Malam indah berbintang mengucap sepi dalam pandangannya. Candra Wiyana duduk termenung didepan meja belajar. Ia melihat langit malam yang sudah lama gelap. Lisannya diam, tapi hatinya tengah bertempur dengan pikirannya. Hatinya berkata namun terbantah oleh logika. Bagai surya yang telah lama mengejar bulan, Candra melihat keluar sekali lagi, sebelum ia pergi menuju tempat tidurnya. Ia tau kalau jam telah menunjukkan pukul 4 pagi, tapi ia tidak peduli, karena kini tugasnya telah selesai.
Candra bejalan pelan menuju kasur empuknya. Ia terlihat sangat lesu bagai daun yang tertiup angin. Ketika sampai, Candra langsung membaringkan tubuhnya dan dalam sekejab lansung tertidur pulas. Ia tertidur bagai orang yang telah lama bekerja tanpa istirahat. Suasana kembali sunyi seperti sedia kala. Tak ada suara detak jam atau suara berisik lain nya. Angin berhempus tipis membuat suasana nyaman bagai rumah, langit menampakkan bintang nya bagai anak kecil menunjukkan gambaran nya, dan musik lirih datang mengalun lembut begitu tenang. Inilah suasan yang di inginkan Candra sedari dulu. Tenang, nyaman, dan indah. Tak seperti ibukota yang ramai di realita.
Tapi sayang, ini tak mungkin bertahan lama. Dalam sekejab, suara alarm yang diikuti suara klakson memcah keheningan. Candra terbangun dan tersadar bahwa ia telah kembali. Ia bangun dari kasurnya dan beranjak menuju jendela, memastikan bahwa ia benar benar telah kembali. Ia melihat keluar dan suara khas ibukota benar benar menggema. Kini Candra yakin bahwa ia benar benar sudah kembali.
Kemudian Candra berjalan menuju kamar mandi sembari mmengusap wajahnya. Ia mandi dan melihat jam yang menunjukkan pukul 8 pagi. Lalu Candra melihat hp dan pergi menuju parkiran. Ia menaiki sepedanya dan pergi menuju sekolahnya. Selama perjalanan, suara klason mobil menggema terus menerus tanpa henti, suara kucing bertengkar ditambah bayi yang menangis membuat suasana semakin ricuh tak karuan. Semakin lama pikiran Candra semakin tak stabil dan saat nyaris mencapai puncak ia sudah sampai di SMA Kenangan, tempat ia bersekolah.
Ketika sampai, Candra langsung menuju parkiran sepeda dan pergi ke kelas MIPA XI. Ketika sampai didepan kelas, suasana begitu sepi, meskipun sudah ada banyak murid didalam kelas. Gurupun menerangkan pelajaran dengan lirih, seakan tak mau menganggu keheningan. Candra masuk dan duduk di kursi paling belakang dekat jendela. Ia kemudian mengeluarkan pulpen dan bukunnya, lalu mulai mencatat pelajaraan yang ada di papan tulis.
Waktu berlalu selama hampir 2 jam pelajaran, suasana tetap hening tanpa ada pembicaraan sedikitpun. Hanya terdengar suara detak jam, bisikan penjelasan dari guru, selebihnya tidak ada perubahan. Tak lama kemudian terdengar suara bel tanda jam istirahat, suasana hening seketika berubah menjadi sorak sorai dengan suara langkah kaki yang berlarian. Semua murid keluar menuju kantin dengan gembira, tak terkecuali para guru. Mereka pergi ke ruang guru dan mengadakan 'acara rutinan'.
Kini tinggal Candra seorang diri didalam kelas. Ia kemudian mengeluarkan headphone miliknya dan mulai tenggelam dalam pikiran. Ia menyetel musik dan semakin lama musik berputar semakin dalam pula Candra tenggelam.
Ia kemudian membuka matanya dan terbangun didepan pantai yang begitu indah. Lalu ia berjalan menuju bibir pantai, semakkin lama semakin dekat laut. Ketika telah mencapai bibir pantai, deru ombak menerjang kakinya. Hangatnya air laut dan cerahnya matahari membuat kombinasi sempurna sebuah kenyamanan. Angin yang berhembus tipispun menyertainya dan suara burung camar terdengar sangat menenangkan. Candra terus berjalan maju sampai lututnya tersentuh sepenuhnya oleh air laut. Ia melihat kedalam air dan seketika itu juga ia tertarik kedalam air. Candra melihat banyak hewan laut mengelilinginya. Suara nyanyian paus dan lumba lumba terdengar begitu megah bagai gedung theater. Cahaya biru redup menyelimuti dirinya, begitu lembut bagai kapas yang menyentuh kulit. Candra tak peduli meskipun ia semakin tenggelam kedasar laut, yang jelas ia menikmati perasaan yang ia alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMANTARA
General FictionDia Candra Wiyana, seorang anak SMA biasa. Dia hanya ingin hidup tenang akibat phobia yang diidapnya. Tapi siapa sangka, akibat suatu hal mampu membuat hidupnya berubah 180° dari kebanyakan orang. Dia Candra Wiyana, dia punya sesuatu yang tak dimili...