"Uncle temenin aku ke minimarket dong!" Pinta karina sembari membuka pintu kamar winter, sang paman yg satu bulan ini tinggal bersamanya, menemaninya selama orang tuanya berada diluar negeri untuk urusan pekerjaan.
"Aku sibuk!" Tolak nya dengan delikan tajam sarat akan ketidaksukaan dengan tingkah keponakannya yg tidak sopan.
Karina tidak menghiraukan, justru membawa langkahnya masuk menghampiri sang paman tengah berkutat dengan laptop. mungkin mengurus pekerjaan, sayangnya ia enggan peduli karna yg karina inginkan adalah ditemani wanita spesial itu untuk membeli cemilan. Hari memang belum terlalu malam dan ia tentu saja berani untuk pergi sendiri ke minimarket yg ada di depan komplek perumahannya, hanya saja karina tidak ingin melakukan itu. Ia ingin pergi dengan winter yg selama satu bulan ini begitu sulit untuk didekati, entah karna wanita spesial itu benar benar sibuk atau alasan karna tidak ingin direpotkan, yg jelas kali ini ia tidak akan membiarkannya. Bagaimana pun caranya karina harus bisa membawa wanita setengah pria itu keluar dan menemaninya "ck! Sok sibuk!" Cibir nya memutar bola matanya malas lalu mengambil duduk disisi sang paman dengan menampilkan wajah cemberut. Terlebih karna winter tidak sama sekali mengalihkan pandangannya dari layar datar dihadapannya membuat karina berpikir mungkinkah benda itu lebih menarik dibandingkan dengan paras cantiknya? Selera winter benar benar buruk dan tentu saja itu menyebalkan bagi nya yg jelas jelas tertarik pada sosok sang paman yg begitu tamvan dan mempesona.
Sejak pertama kali melihat winter datang kerumahnya, karina sudah terpesona. Ia berharap bisa dekat dengan wanita spesial itu, tapi sialnya winter tidak sedikitpun melirik nya yg membuat nya tersinggung tapi juga penasaran akan sosok sang paman yg baru dirinya kenal, mengingat ketika ayahnya menikah dengan kakak tirinya winter tidak datang. Wanita spesial itu tinggal diluar negeri sejak kuliah dan baru kembali satu bulan ini, sebuah kebetulan untuk kedua orang tua karina yg harus pergi untuk mengurus pekerjaan, sementara karina tak memungkinkan untuk ikut dengan mereka, mengingat kini karina sudah kelas tiga SMA dan akan segera melangsungkan ujian. Jadilah winter diminta untuk tinggal dirumah besar ini menemani karina dan itu benar benar berkah untuk wanita remaja itu, sayangnya hingga saat ini karina belum juga bisa akrab dengan pamannya itu. Winter terlalu tertutup, dingin dan tak tersentuh tapi karina janji akan membuat winter menjadi miliknya.
"Uncle" Panggil karina sedikit merengek, namun winter tidak juga menghiraukannya tetap fokus pada layar laptop membuat karina semakin cemberut sekaligus juga kesal, hingga akhirnya sebuah tindakan ia lakukan untuk menarik perhatian pamannya dan itu berhasil.
"Karina! Ka-"
Sebuah kecupan karina berikan untuk menghentikan protes winter, membuat wanita spesial itu semakin membulatkan matanya menata karina amat sangat tajam. Tapi sayangnya karina tidak sama sekali merasa takut karna yg ada justru senyuman yg ia tampilkan dikedua sudut bibirnya
"Pekerjaan uncle sudah selesai" Ucap karina menunjuk pada laptop yg tertutup akibat ulahnya "sekarang ayo temani aku ke minimarket , cemilan ku sudah habis. Menonton tanpa mengunyah rasanya kurang seru. atau.. " Karina menjeda kalimatnya kemudian memajukan tubuhnya kearah winter hingga menyisakan jarak beberapa senti saja "uncle mau nemenin aku?" Tanyanya dengan bisikan sensual, jangan lupa dengan kedipan genitnya yg sukses membuat wajah winter memerah, entah itu karna marah atau malu yg jelas winter terlihat sangat menggemaskan dengan ekspresinya yg seperti itu dan karina tak bisa menahan diri untuk tidak mencium pamannya yg tamvan itu. Berbeda dengan sebelumnya kali ini karina sedikit melumat bibir winter yg lembut dan hangat membuat winter terkejut, namun karina hanya memberinya senyum lalu bangkit dari ranjang sang paman "ayo, temani aku ke minimarket sebelum semakin malam" Ajaknya lagi tanpa sama sekali menampilkan raut wajah bersalah akan tindakannya yg bisa dikatakan lancang.
Winter yg masih dalam keterkejutan segera berdehem lalu tanpa kata bangkit dari duduknya dan meuruti apa yg keponakannya itu inginkan meski dengan perasaanya yg tak karuan, ini benar benar mengejutkan. Winter tidak menyangka bahwa anak tiri dari kakaknya itu akan seberani ini, namun perlu winter akui bahwa karina yg agresif seperti ini terlihat menarik dan harus winter akui juga rasa bibir keponakannya itu begitu lembut dan manis membuat ia ingin kembali merasakannya lagi "shit!" Umpat nya dalam hati