prolog

117 81 11
                                    

****

"Kak Devanka mau kemana?"

"Aku boleh nanya gak? Kak Devanka bisa suka sama Lucia? Kalau gak suka harus coba fokoknya, yah! Biarpun muka aku judes, tapi cinta ini asli. Bukan imitasi. Kalau gak percaya tanya aja sama Papa, " lanjut Lucia menggebu-gebu. Tangan gadis itu sengaja di rentangkan hingga mengandang Devan yang hendak keluar.

"Gue gak suka," tolak Devanka. "Pergi!"

Bibir gadis bertubuh pendek itu lantas mengerucut. "Yah, sayang bangett! Kak Devanka mau aja, deh! Anggap sedekah gitu. Kata orang gak baik nyakitin anak yatim. Lucia udah lama persiapan nebaknya. Masa di tolak, sih! Gak adil!"

"Minggir loh!"

"Jadi benar di tolak, nih?" ulang Lucia. Dia merogoh isi tasnya lalu mengangkat benda yang di keluarkan dari sana. "Liat, deh! Padahal aku udah cetak pas foto 2×3, lho!! Buat buku nikah kita lima tahun yang akan datang. Lima lembar lagi. Bagus, kan?"

Mata Devanka sedikit terbelak. Sekejap kemudian laki-laki itu kembali berekspresi seperti sebelumnya. Mempertahankan raut datar.

"Loh gila?"

"Enggak. Aku sama kak Devanka!"

"Jauhin gue!" tekan Devan.

Dia mengeleng cepat. "Gak bisa, kak. Cinta itu harus di perjuangkan sebelum jadi jodoh orang."

"Cewek sinting!" Devanka mengumpat.

"AKU GAK SINTING, GILA ATAU SEMACAMNYA! AKU JATUH CINTA! CATAT, YAH!"

"KAK DEVANKA DENGERIN! SEKALI AKU MAU ITU, YA, HARUS ITU! KAK DEVAN! ISH, NGESELIN WIBU!"

"Diem loh!" bentak Devanka. "Mau mati, huh!"

"Mati bisa nanti! Sekarang aku maunya sama kak Devanka! Bisa, kan?"

"Gak!"

Devanka medorong kasar pundak Lucia dan berlalu dengan sorot mata dingin. Rahangnya mengeras. Sejak dahulu Devanka sangatlah benci pada siapapun yang mengusik ketenangannya. Orang-orang seperti itu harus di berikan pelajaran hingga mereka gemetar hanya sekedar mendengar nama Devanka Vijendra. Namun, cewek satu ini cukup bebal. Dia terus saja mengganggu Devanka di tiap waktu. Membuat Devanka yang selalu ingin sendiri sambil meratapi patah hati harus tersulut emosi hampir tiap hari.

Di balik raut sangar itu ada luka yang tak mampu Devanka jabarkan. Ia yang datang lebih awal, namun bukan menjadi pilihan. Hanya sebatas teman saat Devanka mempercayai sebuah kesalahpahaman. Lelaki itu hendak berdiam diri sambil bernostalgia mengingat cinta pertamanya yang telah membuat lelaki dingin itu serapuh ini.

Namun Lucia terus datang hingga membuyarkan semuanya. Gadis payah! Sialan! Bodoh! Mana mungkin Devanka bisa menyukainya, kan?

*****





Angry guy: DEVANKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang