page; I

5 1 0
                                    

"Zyan Mahatama!"

Seruan dari seorang guru berkacamata tersebut membuat ruangan ber AC itupun hening. Atmosfer tentunya menjadi tegang saat guru indonesia—Bu pipit—membuka suaranya dengan nyaring, membuat sesosok anak laki-laki yang tengah tertidur pulas mengemban mimpinya tersentak bangun. Zyan, si biang kerok yang menjadi musuh banyak guru itu lagi-lagi tertidur seenaknya di mata pelajaran indonesia. Sudah kesekian kalinya Zyan mendapatkan momen seperti ini, entah dari mata pelajaran manapun, ia pasti akan selalu menjadi auman guru-guru. Namun bocah satu itu masih tak ada jeranya untuk berubah, tak heran teman-teman sekelasnya sengsara.

Bu pipit kemudian menjewer telinga kanan Zyan dengan kencang tanpa belas kasihan, guru paru baya tersebut sudah kepalang muak dengan tingkah laku muridnya yang melebihi setan. Sementara Zyan berusaha memohon ampunan.

"Bangun kamu, Zyan! Sudah berapa kali saya bilang untuk tidak tertidur di mapel saya! Keluar kamu!" Bu pipit lalu melepaskan jeweran nya dan menyuruh si biang masalah tersebut keluar.

Zyan berjalan lemas sambil membuka pintu kelas, bukan, bukan karna ia kecewa karna Bu pipit telah menyuruhnya keluar, namun karna sepenuh nyawanya masih belum menyatu terkumpul. Ia memegangi perutnya karna lapar, makan tadi siang masih belum cukup ternyata untuk memenuhi perut karetnya itu.

Dengan kesadaran penuh, Zyan berjalan menyusuri koridor yang sepi untuk mengisi perutnya. Sampai di kantin dirinya langsung memesan dua ayam pop untuk dibungkus. Zyan lalu mengeluarkan benda pipih di kantongnya dan membuka aplikasi chat, ia kemudian menelpon seseorang di seberang sana.

–··–

"Anjing, lu ngapain nelpon gua pas jam mapel si Cecep dongo?!" Umpat remaja laki-laki dengan tubuh pendek dan suara nyaringnya.

Tapi detik selanjutnya, wajah yang tadinya merah padam karna emosi itu langsung berubah sumringah ketika satu kotak ayam pop di sodorkan kepadanya. Wajah itu kembali berseri-seri layaknya mendapatkan sebuah lotre.

"Munafik lu, tai! Giliran di sogok ini aje lu nyengir." Zyan dan remaja tersebut pun mulai duduk. Mereka lalu membuka dua bungkus ayam pop yang amat menggiurkan itu,.

Lihatlah betapa mereka sangat menikmati makanan tersebut sambil membolos mata pelajaran. Untungnya, tempat yang dijadikan mereka sebagai markas sehari-hari tak akan dapat ditemukan oleh siapapun, karna ini berada di gudang olahraga yang dimana letaknya berada di ujung sekolah.

"Jinan." Zyan memanggil di sela-sela makan mereka.

"Apaan?"

Zyan menghela nafas sejenak dan berhenti mengunyah. "Bokap gua mau nikah lagi." Remaja yang dipanggil Jinan itupun sontak tersedak karna keterkejutannya.

"Se-serius lu?" Jinan bertanya ingin memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi apakah hanya sebuah lelucon.

"Serius anjing, gua kemaren liat ceweknya, tapi kali ini dia kaya masih muda." Jawab Zyan memberitahukan perempuan 'baru' sang ayah nya.

Jinan kembali dibuat terkejut. Mengapa hidup temannya ini twist nya sangat mainstream begini? Pikir jinan. Tentu saja ini bukan satu atau dua kalinya ayah dari sang temannya itu berganti pasangan lalu bercerai, mungkin jika dihitung, ini sudah ke lima kalinya ayah Zyan menikah.

Jinan kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda, dan bertanya. "Terus lu gimana? Setuju sama tu cewek?"

Zyan berpikir sejenak, menimang-nimang apakah perempuan itu pantas untuk menjadi sang ibu atau justru sebaliknya.

"Kagak tau dah, puyeng gua. Toh, kalo pun gua ga setuju, bokap gua tetep kekeuh 'kan buat nikahin tu cewek."

Once more to see youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang