prolog

8 2 0
                                    

"RUMI!!!!"

Sebuah teriakan menggema di seluruh rumah, sedangkan manusia yang dipanggil hanya berjalan ke luar kamar dengan santainya. Gadis itu duduk di ruang keluarga dan membuka kartun Upin Ipin. "Diem anying. Bisa dimarahin mama papa gue kalo Lo ga diem"

Harumi--lulusan SMP Harapan Bangsa yang suka membantah ucapan semua orang kecuali kedua orang tuanya. Ibunya sering menceritakan kisah Malin Kundang padanya dahulu saat masih kecil, sehingga Harumi tumbuh dengan selalu mengingat cerita itu dan tidak berani membantah kedua orang tuanya.

Hasita--kakak keduanya menghela nafas lelah dengan kelakukan adik pemalasnya ini. "Hari ini lo ada les Rumi" bisa-bisa ia ikutan telat akibat menunggu ketidakpastian Harumi.

"Terus? Gue harus bilang wow gitu?" Harumi menarik tangan Hasita untuk duduk disampingnya "udah tenang aja. Duduk dulu kak, sini nonton bareng gue. Lagian diluar juga masih hujan" ada benarnya yang diucapkan Harumi, lebih tepatnya diluar hanya gerimis.

"Loh, kalian ga ada les hari ini?" Tanya Halyna--kakak pertamanya yang baru datang membawa makanan ringan dari dapur dan ikut duduk menonton Upin Ipin bersama. Hasita mencomot beberapa makanan yang dibawa Halyna kemudian mengadu. "Ada kak, tapi Rumi ga mau pergi"

Mendapat tatapan tajam Halyna, dengan ogah-ogahan Harumi masuk ke kamar dan bersiap untuk pergi ketempat les."Iya iya, gue siap-siap dulu" Beberapa menit kemudian, gadis itu keluar dengan dengan pakaian hitam sembari menyeret tas merah maroonnya. "Ayo buruan!" Kesalnya dan berjalan lebih dulu ke garasi.

"Naik" dengan patuh Harumi naik ke motor Hasita, dan kedua gadis itu menembus jalan Yogyakarta yang sedikit becek.

Setibanya di tempat les, Hasita menurunkan Harumi di pagar depan seperti biasa. Akibat terlalu malas, Harumi hampir menabrak remaja berbaju maroon yang baru keluar dari mobil di sebelahnya. "Maaf maaf" ucap remaja itu lalu berlari masuk ke gedung les, meninggalkan Harumi yang mematung di pagar.

Hasita berucap dengan kesal, menarik tas Harumi yang masih melamun di pagar depan "Natap apa lagi sih! Gak ada cha eun woo disana, cuman ada pak Eko tentor bimbel sebelah!"

Harumi membiarkan dirinya terseret masuk ke ruang kelas 7 dengan wajah kusut dan langsung duduk di bangkunya. "Telat banget Lo? Ga sekalian bolos?" Cibir salah satu temannya yang bernama--Rama.

"Azab mengabaikan orang lain!" Teriak Rama yang mencari di google. "Pedihnya ga kaleng-kaleng nih Rum"

Harumi mendorong kursi Rama sehingga menjauh darinya. "Berisik banget sih. Badan-badan gue juga, ya suka-suka gue"

Rama tertawa keras, kembali menarik kursinya ketempat semula. "Siang begini udah kusut aja muka Lo, mau cepet jadi nenek-nenek ya?" Harumi memainkan ponselnya mengabaikan Rama yang terus mengoceh berbagai hal.

"Tanggepin dong Rum, kasian Rama yang dari tadi caper sama lo" ucap Viony, sahabat Harumi yang baru datang bersama pacarnya. "Dih ogah gue caper sama cegil modelan Rumi"

Harumi tertawa sesekali menanggapi pesan dari Bella, teman SD nya dahulu. "Lo lagi chat sama siapa sih?" Kepo Rama mencoba mengintip sedikit. Namun dengan sigap Harumi mendorong muka Rama menjauh "asal Lo tau, azab orang kepo itu lebih pedih"

Perdebatan mereka terhenti setelah tentor datang. "Siang adik-adik" sapa kak Layla, mulai mengajar kan mapel biologi sesuai jadwal.

Selama pembelajaran, pikiran Harumi melayang kepada remaja yang ia temui di gerbang tadi. *Mukanya kayak ga asing? Tapi pernah liat dimana ya? Mungkin dia murid baru?* Batin Harumi tidak memperhatikan pembelajaran.

"HARUMI TERESA!" Lamunannya terbuyarkan saat namanya dipanggil. *Orang hobi banget teriak-teriak sih hari ini* mata Harumi terbelalak menyadari siapa yang berteriak padanya. "Ada apa ya kak?" Cengir Rumi menampilkan deretan gigi kelincinya.

"Tidak fokus selama pelajaran. Bagaimana cara kamu menjawab soal jika tidak mendengar penjelasan kakak?" Harumi mengangkat kedua tangannya dan menjawab dengan santai "Dengan berdo'a kepada sang pencipta"

Gelak tawa terdengar dipenjuru kelas menambah kekesalan Kak Layla. "Sudahlah, kamu antarkan buku paket ke kelas sebelah" Dengan semangat rumi bangkit dari duduknya, "Jangan rindu saya ya kak. Rindu itu berat kakak ga bakal kuat, biar Dilan aja" Harumi keluar dari kelas dengan tawa riang dan mengetuk pintu kelas 8 dengan sopan. "Permisi kak. Saya ngantar buku paket"

"Makasih ya dek, tolong berikan ke Barra yang duduk di pojok sana" Harumi kembali mematung beberapa saat, namun dengan segera ia mendekati tempat duduk Barra "Makasih"

Harumi mengangguk dengan malu-malu, berlari kembali ke kelas 7. "Sekarang kamu kenapa lagi? Dikejar setan?" Tanya kak Layla dengan wajah lelah, menatap Harumi yang masuk dengan membanting pintu.

"Setan juga mikir dua kali sebelum ngejar saya kak" Harumi duduk kembali ke bangkunya, tetap tersenyum tidak jelas. Ia menepuk bahu Rama yang duduk didepannya. "Ram, sejak kapan ada murid baru di kelas sebelah?"

Rama menatap Harumi dengan tatapan bertanya. "Baru hari ini, namanya Barra. Lo suka?"

"Lo kenal? punya nomernya? Tau dia sekolah dimana? atau tau alamat rumahnya?"

"Sini hp Lo" ucap Rama malas dan mengetikkan nomor Barra di ponsel Harumi. "Yeyyy. Makasih Roma Irama"

"Sialan Lo ganti-ganti nama gue. Nyesel gue bantu lo" umpat Rama yang kembali fokus mengerjakan soal. "Cowok kok ngambekan" Harumi menjulurkan lidahnya mengejek.

"Vivi, bantuin gue deketin anak kelas sebelah dong" bisik Rumi ke sahabatnya yang duduk disamping. Viony tersenyum manis dan menangkup kedua pipi sahabatnya ini. "Kita belajar dulu oke? Nanti gue bantuin Lo deket sama anak sebelah. Sekalian gue tempelin Lo sama dia, biar bisa Lo bawa kemana-mana"

Harumi bertepuk tangan heboh menarik perhatian seluruh kelas, tentu saja kak Layla juga termasuk "Rumi! untuk kamu kerjakan paket 5 dan kumpulkan saat pulang!" final kak Layla dan keluar kelas ketika bel istirahat berbunyi. "Loh loh kok gitu kak? Kak!?" Harumi terduduk pasrah dibangkunya dan menatap Dio, pacar Viony yang duduk di belakang Viony. "Dio anak baik, Lo mau bantuin gue kan?"

"Semangat ya Rum, gue tau Lo pasti gak bisa" Dio menarik Viony dan melenggang pergi ke kantin bersama teman-temannya. Kini tinggal Harumi sendiri di kelas mengerjakan tugasnya. "Dio! Kenapa Viony Lo ambil!?"

Waktu berlalu dan bel pulang berbunyi. Harumi menarik paksa Viony untuk menemaninya ke ruang tentor.

Tok...tok...tok

"Permisi kak" ucap Harumi sopan, berjalan ke meja kak Layla dan mengumpulkan tugasnya. Sebelum keluar, matanya berhenti ke Barra yang duduk bersama seorang tentor fisika. Remaja itu fokus mendengarkan penjelasan tentor, ia kembali bertanya jika belum mengerti dan mengangguk jika sudah paham. Harumi mencoba tersenyum semanis mungkin saat Barra meliriknya "Orang yang jatuh cinta emang beda ya" cibir Viony.

"Gue emang kalem kok" balas Rumi, masih terus menatap Barra yang kembali fokus dengan pelajaran nya. Viony menghela nafas lelah menarik sahabatnya keluar dari ruang tentor dengan menggerutu "iya kalem, kayak lembu"

Dio melambaikan tangan dari depan pagar, mengisyaratkan Viony untuk naik ke motornya. "Kita duluan ya Rum" ucap Viony sebelum motor Dio melaju meninggalkan Harumi yang duduk sendirian menunggu kakaknya. Toh kakaknya juga yang membawa motor pikirnya.

Harumi merasakan seseorang duduk disampingnya, membuatnya gugup sendiri "Hai nama gue Rumi. Siapa nama Lo?" Barra menatap uluran tangan Harumi sekilas, tidak berniat untuk membalas. Gadis itu menarik kembali uluran tangannya dan duduk dalam diam karena malu.

Barra bangkit dari duduknya saat jemputannya sudah tiba. "Barra" ucapnya dan menatap Harumi yang juga menatapnya.

"Oh iya. Hati-hati Barra" gugup Harumi melambaikan tangannya saat Barra sudah masuk ke mobil jemputan nya. Bertepatan dengan itu, Hasita keluar dari kelasnya dan mendapati pemandangan adiknya yang tersenyum tidak waras sembari menyapa orang yang lewat. "Sehari aja Lo ga malu-maluin gue ga bisa ya!?"

"Hehe, gak bisa kak"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GREYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang