1

79 10 0
                                    

"Mayat lagi! Kali ini perempuan, di Apartment di Yeokchon-dong. Ada 4 tembakan di tubuhnya" Suara gemerisik terdengar di walkie talkie yang tergeletak di dashboard mobil

"The Four-Shot Killer lagi?"

"Kemungkinan besar. Posisi tembakannya sama"

Sehun menoleh ke sampingnya. Jongin yang sedang mengemudi memasang wajah serius, "dekat dari sini"

Jongin mengangguk, paham maksud Sehun. Kakinya menginjak pedal lebih kuat. Rahangnya mengeras, pasalnya ini sudah pembunuhan keempat dalam tiga bulan ini. Polisi masih belum menemukan satu pun petunjuk yang jelas soal The Four-Shot Killer, pembunuh berantai yang beberapa bulan ini menggemparkan Korea Selatan, khususnya masyarakat Seoul. Mereka bahkan baru saja selesai shift dari tugas pengintaian salah satu orang yang menjadi tersangka.

"Jadi yang kita intai tadi bisa dicoret dari daftar tersangka?" Tanya Jongin

"Belum tentu, bisa jadi komplotannya" jawab Sehun ragu

"Tapi dari analisis forensik sejauh ini, itu hanya perbuatan dari satu orang saja, bukan?" tanya Jongin

Sehun hanya bergumam. Kepalanya menoleh keluar jendela mobil. Punggungnya langsung menegak ketika melihat bayangan hitam berlari cepat di sela gang.

"Berhenti!" serunya sambil menyentuh lengan Jongin yang mengemudi

"Kenapa?" tanya Jongin sambil menepikan mobil

"Ada bayangan mencurigakan, ini dekat TKP, barangkali aja"

Jongin mengangguk, "kamu turun dulu aja, aku cari tempat parkir"

Sehun menggeleng, "gak usah, aku sendiri aja, kamu lanjut. Takutnya salah"

Jongin terdiam menimbang sebelum mengangguk, "Oke, kalau merasa bahaya, langsung call aja"

Sehun mengangguk sambil keluar dari mobil. Dia berlari masuk ke gang tempat sosok tadi menghilang.

Sehun berlari terus hingga bertemu perempatan. Badannya menunduk, melihati jalanan, berusaha mencari jejak yang mungkin tertinggal. Tapi sayangnya jalanan bersih, pasir pun tidak ada.

Akhirnya dia memakai logikanya. Biasanya seseorang yang berlari dari tempat perkara akan berlari lurus sampai dirasa sudah jauh, baru dia berbelok ke jalan raya atau tempat di mana dia memarkir kendaraannya.

Sehun melihat ponselnya, memeriksa lokasi pembunuhan tadi dengan lokasinya sekarang. Sudah ada ratusan meter, tapi ia merasa jaraknya masih terlalu dekat.

Dia kembali berlari tapi kali ini tidak secepat tadi, matanya awas menatap kanan, kiri dan bawah. Sehun juga mencopot earphone yang tadi dia pasang ketika turun mobil untuk mendengar update soal korban.

Setelah berlari selama belasan menit, ia akhirnya menyerah.

Dia menghembuskan napas kesal. Mungkin tadi hanya bayangannya saja.

Hahhh buang-buang waktu saja

Sehun menoleh ke sekeliling, entah ada di bagian mana dia saat ini, seberapa jauh dari jalan raya.

Sehun mendongak ke atas, melihat bulan yang hari ini tidak terlalu terang. Akibat hobinya melihati langit, dia sudah menyadari hal ini sejak pembunuhan ketiga, The Four-Shot Killer selalu beraksi ketika langit tidak terlalu terang.

Sehun menghela napas, tangannya merogoh saku jaket, berniat memasang kembali earphone yang sempat dia lepas tadi.

Namun pergerakan tangannya terhenti ketika matanya menangkap sosok di rooftop sebuah rumah yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Sehun memicingkan matanya, berusaha memerhatikan lebih jelas sosok yang berbalut warna hitam itu.

Itu orang?

Seperti menjawab pertanyaannya, sosok yang sedari tadi diam tidak bergerak itu mengangkat tangannya yang tak belapis apapun untuk membetulkan letak hoodienya. Warna putih tangannya seperti bersinar di antara kain-kain hitam yang membungkus badannya.

Itu orang.

Yang sangat mencurigakan, tentu saja.

Mana ada orang duduk memerhatikan satu arah di malam begini dengan baju tertutup warna hitam. Ditambah, rumah yang orang itu duduki saat ini gelap gulita.

Sehun berjalan cepat kesana, namun masih ia jaga langkahnya agar tak menimbulkan suara. Matanya terus menatap sosok yang memunggungi dirinya itu.

Sehun semakin yakin ketika dia sudah di depan rumah gelap itu. Tidak ada sedikitpun suara yang terdengar dari dalam rumah ini. Kalaupun penghuni di dalam sudah tidur, pasti masih terdengar suara mesin, seperti AC, kulkas. Tapi rumah ini sangat sunyi. Lalu kenapa sosok itu ada di sana?

Sehun menyisir bangunan rumah gelap di depannya. Mencari ceruk tembok atau pijakan untuk bisa naik ke atas.

Matanya tertuju pada rumah di samping rumah gelap. Tempat sampah iu bisa digunakan sebagai pijakan.

Sehun mendekat dan memeriksa sekitar tempat sampah itu. Di pagar dinding belakangnya ada dinding yang keropos. Cukup untuk pijakan sepatunya naik ke atas pagar dinding itu, setelahnya dia hanya tinggal berjalan di sisi pagar pembatas antara rumah ini dan rumah gelap, kemudian memanjat ke pagar rooftop rumah itu.

Sehun menatap sepatunya dan bersyukur dia baru balik dari tugas mengintai, karena saat mengintai dia biasa mengenakan sepatu tipis yang ringan namun kuat. Sepatu yang tidak berisik saat dikenakan dan enteng untuk dibuat lari. Ujung sepatu ini kecil, cukup untuk masuk ke cerukan dinding

Sehun berjalan mundur sebentar, memeriksa apakah sosok itu masih di sana. Jawabannya positif. Dia kemudian mulai memanjat dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara.

Kaki Sehun sudah melewati pagar rooftop dan mengambil posisi untuk berjalan cepat tanpa bersuara, ketika tidak sengaja kakinya menggeser kerikil. Suaranya sangat kecil, namun di suasana setenang ini, ditambah orang itu yang tengah waspada, membuat sosok itu menoleh dengan cepat.

Kaki Sehun sudah berniat maju dengan cepat untuk menahan sosok yang dia kira akan langsung kabur itu, namun tubuhnya mematung ketika melihat mata sosok yang sedari tadi ia awasi punggungnya.

Sehun bisa merasakan badannya gemetar.

Mata itu. Mata yang sangat ia kenali. Mata indah di wajah yang pernah mengisi masa SMAnya. Wajah yang terpampang banyak sekali di lembaran album foto yang tersimpan di bawah kasurnya. Wajah yang berada di lembar foto yang tertekuk lecek di dompetnya. Wajah yang selalu ia bayangkan ketika melihat langit.

"Minseok?"

Wajah yang selama ini mati-matian ia cari kabarnya.

Wajah dari cinta pertamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Embracing His True SelfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang