Dara

0 0 0
                                    

Daun daun itu layu, menghiasi halaman rumah, kayu dilapisi cat biru kian memudar. Langkah kaki menginjak tanah merah yang masih basah.

Embun di pagi hari, menetes dari daun-daun segar ke arah rumput. Gadis remaja mengenakan dress pink menatap rumah barunya.

"Dara, ayuk masuk." Ucap seorang wanita berambut pedek, terlihat sedikit beruban.

"Emang harus ya Mah tinggal di rumah kayu, di kampung kayak gini?" Ucapnya terheran.

"Gapapa ya, kita jalanin dulu." Wajah sayu menenangkan.

Dua wanita itu memasuki rumah tersebut, "Mah ini tuh, beneran deh kayak rumah ga layak, kenapa sih nenek tuh ga ngewarisanin kita rumah yang bagus dan gede gitu kayak orang-orang dapet warisan berubah jadi kaya, ini kita jatohnya malah jadi lebih miskin."

Mendengaran keluhan putri-nya, wanita itu terdiam dan menatap dalam dengan kosong, tidak ada energi untuk marah dan berdebat.

Perlahan mereka merapihkan rumah tua, dengan gaya tradisional namun tidak sedikit kerusakan, karena sudah cukup lama tidak ditempatkan dan dirawat.

Tak lama hujan deras, memang saat ini sedang musim hujan. Suara tetesan air dari atap rumah mulai terdengar. Gadis itu kembali mengeluh dan mengebuskan napas.

"Huh, mahhh ini pada bocor atap nya."

"Dara, udah ya... energi kita udah abis di perjalanan, gausah banyak ngeluh. Taukan apa yang harus kamu lakukan."

"Iya." Ucapnya dengan sebal.

Setelah seharian berberes rumah, Dara nampak capek dan berkeringat, dengan wajah datar ibunya membawa dua mangkuk kehadapan dara yang tengah duduk di sofa.

"Ini makan dulu ya."

Kuah mie instan, dengan aroma yang khas, membuat perut gadis itu berasa makin lapar dan langsung mennyatapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Feeling LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang