11

37 7 25
                                    

PERINGATAN: CERITA INI HANYA DAPAT DINIKMATI UNTUK USIA 17 TAHUN KE ATAS. BEBERAPA ALUR, KATA-KATA KASAR DAN TIDAK PANTAS AKAN HADIR DI CERITA INI. DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI.

CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA.

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11
||• RASA TENANG DAN DAMAI •||

.

.

.

Derap irama kakinya mulai terdengar menyapa indera pendengaran Zayyan. Bersamaan dengan itu, Maya hadir mendekati Zayyan. Dia telah selesai mengenakan dress panjang yang dipilihkan oleh Zayyan. 

"Gimana menurut kamu, Sayang? Cocok nggak sama jepit rambut yang ini?" jari telunjuk Maya mengarah kepada jepit rambut yang tengah dikenakan olehnya, memperlihatkan kepada Zayyan agar laki-laki itu bisa menilai dan melontarkan pendapat. 

Zayyan pun langsung memberikan respon berupa anggukan kepala disertai oleh senyuman manisnya. "Cocok banget, Sayang. Beneran deh, sekarang kamu jauh lebih keliatan fresh dari sebelumnya." 

Mendengar pujian tersebut, sepasang pipi Maya kian merona. Wajahnya tampak berseri-seri, pendapat yang baru saja dilontarkan oleh Zayyan benar-benar membuat hati Maya menjadi senang. 

"Gitu ya? Dress ini bakal jadi andalanku deh kalau keluar-keluar, aku juga suka sama modelnya. Makasih ya, Sayang. Ini kan karena pilihan kamu yang bagus." Ucap Maya sembari membalas senyuman manis Zayyan. 

Laki-laki itu kembali mengangguk, menerima ucapan terima kasih Maya. "Ayo, cobain lagi yang lain. Masih ada satu dress lagi, kan?" 

Sedikit terkesiap, Maya sempat terdiam untuk sesaat. Menatap Zayyan menggunakan tatapan ragu. "Dress yang itu? Ugh, harus sekarang kah nyobanya? Nggak pede loh, dress kedua yang kamu pilihin terlalu terbuka buat aku."

"Harus dong. Kenapa nggak pede? Pasti bagus kalau dipake sama kamu. Ayolah, Sayang." Pinta Zayyan dengan nada yang membujuk. 

Membisu di tempat, Maya merenung sejenak. Menimbang-nimbang atas permintaan Zayyan. Mungkin kalau hanya sebentar tidak akan menimbulkan masalah.

Jika Maya menolak permintaannya, mungkin Zayyan akan merasa kesal dan pasti hal itu akan menimbulkan keributan kecil. Maya tak ingin merusak momen menyenangkan ini, mereka juga baru saja berbaikan. 

Baiklah, Maya akan menurutinya. 

"Iya deh, iya. Aku coba dulu," akhirnya Maya pun setuju. Berbalik badan seraya melangkah menuju kamar mandi. 

Malam yang Gemerlap [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang