How are you teen ?

6 1 0
                                    

"Hari selalu memberikan kisah yang baru untuk mewarnai sejarah kehidupan"
Sejak usia 13 tahun, aku tinggal di sebuah pondok pesantren kecil yang menyimpan berjuta kenangan dan cerita. Dari jutaan cerita itu ada satu kisah cinta yang membuatku gila dan  terjebak dalam angan angan sendiri. Cerita itu berawal dari pengabdian pondok Gontor, pesantrenku selalu meminta ustadz pengabdian dari Gontor  setiap tahunnya. Kisah ini terjadi ketika aku kelas 3 SMA dan usiaku sudah 18 tahun, suatu hari ustadz pengabdian baru pun datang ke pondokku.
Ada 2 orang ustadz pengabdian dan 2 orang ustadzah pengabdian Gontor.
Ustadz yang pertama itu tampan, hitam manis, tinggi, dan yang satunya lagi badannya kekar, tinggi, hidung mancung, kulit sawo matang, suara yang berat, and smart. Awalnya mereka terlihat biasa saja dimataku.
Tapi entah kenapa seiring berjalannya waktu, Allah menumbuhkan rasa kagum dihatiku. Aku kagum dengan ustadz yang memiliki suara berat dan pintar itu, ia sangat baik, karismatik, dan menarik dimataku, aku bisa dibilang sering komunikasi dengan ustadz itu karena aku juga seorang ketua santri putri.
Selalu ada kesempatan untuk memandang dia.
Aku selalu berfikir kenapa semua kriteria cowo idamanku ada pada dia semua gtu yaa.......udah mah baik banget jago lagi bahasa Inggrisnya, apalagi coba yang kurang.
Pokonya semua kemampuannya bikin aku crazy. Tapi rasa kagum ku ini tak sia sia juga, rasanya ketika ia hadir di hidupku membuatku semangat belajar karena kemampuannya membuatku termotivasi ingin seperti dia yang bisa segalanya. Aku bersyukur bisa kenal dengan dia walau suatu saat nanti ia tak akan pernah jadi milikku, senang bisa mengenalmu ustadz.
Ia mengabdi selama 1 tahun, namun bagiku terasa sebentar saja.
Selama setahun itu dipenuhi rasa cinta, kagum, dan semangat entah rasa yang mana pemenangnya.
Setelah ia pulang ke tanah kelahirannya, aku takkan pernah melupakannya, namun aku akan selalu merindu dan mendoakan yang terbaik untuknya. Orang bilang cinta tak harus memiliki, memang seperti itu tapi menurutku jika tidak dimiliki itu sama saja seperti menyiksa diri sendiri dengan perasaan sendiri juga. Entah ditaqdirkan untuk siapa lelaki itu hanya Allah lah yang tahu nama siapakah yang telah bersanding dengannya di lauhul Mahfudz. Aku tak bisa memaksakan keadaan, jika Allah tidak ridho maka Allah tidak akan pernah menakdirkannya.
Aku harus mengikhlaskan rasa ini untuk pergi sejauh jauh nya namun sulit ku lakukan. Aku selalu berdo'a di setiap sujudku untuk kebaikannya,  namun aku tidak pernah berani menyebut namanya didepan robbku.
Karena aku tak mau terjatuh yang sedalam dalamnya ketika ia selalu ku do'a kan namun tuhan tak menakdirkannya untukku. Rasanya setiap ku tatap dia .......hatiku selalu berkata"betapa indahnya ciptaan mu ya Allah." Ada satu kalimat yang pernah ia katakan yaitu:"ana gak bisa marah sama perempuan."
Kalimat itu selalu saja membuat terngiang ngiang ditelingaku.
Jika Allah tak menakdirkannya untukku di dunia maka aku ikhlas. Tetapi suatu saat nanti ketika kita sama sama masuk surga maka aku akan memintanya kembali untukku.
"Terima kasih ustadz atas pengabdianmu pada pondokku, kau telah membuat salah satu penduduknya jatuh cinta padamu."
                              End

How are you teenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang