Prolog

1.4K 78 1
                                    



Sudah tidak terhitung lamanya Hanin tidak melihat cahaya matahari dari sini. Makanan yang diantar ke ruangan ini tadi pagi juga belum sama sekali ia sentuh. Sebenarnya sejak semalam ia agak kurang sehat, jadi ia hanya berbaring seharian ini sambil menatap langit-langit ruangan. Beruntung sampai saat ini ia belum gila karena dikurung di sini.

Hanin tidak tau bagaimana kondisi perubahan dunia di luar sana selama setahun mendekam di sini. Ia tidak tau kabar dari orang-orang yang ia kenal dari mulai Maminya sendiri, sampai Ben yang terakhir bertemu dengannya setahun lalu. Ben adalah salah satu orang paling baik yang Hanin kenal, dan ia berharap kehidupan Ben selama setahun ke belakang berjalan mulus dan bahagia sampai dengan seterusnya.

Pintu ruangannya diketuk dan masuklah salah satu pembantu rumah tangga yang rutin mengantar makanannya ke sini. "Loh, kok ndak dimakan lagi makanannya Non?"

Hanin menggeleng, "saya gak lapar. Kamu punya obat tidur nggak? Saya sakit kepala jadi gak bisa tidur."

"Akhir-akhir ini sakit kepala terus ya, Non?"

"Iya."

Perempuan itu mengganti nampan makanan di atas nakas dengan yang baru, dan merogoh kantung seragamnya untuk mengeluarkan beberapa butir obat yang masih dibungkus. "Ini Non, obatnya. Semangat ya Non, saya yakin suatu saat nanti Non bisa bebas dari sini."

Hanin tersenyum pahit, "saya aja gak yakin."

Setelah itu perempuan muda itu keluar dari sana dan mengunci pintu ruangan lagi. Hanin tersenyum dan bangkit berdiri. Ia meraih segelas air di atas nakas, dan mengeluarkan puluhan butir obat dari laci nakas yang selama ini ia kumpulkan. Mungkin persediaannya sekarang sudah cukup.

Hanin meraih kira-kira lima puluh butir obat ke dalam genggaman tangannya, dan segera memasukkannya ke dalam mulutnya yang kecil. Ia berusaha mati-matian menelan semua obat itu dengan bantuan segelas air, agar usahanya kali ini tak percuma.

Saat semua obat itu sudah mulai berkerja sesuai dengan fungsinya di dalam tubuh Hanin, perempuan itu hanya bisa mendoakan semua hal terbaik untuk Tamara.

Terakhir, ia juga mendoakan semua hal terbaik untuk Ben.

Ben, are you happy?

I hope you're always happy.

I'm not happy Ben, but.... It's okay. I already found a way out.

***

Meet the lead character

Meet the lead character

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haninditya Prasetya


Haninditya Prasetya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ben Adhinata

Are You Happy? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang