The Root of All Things

13 0 0
                                    

Damian secara internal memahami bagaimana dunia ini bekerja. Dia selalu percaya jika keputusan yang bijak dapat mengantarkan seseorang pada jalan kebenaran. Dunia selalu berputar pada ambisi dan keinginan. Dia tahu dengan tumbuhnya keinginan yang lebih besar, dapat dengan mudah memunculkan ambisi yang salah arah. Begitulah Damian belajar untuk menciptakan batasan antar keduanya dengan penuh perhitungan.

Dia belajar banyak dari seseorang yang begitu dia percayai untuk membimbingnya. Damian selalu mengingat bagaimana ibunya mengajarinya untuk belajar begitu banyak hal. Ibunya adalah seseorang yang lembut dan baik hati. Mariana Jhonson selalu menganggap kebanyakan manusia terlahir dengan kemurnian jiwa yang diliputi kebaikan dan cahaya. Tidak ada seorang pun terlahir menjadi buruk kecuali adanya indikasi yang membentuk seseorang menjadi cukup terdistorsi. Itulah mengapa ibunya dengan penuh pengertian secara sadar memperhatikan banyak kebutuhannya dengan mencoba mengarahkan beberapa hal yang tidak dia mengerti dengan benar.

Pada tahun dimana Damian telah menginjak usia delapan tahun. Ibu dan ayahnya mulai mengajaknya pergi untuk merayakan Paskah di gereja. Gereja yang mereka kunjungi tidaklah begitu besar seperti tempat peribadatan lainnya di sekitar alun-alun kota. Karena tempatnya dekat dengan panti asuhan, terkadang Damian bisa melihat beberapa anak di sana datang untuk menyumbangkan Alkitab mereka kepada pihak gereja.

Pada awalnya, ibu atau ayahnya mungkin hanya mengundangnya ketika hari hari besar keagamaan dirayakan. Namun ibunya seringkali mengajaknya berkunjung kembali ke gereja setidaknya satu kali dalam seminggu untuk melakukan ibadah sesuai yang dianjurkan oleh peraturan keagamaan.

Tanpa dia sadari, Damian mulai terbiasa untuk terus pergi ke sana untuk sekedar berdoa atau melakukan pelayanan seperti yang biasa dia lakukan.

Ketika dia masih anak-anak. Banyak sekali hal yang dia yakini sebagai kebenaran. Ibunya seringkali memulai rutinitasnya untuk selalu datang mengunjungi kamarnya dan membacakan beberapa macam dongeng pengantar tidur untuk membantunya tertidur dengan tenang. Kebanyakan dongeng-dongeng yang diceritakan oleh ibunya tidak lain adalah kisah-kisah seorang pahlawan dengan sikap keren seperti seorang kesatria. Dulu dia sangat berharap agar menjadi seperti mereka, namun menjadi pahlawan terlihat melelahkan. Sehingga dia tidak lagi menginginkannya.

Kebanyakan dongeng-dongeng itu biasa dibalut dengan cukup unik. Mengingat pikiran anak-anak yang masih begitu rapuh, mereka dengan banyak keyakinan polosnya menganggap kebanyakan hal yang disampaikan oleh para orang dewasa sebagai bentuk kebenaran. Keyakinan yang ditanamkan melalui begitu banyak perantara dapat dengan mudah masuk melalui pikiran maupun jiwa mereka sehingga menjadi cukup mudah untuk sekedar dibentuk ataupun dibengkokkan.

Namun hal-hal buruk bisa terhindarkan jika seorang dengan banyak kebijaksanaan di bawah kaki mereka mampu untuk menuntun anak-anak itu sedini mungkin. Mencegahnya memasuki lubang yang berlumpur pada masa depan yang akan datang.

Mengingat hal itu, Damian berpikir jika ibunya adalah seorang yang penuh dengan kebajikan seperti apa yang sedang dia pikirkan sebelumnya. Dia praktis menganggap ibunya sebagai seorang malaikat yang turun dari surga dengan membawa cahaya kebaikan dari bawah telapak tangannya.

Damian ingat suatu kali dimana ibunya datang di tengah malam dengan mengetuk pintu kamarnya dengan sabar. Dia yang pada saat itu tengah terjaga, dengan cepat menoleh ke arah pintu dan membukanya untuk sekedar melihat ibunya berdiri di depan sana dengan senyuman lembut di sekitar bibirnya.

"Damian, kamu kesulitan dalam tidurmu?" Ibunya bertanya dengan sayang. Sedikit berjongkok untuk sampai pada ketinggian tubuhnya.

Damian mengangguk "Sedikit mimpi buruk. Tapi ini akan baik-baik saja, Ibu. Maaf telah Membangunkanmu." ibunya menghela napas kecil, kemudian menggeleng sebagai tanggapan. Berdiri sejenak untuk mengaitkan jari-jari tangannya untuk mendekat dan menariknya kembali ke arah tempat tidur.

The Dream Destiny Had in StoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang