1.

7 1 0
                                    

Nala tersenyum saat melihat foto masa kecil mereka terpajang dengan rapi di kamar Ella, dari saat mereka masih merangkak, berjalan, hingga saat ini. Foto itu adalah bukti mereka tumbuh bersama.

"lihat apa sih nal?" tanya Bian saat melihat Nala tak kunjung bergabung dengan dirinya bersama Ella.

Nala menoleh sekilas, melihat Bian dan Ella yang bermain game. "foto kita"

Bian tak menyahut dia fokus pada game yang dia mainkan.

Nala menjadi teringat kenangan masa kecilnya dengan mereka.

Kepribadian Nala yang tenang berteman dengan Bian dan Ella yang merupakan tetangganya. Bian dan Ella adalah makhluk kecil yang sangat usil saat itu, tenaga mereka tidak habis habis, berbanding terbalik dengan Nala yang cepat capek.

"ihhh Nala ayo lari jangan klemar klemer!, nanti kita ketauan tau!" ucap Ella kecil dengan berkacak pinggang saat Nala duduk kecapean.

Nala menarik nafas dengan tersenggal karena berlari. "bentar aku capek"

Bian yang didepan menghentikan langkahnya saat mendengar percakapan mereka, lalu menoleh kebelakang, melihat Ella dan Nala. "kenapa berhenti?"

Ella cemberut kesal "Nala capek, jangan lari"

Bian mengangguk lalu berjalan kearah Ella dan Nala. "yaudah kita duduk di sana aja, kita udah jauh kok jadi aman" ucap Bian dengan menunjuk pohon di samping lapangan.

mereka bertiga berjalan beriringan kearah pohon tersebut dan duduk lesehan di bawahnya.

"makannya gimana?" tanya Nala saat Bian mengeluarkan mangga dari kantong plastik.

"tinggal mangap, kunyah, telan" jawab Ella enteng.

"ihhh kalo itu Nala juga tau, maksudku kan kita ga bawa pisau buat ngupasnya"

"siapa bilang ga bawa?" tanya Bian remeh sambil mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya, ternyata Bian sudah mempersiapkan aksi nyolongnya dengan matang.

"pintar" puji Ella sambil mengangkat jempol membuat senyum Bian merekah.

Sore itu berkat kehadiran mereka berdua Nala bisa keluar dari rumahnya dan melupakan kejadian tidak mengenakkan yang sempat dia lihat di rumah.

"makasih ya" ucap Nala

Ella dan Bian menatap Nala yang duduk di tengah mereka. "ngapain makasih?, kita kan nyolong bersama" ucap Bian.

Nala tersenyum. "ya karena kalian aku ga lihat pertengkaran papa mama ku"

"kalo mereka berantem marahin aja, kan kamu bisa misahin aku sama Bian saat berantem" ucap Ella.

"ga bisa lah, mereka orang dewasa" balas Nala sambil memakan mangga.

"yaudah kalo papa mama kamu berantem kamu ke rumah aku atau Bian" usul Ella yang di setujui Bian.

"janji ya pertemanan kita harus sampai mati" ucap Nala sambil menyodorkan jari kelingkingnya, Bian dan Ella mengangguk dan menautkan jari kelingkingnya.

"janji" ucap mereka

"gue yang mati duluan dari kalian" gumam Nala.

"lo tuhan atu malaikat maut?" tanya Ella saat mendengar gumaman Nala.

Nala kaget lalu menoleh kesamping, menatap Ella yang menatapnya tajam, sejak kapan Ella berdiri di sampingnya?. "bukan keduanya, feeling aja"

Ella bersedekap dada keningnya tampak mengerut samar. "kayaknya tadi lo yakin banget bakal mati duluan"

Hello ben Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang