Part 1: Awal yang Tenang
Judul: Awal yang Tenang
---
Pagi itu, sinar matahari menembus jendela kamar Alex, mengundang kehidupan untuk dimulai. Alex menggerakkan tubuhnya yang masih malas dari tempat tidur, meraih ponsel di meja samping dan mengecek pesan singkat yang masuk. Tidak ada yang istimewa, hanya pesan promosi dan beberapa notifikasi media sosial. Rutinitas pagi yang biasa, tidak ada yang berubah.
Alex adalah seorang pria berusia 28 tahun yang bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan kecil di kotanya. Pekerjaannya tidak terlalu menuntut, tetapi cukup untuk membuatnya sibuk sepanjang hari. Dia menikmati pekerjaannya, menemukan kepuasan dalam menciptakan sesuatu yang indah dan bermakna dari layar komputernya.
Setelah mandi dan sarapan seadanya, Alex bergegas menuju kantornya. Jalanan kota yang padat dengan lalu lintas pagi sudah menjadi pemandangan biasa baginya. Sesampainya di kantor, dia disambut oleh rekan-rekan kerjanya dengan senyuman dan sapaan hangat.
"Selamat pagi, Alex!" seru Sarah, rekan kerjanya yang selalu ceria.
"Pagi, Sarah," balas Alex singkat sambil tersenyum. Dia berjalan menuju mejanya, menyalakan komputer, dan memulai pekerjaannya.
Hari itu, seperti hari-hari lainnya, berlalu dengan cepat. Proyek desain yang sedang dikerjakannya menuntut perhatian penuh, dan Alex terlarut dalam pekerjaannya hingga waktu makan siang tiba. Dia memutuskan untuk makan di kafe terdekat bersama beberapa rekan kerja.
"Bagaimana proyekmu, Alex?" tanya David, salah satu rekan kerjanya, sambil menyeruput kopi.
"Berjalan lancar. Aku sedang mengerjakan desain baru untuk klien besar. Agak menantang, tapi menarik," jawab Alex dengan antusias.
Setelah makan siang, Alex kembali ke kantornya dan melanjutkan pekerjaannya hingga sore hari. Pukul lima tepat, dia merapikan mejanya, mematikan komputer, dan pulang ke rumah. Perjalanan pulang yang melelahkan membuatnya merasa lelah, tetapi dia tetap menikmati momen-momen kesendirian di dalam mobilnya.
Sesampainya di rumah, Alex melemparkan tasnya ke sofa dan duduk di depan televisi. Dia merasa lelah, tetapi pikirannya terus berpikir tentang berbagai hal. Tanpa sadar, dia meraih ponselnya dan mulai menjelajahi internet. Awalnya hanya untuk mengisi waktu, tetapi semakin lama, Alex menemukan dirinya terjebak dalam lingkaran konten yang terus-menerus mengarah ke hal-hal yang lebih eksplisit.
Malam itu, Alex menemukan dirinya terjaga hingga larut malam, tergoda untuk terus mengeksplorasi dunia maya yang tidak terbatas. Saat akhirnya memutuskan untuk tidur, sudah lewat tengah malam. Dia merasa gelisah, namun tak kuasa melawan dorongan itu.
Hari-hari berikutnya, pola ini mulai terbentuk. Alex mulai menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar, mengabaikan aktivitas yang biasa dilakukannya. Kehidupan sosialnya mulai terpinggirkan, tetapi dia belum menyadari sepenuhnya apa yang sedang terjadi.
Malam-malam panjang di depan layar menjadi rutinitas baru. Alex tidak lagi merasa segar di pagi hari, pekerjaannya mulai terganggu, tetapi dia tetap merasa seolah-olah masih memiliki kendali penuh atas hidupnya.
Namun, dalam hati kecilnya, ada perasaan bahwa sesuatu sedang berubah. Sesuatu yang mungkin tidak baik. Tapi untuk saat ini, Alex memilih untuk mengabaikannya, berpura-pura bahwa semua baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada yang perlu diketahui orang lain.
---
Akan Bersambung di Part 2: Meningkatnya Kecanduan

KAMU SEDANG MEMBACA
MENUJU JALAN YANG LEBIH BAIK
Short StoryDalam bagian pertama ini, kita diperkenalkan pada Alex, seorang desainer grafis berusia 28 tahun dengan kehidupan yang terlihat normal dan stabil. Hari-hari Alex diisi dengan rutinitas pekerjaan yang ia nikmati, interaksi dengan rekan-rekannya, dan...