07:00 AM.
Pagi ini kabut belum juga menghilang. Rumah besar dengan cat putih yang berdiri kokoh di kaki gunung itu masih sepi. Hanya ada segelintir orang yang bangun.
Di dalam sebuah kamar dengan nuansa putih itu, terdaat seorang gadis yang tengah terlelap dalam mimpi nya. Gadis dengan balitan poyama berwarna hijau pastel itu masih sibuk dengan mimpi nya. Rambut coklat nya di biarkan tergerai itu sedikit bergerak, sesuatu memainkannya.
Sinar matahari menerobos masuk melewati celah celah gorden. Gadis itu tidak terusik sama sekali.
"hei...bangunlah....." gadis itu menggeliat. Merasa tidur nya diganggu. Sesuatu yang berbulu menyentuh tangan nya berkali kali.
Meong....
Seekor kucing dengan bulu abu-abu melompat dari. Balik surai coklat yang menimpa nya.
Meong...
Ngeong abu berusaha membangunkan sang majikan. Kedua kaki depannya berkali-kali menyentuh lengan gadis yang masih sibuk dengan bungan tidurnya."rama... Bangun....."bisikan itu datang lagi. Mengusik tidurnya. Gadis itu menggeliat sekali lagi. Mata nya mengerjap.
"abu..." panggil Rama pada anak kucing kesayangannya itu. "meooong...."
"nenek datang ke mimpi ku tadi.." ujarnya. Tangan nya terylur untuk mengusap lembut bulu abu.
Cklek.
Pandangannya tertuju pada pada pintu masuk kamar nya yang menampakkan kakaknya. Rama tersenyum. "udah bangun ram? Kepala kamu masih sakit?" tanya Raisa pada adiknya itu. Rama balas menggeleng. "rora mana kak?"
Huft...
"marah sama kakak tadi." jawab Raisa seadanya. Rama tertawa pelan, membayangkan wajah marah adiknya yang sangat menggemaskan. Sudah terhitung satu bulan mereka berada di rumah nenek, dan sudah terhitung satu bulan juga seteah kematian nek Yati. Selama satu bulan itulah banyak perubahan yang terjadi. Termasuk keputusan kedua orang tua mereka yang tidak jadi kemari.
"kenapa lagi bocah itu?" tanya nya pada Raisa. Raisa balas menggeleng.
"nggak usah dipikirin ram. Kakak turun dulu ngambilin kamu makan sama obat." ujar Raisa lalu pergi meninggalkan Rama sendiri. Rama balas mengangguk. "kak. Salam yang lainnya."
•••
"CHANNY AYO BANGUNNN!!!!" tutur seorang gadis dengan manik tajam itu pada adik bungsunya.
"five minute again please..." rengek gadis dengan poni rata yang sedikit berantakan. Piyama bermotif jeruk membalutnya.
"gak ada 5 menit!!! CHANNY, WAKE UP NOW...!!!? go, Febian Chiquita Darwin!!!" teriak sang kakak semakin nyaring. Gadis yang di maksud pun langsung terjingkat dari tidurnya dengan tiba-tiba, memberi sedikit efek pusing. Gadis bernama Chiquita itu terkejut dengan teriakan melengking sang kakak.
"HEY, MARCELIO RUKA DARWING!!!! SHUT UP YOUR MOUTH!!!?!!" saur gadis lain dari ambang pintu. Raisa, gadis itu menatap tajam sang sepupu, tangan nya membawa nampan yang berisi makanan dan obat untuk Rama.
"mampus..kakak kena marah kak isa..." bisik Chiquita pada Ruka yang lalu meninggalkan kakak nya itu untuk pergi ke kamar mandi. Si lawan bicara hanya diam seraya melempar tatapan tajam pada adik nya itu.
"sorry... Sa.... Salahin aja channy, dia susah banget kalo di bnagunin." ujar Ruka mencoba meredakan amarah Raisa pada nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RU-PHA-CHI [Second Night]
Horrorjust for fun! . . . you are waiting for this story?! i'm back guys with the new story you waiting up.