1

632 80 9
                                    

Naruto belongs to Masashi Kishimoto!

Don't like, don't read!ㅤ

Don't forget to like and comment for the next chapter.


⇀ ↽





Bunyi gedebuk disertai munculnya dua entitas tidak dikenali, tepat di bawah pohon besar yang sekitarnya dipenuhi semak-semak tak beraturan.

Gemersik pepohonan rindang di siang yang terik ini. Matahari tepat berada di atas kepala, siapapun lebih memilih berada di dalam rumah masing-masing dan bersantai.

Tapi tidak dengan dua entitas kecil entah darimana asalnya.

"Akh, ittai!" teriak seseorang yang tertimpa sesuatu di atas tubuhnya. Sedangkan yang di atas memejamkan mata seolah tidak terjadi apa-apa sembari memeluk tubuh di bawahnya.

"Hitoshi, kau berat! Cepat minggir!" Dengan sedikit berteriak yang di bawah berusaha melepas pelukan bocah di atasnya, karena sungguh ia merasa tulang punggungnya retak berkeping-keping.

"Ah, gomen nii-san!" pekik sang bocah sambil bangun dari tubuh yang dipeluknya tadi.


Keduanya bangun dan terduduk, melihat sekeliling yang dipenuhi pepohonan dan semak-semak. Mereka berpikir ini hutan.

"Huh.. kau ini 'kan sudah kubilang jangan tutup matamu, cukup pegang tanganku erat-erat." seru si kakak sambil mata onyx-nya menatap sedikit jengkel sang adik yang sepertinya merasa bersalah sebab terlihat pada pancaran mata lavender-nya yang meredup.

"Hum.. tadi itu sangat gelap nii-san! Jadi.. mungkin tidak sengaja?" jawabnya dengan tampang polos. Hitoshi memang seperti itu selalu percaya, selama sang kakak berada di sisinya ia akan baik-baik saja. Contohnya saat ini, pribadinya memang sangat memancarkan kesan seorang adik yang polos dan lucu tapi dia pantang menyerah seperti ibunya.


"Sudahlah, ada yang sakit? Sini kulihat." Mata si kakak tertuju pada tubuh sang adik dan mulai menyentuh bahu, kepala, tangan, kaki lalu wajahnya seterusnya berulang-ulang.

"Huuh.. nii-san aku baik-baik saja, berhenti." Yang lebih muda sedikit menggerutu sebab sang kakak mengelus dan mencubit lembut pipinya sedikit berlebihan, setelah ini pasti akan memerah.

"Hahaha, kau lucu sekarang pipimu memerah seperti tomat Hito-chan~" ledeknya pada sang adik yang sekarang cemberut dan memalingkan wajahnya.

"Huuh, nii-san jangan meledek dan memanggilku begitu seperti yang lain! Huum!" balasnya sambil mengerutkan alis dan menggembungkan pipinya, berusaha terlihat marah dan seram pada sang kakak.

Hitoshi tidak suka dipanggil seperti itu bukan membenci hanya dia beranggapan orang-orang pasti melihatnya kecil dan selalu begitu. Karena dia merasa sudah besar dan cukup kuat, walaupun baru berusia 6 tahun.



"Nee, Hitoshi. Sekarang kita harus pergi ke... ." Seakan melupakan fakta bahwa tempat ini berbeda dari biasanya. Ia baru menyadarinya.

Past JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang