3| Ri, just wait

989 126 17
                                    

Beginilah nasib, jika pagi-pagi buta diburu-buru sementara nyawa pun masih belum sempurna terkumpul. Ruka sampai tidak sempat menuntaskan panggilan alam wajibnya. Alhasil, setelah menurunkan Sang Tuan Putri Aurora di sekolahnya, Ruka tergesa menuju ke toilet sekolah. Kamar mandi pria berada tidak jauh dari area drop off. Setelah selesai menuntaskan panggilan alam itu, Ruka harus melewati lorong kamar mandi sebelum sampai di wastafel untuk mencuci tangan.

Sebuah suara agak mengagetkan Ruka. Suara seorang gadis. Berasal dari depan area drop off yang masih terlihat dari posisi berdiri Ruka sekarang. Ruka menoleh, melihat seorang gadis mendekati seorang remaja cowok sambil memberikan sebuah lunch bag.

Hanya terlihat sekilas, dan Ruka bisa melihat profil wajahnya dari samping.

Ruka membeliak. Dia mengenali wajah itu dari foto yang dikirim ibunya tempo lalu. Mata hitam berkilau. Bibir terlekuk indah. Rambut hitam lurus. Ruka sudah sangat hafal visual fisiknya dari foto.

Dan itu memang dia. Itu pasti calon tunangannya. Itu pasti Ritha.

Gadis itu kini memunggunginya, lalu berjalan masuk kembali ke dalam mobil yang dibuka oleh seorang supir.

Sementara Ruka hanya membatu mengamati.

Ternyata Ritha juga memiliki rutinitas mengantarkan adiknya? Atau memang kebetulan hari ini saja mereka berangkat bersama karena mungkin, Ritha memiliki kelas pagi?

Dan kini, haruskah Ruka mengajaknya berkenalan? Ruka bisa saja berlari lalu mencegat mobil itu berjalan, meminta waktu Ritha sebentar untuk sekedar menyapa.

Tetapi, apakah tidak terlalu terburu? Penampilannya juga terhitung tidak layak untuk menemui seseorang. Hanya mengenakan hoodie dengan celana pendek, dan belum mandi pula. Ini bukan momen yang ideal. Tidak sopan pasti mengajak calon tunangannya berkenalan ketika penampilannya masih sekumal ini.

"Kak Ruka, kenapa malah bengong di sini? Buruan pulang, sana! Tadi aja ngomel-ngomel pengen cepet pulang." Suara sang adik menggelegar dari depan ruangan.

"Jangan lupa nanti sore jemput Adek juga ya, Kak. Lopyu, Kak Kukangku!" Teriaknya lagi.

"Huft."

Ruka hanya menarik napas, juga abai pada teriakan adik perempuannya.

Pikirannya masih berputar pada sang calon tunangannya.

Baiklah. Mungkin tidak hari ini. Mungkin bisa lain kali. Dan Ruka harus segera mencari cara bagaimana agar bisa bertemu dengan gadis itu lagi.

•♡♡♡•

"Nyu!"

"Mmm?"

"Unyu!" Ayon mengguncang-guncang lengan seorang cowok di sampingnya ketika dia tidak kunjung mendapat respons berarti. "Nyu! Kamu kok main game terus?! Lihat aku, dong!"

Yang dipanggil Unyu itu mengalihkan pandang dari layar ponselnya, menoleh kepada Ayon selama satu detik, lalu kembali bermain. "Udah," ujarnya tanpa dosa.

"Iiih, Unyu udah enggak sayang ya, sama Ayon?"

Sekali lagi, Ayon menggoyangkan lengannya, sedikit lebih menuntut. Sekali lagi pula, permainan terpaksa dia abaikan. Sang cowok menoleh kepada Ayon selama sedetik, atau dua, membuka risiko bagi dirinya untuk diserang musuh.

"Sayang, kok."

"Kalau sayang, kenapa main hape terus? Bukannya pacarnya diperhatiin!"

Baiklah, konsentrasi si Unyu benar-benar buyar sekarang. Dia menonaktifkan layar ponsel, menyimpannya di saku, lalu menatap gadis bermata bulat berwarna hitam legam di hadapannya seolah jika tidak diperhatikan, Ayon bisa dilibas penculik. Atau seperti itu, kesannya.

ToGetHer | RuPha [ABANDONED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang