BAB 3 : PERTEMUAN DI MALAM HARI

1 0 0
                                    

Malam itu, Kampung Harmoni diliputi keheningan. Hanya suara jangkrik dan angin yang berhembus lembut menemani kegelapan malam. Rahman baru saja selesai bekerja di bengkel dan sedang berjalan pulang ke rumahnya. Pikirannya penuh dengan rencana-rencana untuk proyek komunitas yang baru, serta kebahagiaan dalam kehidupan barunya bersama Aulia. Namun, malam itu akan membawa perubahan yang tidak terduga. Saat melewati sebuah gang gelap dekat rumahnya, Rahman mendengar suara gemerisik dan isak tangis pelan. Dia berhenti sejenak, telinganya menangkap suara samar seseorang yang terisak dalam ketakutan. Rasa penasaran dan keprihatinan mendorongnya untuk mendekati sumber suara.

Di ujung gang yang gelap, Rahman menemukan seorang pria muda yang tampak panik dan kebingungan. Pria itu mengenakan pakaian yang berlumuran darah, wajahnya pucat, dan tubuhnya gemetar hebat. Rahman bisa melihat bahwa pria ini sedang dalam keadaan yang sangat tertekan.

"Hei, kamu butuh bantuan?" Rahman bertanya dengan nada tenang, mencoba untuk tidak menakut-nakuti pria muda itu lebih jauh.

Pria muda itu, yang kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Arif, mengakui dengan suara bergetar bahwa dia baru saja membunuh seseorang. Wajahnya penuh dengan ketakutan dan penyesalan. Rahman bisa merasakan ketulusan dalam kata-kata Arif dan tahu bahwa pemuda ini bukan seorang pembunuh profesional, melainkan seseorang yang terjebak dalam situasi yang sangat buruk.

Rahman segera membawa Arif ke apartemennya, di mana dia bisa memberikan pertolongan pertama dan menenangkan pemuda itu. Rahman memberikan air minum dan membiarkan Arif duduk di sofa, mencoba untuk menenangkan dirinya. Setelah beberapa saat, Arif mulai bercerita tentang apa yang terjadi. Arif adalah seorang mahasiswa yang hidup sederhana. Malam itu, dia terlibat dalam perkelahian dengan seorang pria yang mengancam akan menyakiti adiknya. Dalam pertarungan yang tidak seimbang, Arif tanpa sengaja membunuh pria tersebut. Ketakutan dan kepanikan membuatnya lari tanpa tahu harus berbuat apa.

Rahman mendengarkan dengan sabar setiap kata yang diucapkan Arif. Dia bisa merasakan rasa bersalah yang mendalam dan ketakutan yang meliputi pemuda itu. Rahman teringat akan masa lalunya sendiri, ketika dia pertama kali terlibat dalam dunia kejahatan. Dia tahu bahwa Arif membutuhkan seseorang yang bisa membimbingnya keluar dari kegelapan ini.

"Tenang, Arif. Kita akan menemukan cara untuk menyelesaikan ini," kata Rahman dengan lembut. "Tapi pertama-tama, kamu harus tenang dan berpikir jernih. Panik hanya akan membuat semuanya menjadi lebih buruk."

Rahman memutuskan untuk membantu Arif membersihkan diri dan menghilangkan bukti yang bisa memberatkan pemuda itu. Dia memberinya pakaian bersih dan membantu membersihkan darah dari tubuhnya. Setelah itu, mereka berdua mulai merencanakan langkah selanjutnya. Rahman menyarankan agar Arif menyerahkan diri kepada pihak berwajib dan mengakui apa yang telah terjadi. Namun, dia juga memahami ketakutan Arif akan konsekuensi dari tindakan itu. Rahman berjanji akan mendampingi Arif dan membantunya menghadapi apapun yang terjadi.

Selama beberapa jam berikutnya, Rahman dan Arif berdiskusi tentang bagaimana menghadapi situasi ini. Rahman menekankan pentingnya kejujuran dan tanggung jawab, tetapi dia juga membantu Arif menyusun cerita yang bisa diterima oleh pihak berwajib. Mereka mempersiapkan segala kemungkinan, termasuk mencari saksi yang bisa mendukung versi Arif tentang kejadian malam itu. Arif merasa sedikit lebih tenang dengan kehadiran Rahman. Dia merasa bahwa ada seseorang yang peduli dan bersedia membantunya keluar dari situasi sulit ini. Rahman, di sisi lain, merasa bahwa ini adalah kesempatan baginya untuk menebus masa lalunya dengan membantu orang lain.

Ketika pagi tiba, Rahman dan Arif bersiap untuk pergi ke kantor polisi. Namun, sebelum mereka pergi, Rahman merasa perlu untuk berbicara dengan Aulia tentang apa yang terjadi. Dia tahu bahwa dia harus jujur kepada orang yang dia cintai dan yang selalu mendukungnya. Aulia mendengarkan cerita Rahman dengan hati-hati. Meskipun dia terkejut, dia menunjukkan dukungan penuh dan berjanji akan membantu sebisa mungkin. Bersama-sama, mereka mengantarkan Arif ke kantor polisi.

Pertemuan Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang