Vara berlali secepatnya, supaya gerbang tidak di tutup oleh satpam. Tepat waktu, Vara sudah berada di halaman sekolah."Hadeh, neng datangnya mepet banget." satpam geleng-geleng.
Vara tersenyum. "Hehehe, maaff pa." setelah mengucapkan itu, Vara berjalan cepat menuju kelasnya. 11 ips 2.
Vara tepat ada di depan kelasnya, melihat beberapa sudah siap untuk melaksanakan upacara bendera merah putih. Sedangkan Vara masih biasa saja, belum memasang topi, dasi.
Setelah melangkah beberapa langkah memasuki kelas, dan berjalan kearah mejanya di belakang dekat dengan jendela. Alasan Vara memilih tempat itu agar dapat melihat cogan yang melewati kelasnya.
"YA ALLAH, VARA!! TUMBEN BANGET LU TELATT!" teriak Elika, Elika Amalia teman meja Vara, gadis cantik yang memiliku suara cempreng, ga teriak ga hidup.
Vara menghela nafas. "Gue di tabrak orang." jawabnya, setelah itu Vara duduk di sebelah Elika.
"WHAT, KO BISA"
"Brisik banget lu Lik, sakit nih lutut gue." Vara menunjukan lututnya yang terlihat memar.
Elikan memperhatikan lutut Vara yang memar, berwarna ungu. "Mampus," bukannya kasihan, Elika malah menertawakan.
Vara memutar bola matanya malas. "Gue ga ikut upacara, mau ke uks."
"Gue anter deh, kasian banget lu, HAHAHA"
***
Rivan sudah berada di kawasan pesantren, lalu berjalan ke dalam kobong. Kobong ya berisikan 4 orang.
"Woi, van." teriak Reno.
Reno, teman kobong Rivan, Reno memiliki paras tampan, suara merdu, minesnya sering teriak gajelas.Rivan melihat ke arah suara yaang memanggil namanya. "Apaan?" jawab Rivan ketus.
"Kenapa tuh muka cemberut?"
"Gue nabrak orang."
Reno hanya menggaguk. Hinga beberapa saat menyadari bahwa Ravin menabrak orang.
"Lu nabrak orang, oh iya-iya" Reno sedikit menjeda ucapannya, hingga beberapa saat. "OWALA, LU NABRAK SIAPA BABAMBANG." teriaknya kaget.
Rivan sudah tau bahwa temannya ini akan berteriak, ga teriak bukan Reno namanya. "No suara lo berisik."
Mereka berjalan bersamaan ke arah kobong, denhan Rivan berjalan lebih cepat di banding Reno.
"Jawab gue dulu woi." Reno berjalan menyusul Rivan yang meninggalkannya.
"Anak Sma Taruna."
"Cantik ga."
"kaga tau."
Reno menggeleng. "Ckck, terus gimana lu tanggung jawab ga?"
Rivan menyadari bahwa dia tidak memastikan Vara baik-baik saja. "LAH IYA NO, GUE KAGA NANYA"
Reno sudah menebaknya. "KAN, UDAH GUE TEBAK NIH, KEBIASAAN."
Sekarang mereka sudah berada di depan kobong. Melihat pintu kobong yang masih tertutup rapat, sepertinya dua orang sahabatnya masih di alam mimpi.
Ravin membuka pintu kobong, terlihat dua sahabatnya yang masih tertidur sangat nyenyak setelah solah subuh tadi.
"Gue lait tadi lututnya memar, salah dia sendiri nyebrang ga liat kanan kiri." Rivan benar, salah Vara menyebrang tanpa melihat kanan kiri, namun dirinya pun tidak membenarkan prilakunya.
"Astagfirullah, Rivan yang ganteng, LU TETEP SALAH OGEB!." teriak Reno di akhir ucapannya.
"Masih pagi juga pada bersik lu," dia Raga, Raga yang memiliki paras hitam manis, tubuh tinggi, skali senyum beh maniss.
"Nih, temen lu, nabrak orang gila." tunjuk Reno pada Rivan yang sedang menaiki tangga menuju kasurnya.
Sedangkan Reno duduk di atas kasurnya yang berasa di bawah kasur Rivan.
Jadi di kobong itu ada empat kasur, kaya kobong pada umumnya ada yang di atas dan di bawah.
"HAH GILA, SI RIVAN??" tanya Raga, langsung raga bangun dari tidurnya dan duduk di atas ranjang.
"Iya, mana kaga tanggung jawab lagi!"
"Heh, gue udah nolongin ya semut, gue udah ngasih nebeng sampe depanh sekolahnya."
"Ada apa si, pagi udah berisik ganggu orang tidur!" ucap seseorang di ranjang atas. Dia Kinan penghuni kobong itu juga, Kinan yang memiliki postur tubuh tegap, warna kulit langsat membuat dirinya terlihat sangat lakik💪🏻
"Bangun lu tidur mulu," ucap Rivan sambil melempar bantal miliknya kearah Kinan, dan tepat sasaran.
"Eh setan, kaga sopan!" ketus Kinan, melempar balik bantal Rivan sambil berkata "Bantal lu bau jigong najis!"
Rivan menangkap bantal itu tepat sasaran. "Yeuh, wangi gini" seraya mencium bantalnya.
"Back to topic, Rivan." Reno mengembalikan topik kesemula.
"Udah gitu aja, kaga ada yang laen." jawab Rivan, memang sudah sampai situ pertemuan mereka.
"Ah, lu mah ga seru! Tukeran Ig ke Watshaap ke,"
Raga dan Kinan yang hanya menyimak tidak mengerti pembicaraan apa yang mereka berdua sedang bicarakan.
"Ngomongin apasi lu berdua?" tanya Kinan penasaran. Di banding Raga, dia yang paling terakhir bangun, Raga pasti sudah mendengarkan lebih banyak dari Kinan.
Rivan dan Reno mengulangi peristiwa yang di alami Rivan tadi pagi. Reno yang kesal, terus saja memotong pembicaraan Rivan.
"Gila, lu Vin, btw ganteng ga?" tanya Kinan, maklum belum sadar sepunhnya, dia berbicara ngelantur.
"Hah? Ganteng? Cewe Ganteng?" Reno menjeda ucapannya beberapa saat "CANTIK BEGO, CANTIK!"
"Nah iya itu, maksud gue!"
"Anak Sma Taruna kan?" tanya rmRaga memastikan kembali, takutnya salah denger.
"Heem" jawab Rivan santai.
"CANTIK TUH PASTI!" teriak Raga, pasti cantik SMA Taruna mah ga perna gagal.
"PINDAH KOBONG GUE DAH, DISINI ORANG-ORANGNYA TERIAK-TERIAK MULU!" tanpa sadar Reno pun berteriak, sudah muak berada di kobong ini, hobinya teriak-teriak mulu.
"Ngaca, lu juga teriak jigong!" sabar Kinan sabar, orang sabar di sayang orang waras.
***
SEFGITU AJA JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN VOTE, KOMEN
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri itu
Teen FictionKisah santri dengam anak Negri. Apakah seorang anak yang bersekolah di negri bisa mendapatkan cinta seorang santri putra? Apakah santri putra hanya untuk santri putri itu nyata, atau hoax? *** "Tahta tertinggi mencintai itu, mengikhlaskan." *** "Per...