_Happy reading _
Mentari pagi bersinar cerah, menemani semangat pagi sambil diiringi dengan lagu favoritnya. Lagu yang di rilis oleh Nidji. Laskar pelangi yang tak asing lagi di telinganya, mengiringi setiap langkahnya di taman kota yang kian ramai di hari Minggu.
Gadis cantik dengan rambut sebahu, mengenakan Hoodie hitam dengan paduan celana rempel abu tua. Ditambah dengan kaca mata hitam dan sebuah jam tangan bermerek melingkar di tangannya.Terkesan sederhana tapi terlihat elegan. Sambil berlari kecil, mulutnya tak henti henti menyanyikan lagu favoritnya yang ia putar melalui headset bluetooth.
"Alma..."
Panggil seseorang dari belakang.Gadis itu tak menoleh Karena tak mendengarnya.
"Kamu Alma kan?" Ulang seorang laki-laki sambil menarik tangan sang gadis.
"Zidan?" Ucap gadis itu tak menyangka.
"Hahaha..bener kan. lu Alma Salsabila?" Ucap Zidan sambil tersenyum senang.
"Wih ..nggak nyangka. Kita bisa ketemu lagi" ucap gadis itu tersenyum senang.
"Nggak nyangka juga sih! Kita duduk di situ yuk!" Ajaknya sambil menunjuk sebuah kursi putih di tengah taman.
"Hmmm...aku beli minum dulu ya Al, kamu tunggu di sana" ucap ziadan hendak pergi.
Alma mengangguk kan kepala. Kemudian duduk di kursi tersebut. Matanya sedikit pun tak ingin beralih dari ziadan. Ya, Zidan Jhonatan firdaus, sahabat masa kecilnya selama di Surabaya. Setelah sepuluh tahun tak bertemu akhirnya mereka dapat bertemu kembali di kota jakarta ini.
"Sorry, lama ya!" Ucapa Zidan sambil menyerahkan satu botol minuman dingin.
"nggak kok, santai aja!"Alma menerimanya sambil tersenyum."thanks ya dan!" Ucap Alma kemudian meminum air tersebut.
"Sama - sama" balas Zidan.
"Hmm... ngomong ngomong kamu udah lama ya di jakarta?" Tanya alma membuka percakapan.
"Nggak juga sih, masih satu mingguan lah"
" Terus kamu tinggal dimana?" Tanya alma penasaran
"Di komplek indah jakarta timur"
"Wahh... Deket dong sama rumah aku, itu mah tinggal lurus, terus belok kanan,terus belok kiri... Belok kiri, belok kiri lagi, gerbang warna hitam. tau kan?" ucap alma
Zidan menatapnya bingung" buset dahhh Al...banyak bener belokannya?" protes nya ke Alma
" Ya elah...ya emang gitu dan jalannya, pokok nya kalo lu ketemu rumah yang ada pintu sama gentengnya berarti dah bener tuh, pasti rumah gw"
Imbuh Alma sambil tertawa" Kalo ngasih alamat tuh yang spesifik napa?" Protes Zidan.
"Ribet...ntar gw share Lok aja deh dan!"
" Iya gitu kek baru bener!"
"Hmm...om sama Tante Ririn juga tinggal sama kamu?" tanya Zidan lagi"Iya lah, mereka pasti seneng banget kalo tau kamu juga di jakarta" ucap Alma sambil tersenyum.
"Hmm..gimana kabar mereka,sehat kan?" Tanya ziadan
"Papa sama mama sehat,tapi taulah..mereka selalu sibuk sama pekerjaan kantor." keluh alma
"Hahaha...mereka kan orang penting,nggak kayak anaknya ini. Pengacara!" Ucap Zidan sambil tertawa menampakkan deretan gigi putih nya
" Pengacara?" Tanya alma bingung
"Iya pengacara" ucap Zidan optimis
"pengangguran banyak acara!" Imbuhnya sambil tertawa mengejek Alma."Enak aja dibilang pengangguran. Gw juga punya kerjaan kalik!" Balas Alma tak terima
"Apa coba?" Tanya Zidan sambil menaikkan sebelah alisnya
"Ngabisin tabungan Bokap sama nyokap" ucap Alma asal
"Hahaha..gila Ni anak,kerasukan setan bank bangkrut kalik !" Ucap Zidan sambil mengacak gemas rambut Alma.
"Ih.... kebiasaan deh!" Keluh alma sambil merapikan poni depannya
"Nih lagi, rambut sepuluh tahun juga nggak panjang panjang, masih pendek aja kayak orangnya" ledek Zidan
"Ih...masih ngeselin aja ya ni anak" geram alma sambil mencubit lengan Zidan
"Aww...ampun. ampun, sakit Al!" Keluh Zidan mengiba
"Biarin! Biar tau rasa!"
"Aduhhh...maaf ya. Udah udah! Kalo di terusin bisa bisa Sampek besok pagi berantemnya." Bujuk Zidan
Alma menatapnya kesal.
" Kamu sih, nyebelin!" Ucap Alma"Dari dulu kalik!" Ucap Zidan sambil menjulurkan lidah, kemudian langsung berlari.
"Zidan gilaaa....!"geram alam
Yang di teriaki malah tertawa. Ziadan malah semakin senang menggoda Alma.
KAMU SEDANG MEMBACA
pelangi jingga
Romanceprolog _ aku pernah takut mengartikan semua perhatianmu. Bagiku semua itu terlalu indah jika di sebut biasa saja. Hingga, pernyataanmu benar benar menamparku, membuatku harus benar benar membuka mata yang telah di butakan oleh cinta. Melihat kemba...