Echoes of Forever

6 0 0
                                    

Di sebuah kota kecil yang dipenuhi bangunan tua dan jalan-jalan yang berliku, aku memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan tua yang hampir terlupakan. Perpustakaan itu berdiri kokoh di sudut jalan, dihiasi ukiran-ukiran yang rumit di pintunya. Dengan rasa penasaran, aku melangkah masuk, disambut oleh bau buku-buku tua dan suasana yang sunyi.

Aku adalah seseorang yang tidak terlalu tertarik dengan cerita masa lalu, tapi sesekali memang suka membaca cerita-cerita tersebut. Ketika aku berjalan di antara rak-rak buku yang berderet rapi, pandanganku tertuju pada sebuah buku yang tampak lebih tua dari yang lain. Sampulnya berdebu dan berwarna kecokelatan, dengan judul "Timeless" yang tertulis dengan tinta emas yang hampir pudar.

Dengan hati-hati, aku mengambil buku itu dan membuka halaman pertamanya. Aku menemukan foto hitam putih seorang pria dan wanita yang tersenyum bahagia, dengan latar belakang tembok putih. Di bawah foto itu, terdapat tulisan tangan yang indah, "Untuk Selamanya, 1924."

Aku tertegun, menatap lekat-lekat foto tersebut. 'Mengapa wanita di foto tersebut mirip sekali denganku?'

Karena masih penasaran, aku mencoba meminjam buku tersebut.

"Permisi, Pak, saya mau pinjam buku ini apakah bisa?" Ucapku sambil menyodorkan buku tersebut.

Bapak penjaga perpustakaan membenarkan letak kacamatanya dan menatap buku tersebut.

"Oh buku ini untukmu saja, Nak. Tidak perlu dipinjam ataupun dikembalikan."

Aku mengernyitkan dahi, "Benaran, Pak? Atau saya beli juga tidak apa-apa."

"Tidak, tidak. Tidak apa-apa, bukunya untukmu saja." Bapak tua itu tersenyum.

Setelah itu aku melenggang keluar dari perpustakaan tersebut dengan perasaan bingung.

***

Karena masih diliputi rasa penasaran, aku memutuskan untuk duduk di taman kecil yang berada di seberang perpustakaan. Sambil memegang buku di pangkuanku, aku kembali membuka halaman pertama. Foto pria dan wanita itu masih terpampang jelas di hadapanku. Wajah wanita itu semakin membuatku merasa aneh; seperti ada kekuatan magis yang menarikku ke dalam cerita ini.

Dengan hati yang berdebar, aku melanjutkan membaca lembaran pertama bukunya. Tulisan tangan yang indah itu membawa aku ke dalam sebuah narasi yang begitu memikat dan membingungkan pada saat yang bersamaan.

"26 Juni 1920. Aku menemukan buku ini di perpustakaan tua yang hampir terlupakan di kota kecil ini. Foto di halaman pertama membuatku terperangah; wanita di dalamnya mirip denganku. Apakah ini kebetulan? Atau apakah ini sesuatu yang lebih dari sekadar kebetulan?

Aku tidak pernah mempercayai cerita cinta abadi atau takdir, tetapi ada sesuatu yang aneh dalam buku ini yang membuatku merasa seperti aku terhubung dengannya, seolah aku telah hidup dalam kisah ini sejak lama. Apakah ini mungkin?

Malam ini, aku memutuskan untuk mengejar rasa ingin tahuku. Aku akan menjelajahi kota ini, mencari petunjuk atau jawaban yang mungkin tersembunyi di balik jalan-jalan berliku dan bangunan-bangunan tua. Aku harus menemukan kebenaran, baik itu tentang buku ini atau tentang diriku sendiri."

Tulisan itu berhenti tiba-tiba, seolah penulisnya ingin meninggalkan misteri untuk dibuka nanti. Aku merasa seperti terlibat dalam sebuah petualangan yang tak terduga. Tanpa ragu, aku berdiri dari tempat dudukku dan melangkah kembali untuk menjelajahi kota, sesuai dengan yang tertulis dalam buku tersebut.

Masih ada begitu banyak pertanyaan yang menggelitik pikiranku. Siapa penulis buku ini? Dan mengapa aku merasa begitu terhubung dengannya? Aku perlu mencari lebih banyak informasi, mungkin di sekitar kota ini.

***

Aku menyusuri sungai besar yang ada di kotaku sambil menikmati indahnya malam. Mencari tahu, apakah ada sesuatu yang bisa menjadi penghubung antara diriku dengan buku ini.

Saat sedang berjalan, mataku terfokus pada seorang laki-laki yang sedang duduk bersandar sambil membaca buku pada pohon maple besar di pinggir sungai. Aku terpaku melihat laki-laki itu. Berulang kali aku melihat antara foto yang masih kupegang dan laki-laki itu. 'Mereka mirip sekali!' aku berteriak dalam hati.

Ada perasaan aneh yang membuncah dalam hatiku. Perlahan aku mendekati laki-laki itu.

"Um, permisi ... " ucapku pelan. Laki-laki tersebut menoleh.

"Iya. Ada apa?" ucap laki-laki itu sambil tersenyum manis.

'Aduh, aku bingung harus mulai dari mana. Aneh kan kalau aku tiba-tiba menanyakan tentang foto ini?'

Melihat aku yang kebingungan, laki-laki tersebut menyimpan bukunya dan berdiri menghadapku.

"Halo, Senna. Kita akhirnya bertemu ya. Nama saya Sastra." ucapnya sambil menyodorkan tangannya.

Aku terbelalak, 'bagaimana orang ini tahu namaku?'. Meski begitu, aku tetap menyambut uluran tangannya.

"Apa ... kita pernah kenal sebelumnya?" tanyaku.

Ia tersenyum, lagi. "Iya, pernah. Seratus tahun yang lalu."

Tiba-tiba perasaan senang dan sedih menyeruak di dalam hatiku. Bersamaan dengan itu, di dalam kepalaku muncul memori-memori yang belum pernah aku ketahui sebelumnya. Di dalamnya, banyak sekali cerita antara wanita yang mirip aku dan pria yang mirip dengan Sastra.

Kemudian setelahnya aku tahu, wanita dan pria di dalam foto tersebut adalah aku dan Sastra di masa lalu, seratus tahun yang lalu. Tanpa sadar air mataku menetes dan aku menangis tersedu-sedu.

"Jangan menangis, Senna. Aku selalu menepati janjiku, kan? Kita pasti akan bertemu kembali. Kapanpun, di manapun, dan se-lama-apapun."

Aku memeluk Sastra dengan erat dan tertawa bahagia. "Iya! Terima kasih, Sastra!"

-


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TimelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang