oleh sang model yang sedang berjibaku dengan pose-pose di sofa putih itu.
Ini adalah pemotretan privat. Yang di mana hanya ada sang model dan juga fotografer, serta hanya satu kru yang bertugas untuk membantu mengatur perlengkapan.
“Dalen, apa tidak sebaiknya istirahat dulu?” Seorang kru baru saja berbicara. Ya, mereka sudah tiga jam melewati proses ini dan itu membuat sang model sepertinya sudah lumayan lelah.
“Apa kau lelah, Krystal?” tanya Dalen. Ia menurunkan kameranya dan memerhatikan sang model yang mengangguk.
“Oke, kita istirahat lima belas menit.” Dalen memunggungi Krystal dan juga kru itu, ia melihat ke arah kameranya dan menatap dengan kening berkerut. “Lihat ke sini, Dry!”
Satu kru itu langsung menghampiri Dalen dan kemudian menatap apa yang diperlihatkan oleh sang fotografer. “Kita sedang mengerjakan pemotretan untuk majalah dewasa, kan? Tapi kenapa Krystal seolah-olah sedang menjadi model anak kecil.”
Sungguh, Dalen tidak menyukai hasil dari pemotretan hari ini.
“Wajahmu sama sekali tidak ada menariknya. Berlagaklah sensual dan seperti kau mengajak orang akan bercinta!” Dalen berucap.
Kru yang bernama Audrey itu langsung memerhatikan sang model yang masih diam saja di sofa. Hari ini ia tahu, sepertinya mood dari Dalen sedang tidak baik dan Krystal selalu menjadi bahan amukannya.
“Kau terlalu keras.” Audrey berbisik pada Dalen. “Kau tidak boleh membawa masalah pribadi masuk ke pekerjaan seperti ini, Dalen. Krystal tidak melakukan kesalahan terhadapmu.”
Dalen mendengus. “Kau dengar itu, Krystal? Bahkan Audrey yang kru senior saja masih membelamu yang tidak profesional! Kau sudah bekerja sebagai modeling berapa lama? Dua tahun, kan?!”
Krystal hanya bisa mengangguk. Ia meremas kimono yang ia pakai. “Dalen, maafkan aku. Aku akan berusaha semaksimal mungkin.”
“Ini adalah sesi terakhir kita pemotretan hari ini. Jika jelek juga, aku akan mengatur ulang pertemuan, Krys!”
Audrey hanya menggeleng mendengar rekan kerjanya yang seperti singa tidak diberi makan selama seminggu.
Lima belas menit telah berlalu, Dalen sudah siap dengan kameranya dan Krystal siap dengan posisi serta mimik wajahnya yang dibuat-buat.
Mungkin ini lebih baik, Dalen tidak banyak berbicara sekarang dan sibuk memotret Krystal yang sudah berganti gaya beberapa kali.
“Dalen, aku mohon maaf atas ketidakprofesionalan diriku, tapi ini adalah hal yang darurat. Anakku sakit.” Audrey berbisik pada Dalen.
Dalen tak menatap Audrey, tapi ia berkata, “Kau bisa pergi, Dry. Aku bisa menanganinya. Toh, tidak banyak lagi properti yang digunakan. Aku juga akan mengakhirinya. Sepertinya Krystal telah belajar banyak.”
Sekarang hanya tinggal Dalen dan juga Krystal di ruangan ini.
“Tunjukkan bokongmu ke arah kamera!”
Krystal menuruti. Ia memunggungi Dalen sambil menungging. Siapa yang tidak terangsang saat melakukan pose itu terlebih saat ini Krystal hanya memakai lingerie berwarna merah. Celana dalam dengan seutas tali yang hanya bisa menutupi belahan saja.
“Kau bisa mulai membuka semua bajumu, Krys.”
Krystal mengangguk. Ia melepaskan atasannya terlebih dahulu kemudian celana dalamnya. Dengan posisi seperti ini, Dalen tak mau melewatkan kesempatan. Krystal yang sedang mencoba berpose erotis sambil menggigit bibirnya.
“Menghadap depan atau belakang, Dalen?” tanya Krystal.
Kening Dalen berkerut, “Belakang terlebih dahulu. Kau bisa melakukannya dengan perlahan. Ciptakan suasana yang erotis dan menegangkan!”
Kaki Krystal menekuk di sofa dan memunggungi Dalen. Rambutnya yang pirang menutupi punggungnya yang mulus.
Belasan kali suara kamera membuat Krystal mencari lebih banyak pose, dan sekarang ia lebih memilih untuk telentang sambil membusungkan dada.
“Singkirkan rambut di dadamu.” Dalen mendekati Krystal. Pria itu memotretnya dari atas tubuh sang model. Mencari tampilan yang baik untuk kameranya.
“Good!” Sepertinya Dalen puas dengan hasilnya. Namun, belum selesai dengan perkataannya barusan, pria itu menatap Krystal lagi dengan senyum semringah.
“Apa kau berani melakukan pose yang lebih liar lagi? Bayaranmu sepertinya akan lebih besar.” Mencoba bernegosiasi, Dalen duduk di pinggir sofa sambil menyingkirkan rambut Krystal yang menghalangi tubuh indah itu.
Krystal tersenyum senang. “Pose yang bagaimana?” Wanita itu membenarkan posisinya dan semakin membusungkan dada. Jujur saja, Dalen adalah salah satu pria kesukaannya. Ia senang bukan main jika dipuji seperti tadi oleh pria ini.
“Seluruh tubuhmu akan terekspos.” Dalen memegang pundak Krystal dan menyentuh dagu wanita yang masih berbaring itu.
Krystal malu-malu. Ia memainkan tangannya ke rambut. “Seluruh tubuhku maksudnya bagian bawah juga?”
Dalen menatap ke arah kaki Krystal yang masih rapat. “Ya, aku akan memotret semuanya, tanpa terkecuali.”
Krystal menggigit bibir bawahnya. Terlebih Dalen sekarang dengan sengaja menyentuh putingnya. Padahal bukankah sedari tadi Dalen memegang pundak?
Dalen yang berada di pinggir sofa sedikit ke tengah karena ia hampir saja terjatuh. “Bagaimana?”
Krystal mengangguk, “Apakah mukaku tersorot juga?"
“Tentu.”
Wanita itu mengetuk-ketukan jemarinya di dagu. “Oke. Mumpung hanya kita berdua di ruangan ini. Jujur, aku merasa tidak nyaman jika ada Audrey di sini. Meski dia baik, tapi tetap saja aku merasa canggung.”
Dalen hanya tertawa. “Dia baik. Ya sudah, ayo kita mulai.” Ia beranjak berdiri dan mencari posisi yang enak.
Tanpa diduga oleh Dalen, Krystal langsung membuka kakinya lebar-lebar dan melipatnya di tubuh bagian depan. Sekarang bagian bawah wanita itu terekspos dengan sempurna.
Merah muda dan rapat.
Sial! Dalen sampai harus menelan ludahnya. Ia tak siap!
“Begini?” Krystal memegang pahanya agar tidak terjatuh. Kepalanya yang berada di tengah kedua kakinya seperti memberikan cobaan untuk Dalen.
Dalen memotret bagian itu beberapa kali. “Kau bisa membukanya lebih lebar, Krys.”
Krys bagai dicucuk hidungnya. Ia langsung membuka bibir vaginanya ke kanan dan kiri guna memperlihatkan lubang ke arah sang fotografer.
Merah muda dan itu adalah kesukaan para lelaki.
Dalen hanya bisa diam. Ia sangat berkonsentrasi dengan apa yang dilihatnya. Namun, ada kalanya Dalen hanya memotret bagian lubang itu saja. Lubang yang merah cantik seperti wajah Krystal.
“Astaga!” Dalen menyampirkan kameranya dan melihat ke arah wajah Krystal. “Kau terangsang?”
“Tidak, aku menggodamu.”
Dalen menelan ludahnya susah payah. Vagina itu berkedut dan sangat jelas terlihat dengan mata kepalanya sendiri.
“Tapi kau belum sepenuhnya basah.” Dengan iseng Dalen memasukkan satu jemarinya ke lubang Krystal dan itu membuat sang empu langsung mendesah. Namun, jemari Krystal masih tetap membuka bibir vagina lebar-lebar.
Dalen membantu membukanya, ia juga memainkan klitoris yang muncul di sana. Memotret setiap sisi lubang hangat milik sang model.
“Cuh...”
“Ahh ....”
Tindakan erotis itu membuat Krystal mendesah. Bagaimana tidak, Dalen membuang air liurnya tepat di lubang vagina dan itu membuatnya semakin terangsang. Air liur yang langsung menghilang dalam sekejap.
“Akan menjadi indah jika sangat mengkilap.” Dalen menaruh kameranya dan kemudian mengelus vagina milik Krystal. Memainkan klitoris dan lubangnya secara bersamaan.
“Aku akan membantumu mengeluarkan lendir, Krys.”
Dan itu adalah hal gila yang Krystal dapatkan malam ini. Vaginanya terekspos dan sekarang justru dimainkan oleh sang fotografer. Jari besar itu keluar masuk tanpa diperintah, seolah memang sedang menunggu lendir cinta itu keluar.
“Benar ya dugaan semua pria. Jika bibir wanita atasnya tebal maka bibir bawahnya juga pasti tebal. Boleh aku menciumnya?”
Mata Krystal hampir keluar. Dalen belum pernah berciuman dengannya dan sekarang pria itu justru mencium bagian bawahnya. Ah ini gila!
Tanpa aba-aba, Dalen langsung melumat bibir Krystal secara bergantian. Menciptakan sensasi enak di tubuh wanita itu.
“Ah, Dalen.” Kedua tangan Krys tak lagi menyibakkan bibir vaginanya karena telah diakuisisi oleh lidah Dalen.
Terakhir kali, klitorisnya digigit lumayan kencang dan itu membuatnya tak sengaja menekan kepala Dalen lebih dalam lagi.
“Kau ingin melepaskannya?!” Krystal berteriak.
“Andai aku bisa.” Dalen mengambil kameranya lagi dan memotret vagina yang semakin memerah itu karena ulahnya. Vagina yang lebih cantik daripada tadi.
“Done!” Ia membantu Krystal untuk meluruskan tubuhnya. “Sekarang bagian atas.” Dalen mengecup puncak payudara milik Krystal.
“Sialan kau!” Krystal langsung menekan kepala Dalen dengan kencang. “Katakan jika kau ingin melumat putingku juga!”
Tak mau berpikir lebih banyak, Krystal mengikuti permainan dari Dalen. Ia mengelus kepala Dalen dengan pelan. “Kau seperti bayi.”
Dalen menyuruh Krystal untuk duduk di sofa. Sedangkan ia berada di depan persis wanita itu. Tangannya membuka kedua kaki Krystal dengan lebar, memperlihatkan aset yang indah itu.
Tangannya menepuk dua kali vagina Krystal dan berkata, “Nanti kau akan makan permen yang besar setelah pemotretan ini, Sayang.”
Tubuh Krystal sungguh lebih menarik di kamera. Duduk di sofa sambil mengangkang. Vagina yang memerah dan juga puting susu yang basah karena liur dari Dalen.
Dalen sepertinya tahu bahwa ia telah mendapatkan tangkapan yang bagus.
“Oke sudah cukup. Aku telah banyak mengambil gambar.” Dalen menaruh kameranya di atas meja dan kemudian menghampiri Krystal.
“Apa kau ingin lollipop sekarang, Sayang?” Dalen kembali menepuk vagina itu. “Lollipop yang akan mengenyangkanmu.”
Krystal hanya diam saja. Ia tak tahu lagi bertindak bagaimana. Tubuhnya bukan punya dirinya lagi, melainkan milik pria yang saat ini telah membuka celananya dan memperlihatkan batang besar di sana.
“Oh, kau mungkin akan selalu tersedak, Pussy. Krystal menepuk vaginanya sebelum akhirnya Dalen memasukkan batangnya perlahan.
“Oh ....”[ LANJUTANNYA ADA DI APLIKASI TRAKTEER, YAA!
BISA LIAT DI BIO AKU, TINGGAL KLIK.
HANYA DENGAN 10K KALIAN BISA MENIKMATI PERJALANAN KRYSTAL DAN DALEN ]See you next chapters! 🔥💦
KAMU SEDANG MEMBACA
AFRODISIAK
Romance[MATURE CONTENT] Ini adalah petualangan antara Krystal dan Dalen. Silakan ikutin keseruan mereka! 🔥🔥💦💦