Sang surya menampakkan dirinya, membangunkan beberapa penghuni bumi yang masih tertidur pulas. Namun, seorang laki-laki berumur sekitar 17 tahun yang masih bergelung dibawah selimut miliknya yang bergambar kucing oranye.
For your information hari ini adalah hari minggu, dimana mayoritas penduduk di Indonesia akan hibernasi seharian. Walaupun mungkin beberapa manusia tidak akan membuang – buang waktunya untuk itu, mereka akan menghabiskan waktu mereka untuk kumpul bersama keluarga misalnya.
Namun dalam benak Marselino Antawirya, seorang pemuda yang akan berumur 17 tahun pekan depan. Untuk sejauh ini dirinya malah berharap untuk tidak ingin bertatap mata ataupun berpapasan dengan manusia berlabel 'orangtua' Marsel. Untuk apa menganggap orang yang merusak mimpi dan kehidupan kita bisa disebut 'orangtua' nya, begitulah pikir Marsel.
'Ting!'
Ponsel milik Marsel yang berada diatas sebuah nakas kecil, tepat disamping kasur Marsel.
Sebuah pesan singkat dari sahabat karib Marsel berhasil menangkap perhatian pemuda itu. Dilihatnya sekilas dari layar lockscreen, Bibirnya melengkungkan sebuah senyuman kecil. Lantas, jemari lentiknya mulai mengusap keatas layar ponsel dan mulai mengetikkan beberapa kalimat yang mendedikasikan sebuah kalimat yang sebenarnya sangat simpel 'aku ikut'.
Mungkin Marsel sedang sedikit bosan, maka dari itu dirinya sedikit berbasa-basi untuk pagi ini. Padahal dari beberapa warga sekolah Marsel mengaku bahwa pemuda penyuka puding itu terlihat sangat ketus dan sangar bila dilihat dengan sebelah mata. Marsel hanya menanggapi hal itu hanya angin lalu.
Manik milik Marsel memandangi jam dinding di kamarnya.
'Ah, masih 3 jam lagi.' Setelah bergumam seperti itu, kelopak matanya menutup kembali seperti awal.
>>>>>>>>>> <<<<<<<<<<
Sementara itu, disebuah rumah mungil yang terletak diseberang jalan raya yang ramai. Terlihat seorang laki-laki yang sedang mengeluarkan sebuah motor dengan hati-hati. Seorang wanita paruh baya yang berada dibelakang laki-laki itu memasang wajah Lelah dengan kerutan wajah yang sudah mulai memenuhi paras wanita yang dipanggil 'Emak' oleh laki-laki itu.
"Jioo.. hati-hati itu ngeluarin motornya. Kalau rusak, Emak gakbisa bantu kamu dulu, lho. Emak juga lagi usahain nabung buat kuliah kamu" Jelas wanita itu sambil mengusap pelan punggung laki-laki yang dipanggi 'Jio' oleh wanita paruh baya itu.
"Iiiiiih... Emaaak~ aku kuliah kan' masih lama. Dua setengah tahun lagi lho, Mak." Rengek Jio sambil menyalakan mesin motor tersebut. 'Tak apa sudah butut, yang penting masih bisa digunakan' itu kata-kata penyemangat dalam hidup Jio.
"Lagian udah lama aku mau masuk SMK aja, biar abis itu langsung kerja aja. Bisa bantuin Emak, daripada nyusahin Emak mulu." Cicit laki-laki itu sambil mengerucutkan bibirnya.
Emak mendengar cicitan anak laki-lakinya itu hanya dapat bungkam seribu bahasa. "Mak, ayo naik. Ntar keburu macet dijalan." Ujar Jio sambil memasang helm kesayangannya dengan baik dan benar. Setelah merasa bahwa ibu nya sudah berada di posisi yang nyaman, motor butut milik Jio melaju dengan kecepatan standar.
>>>>>>>>>> <<<<<<<<<<
Sebuah dinding kamar seorang laki-laki bernama 'Kinno Satriya' mulai dipenuhi oleh kertas kertas yang tertempel. 'Hanya' berisi target dan schedule yang ditulis tangan maupun print-an dari Ibundanya. Sementara itu, Kinno sedang berkutat dengan laptop yang menyala dan menampilkan pertanyaan dan opsi jawaban berada di hadapannya.
Kinno melepas kacamata antiradiasi miliknya, lalu mengusap wajahnya kasar. Tatapannya beralih menuju notif di ponselnya, diliriknya notifikasi dari aplikasi Instagram miliknya. Teman-temannya mengajak untuk keluar bersama, dirinya sangat tertarik dengan ajakan itu. Saat hendak mengetik kalimat yang mendedikasikan dua patah kata 'aku ikut', jemarinya terhenti begitu bayang bayang orang yang mencoba menghalangi dirinya dengan teman-temannya. Dirinya begitu hafal dengan behavior Ibundanya.
'Hanya segini nilai yang kamu peroleh, Kinno? Apa yang Ibunda ajarkan tentang, apa arti peringkat pertama se-angkatan walaupun nilai kamu kecil seperti itu?'
'Hanya bermain saja kegiatanmu sekarang, Kinno? Ibunda tidak pernah mengajarkan kamu untuk hanya bermalas-malasan. Sekarang, hubungi teman-teman tidak jelasmu itu katakana kepada mereka semua bahwa kau tidak akan datang.'
'Hanya salah satu katamu, Kinno??!! Tetap saja, jawaban yang salah akan selalu salah dimata orang. Ibunda tidak mau tahu lagi, Ibunda hanya ingin ujian kamu benar semua.'
'Hanya menjadi dokter saja membebankan pikiranmu, Kinno?? Atlet Baseball?? Apakah Atlet Baseball lebih baik dari dokter??? Ibunda tidak mau tahu lagi, Pokoknya besok kuliah kamu, Ibunda yang atur.'
'Hanya sampai ini yang dapat kamu kerjakan,Kinno?? Lihatlah nasib kakak mu itu, karena menuruti pria kurang ajar itu. Hidup kakak mu jadi susah tidak karu-karuan. Menurutlah dengan ucapan Ibunda.'
Kinno ingin kata 'hanya' must log out dari dunia ini. Tak bisakah Ibundanya memahami perasan Kinno. Kinno tidak suka dikekang begini. Oh, mungkin memang ibundanya sudah tidak bisa memahami anak-anaknya karena hati beliau sudah mati sejak dahulu.
Jemari Kinno mengetik kalimat ' Maaf, saya tidak bisa ikut.'
Setelahnya menghembuskan nafas kasar dengan berat. Manik kelabu miliknya menatap laptop miliknya yang masih terus menyala, seakan-akan sangat setuju dengan kebijakan Ibunda Kinno.
"Haaah.. Yasudah lah.."
>>>>>>>>>> <<<<<<<<<<
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hehehehe... segini dulu ya, cek ombak dulu.. rame apa kagak, ntar lanjut lagi.
maap kalo ada typo.
baii
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
✙ '̶̶P̶E̶R̶F̶E̶C̶T̶E' 🅵🅰🅼🅸🅻🅸🅴 ✙ (AU Lokal, STRAIGHT)
Fanfiction"ᴛᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴋᴇʟᴜᴀʀɢᴀ ʏᴀɴɢ sᴇᴍᴘᴜʀɴᴀ. ʏᴀɴɢ ᴀᴅᴀ ʜᴀɴʏᴀʟᴀʜ ᴋᴇʟᴜᴀʀɢᴀ ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴʏᴇᴍᴘᴜʀɴᴀᴋᴀɴ " Hei, kamu.. iya.. kamu yang lagi baca deskripsi cerita baru ini. Kamu bosen sama AU cinta-cintaan mulu? sini-sini.. aku punya AU bertemakan 'keluarga'. Mungkin beberap...