2

1.9K 367 173
                                    

Oniel tidak berhenti memandangi teman sekamarnya yang sekarang sedang mengeringkan rambut menggunakan handuk dan angin yang masuk lewat jendela. Ada hal aneh dari Indah, Indah tidak pernah mau menggunakan hair dryer karena takut rambutnya rusak. Indah tidak peduli jika harus mengeringkan rambut dalam waktu yang lama.

Terhitung sudah tiga tahun Oniel menjadi teman sekamar Indah, selama itupun Oniel diam-diam menyukai temannya sendiri. Menurutnya Indah perempuan spesial, tidak ambisius, santai dan tidak suka bertengkar dengan siapapun. Satu hal yang mungkin jadi kekurangan Indah, Indah sangat suka membicarakan orang lain. Telinga Oniel kadang panas karena mendengar Indah menceritakan semuanya sampai rumah tangga semua dosen. Kadang Oniel bingung, dari mana Indah mendapatkan informasi itu?

"Niel, kamu tau gak sih kalo Ara sama Chika sebenernya pacaran? Marsha sama Azizi dan Adel sama Ashel. Gila mereka bukan cuma sering bikin ribut, tapi sering ngundang orang buat gosipin mereka." Baru saja dipikirkan, Indah melakukan aksinya dengan membicarakan orang lain.

"Oh ya?" Oniel pura-pura tidak tau padahal siapa yang tidak bisa membaca gerak gerik mereka jika sedang bersama? Ara, Chika, Marsha dan Azizi mungkin masih bisa menjaga sikap, tetapi tidak dengan Adel dan Ashel.

"Iyaa, gila ya mereka anak hukum tapi gak punya moral banget, masa perempuan pacaran sama perempuan lagi?" Indah menggeleng. "Kaya gak ada cowok aja deh, aneh." Indah berdecak, sangat menyayangkan apa yang mereka lakukan. "Kaum seperti itu harusnya musnah kena seleksi alam."

"I-iya." Oniel langsung menunduk. Itu alasan kenapa ia tidak berani mengungkapkan perasaannya, Indah sangat menentang keras hubungan seperti itu. Padahal menurut Oniel apa salahnya? Semua orang bebas mencintai tanpa harus pandang apapun.

"Kamu tau Fiony nuntut Ara di balai sidang? Ara cekik Fiony, gila, Ara kayanya kriminal banget deh." Indah masih tidak berhenti membicarakan orang lain. "Orang bilang perempuan itu cuma punya dua dari pinter, cantik, waras. Mereka gak punya kewarasan." Indah menggantungkan handuk setelah rambut panjangnya sedikit kering. "Siapa yang menurut kamu akan menang?"

"Tergantung hakim, kalo hakimnya Bu Viny ya udah jelas Ara menang." Oniel memilih untuk berbaring karena kelasnya masih lama, empat jam lagi, ia bisa menggunakan kesempatan itu untuk tidur.

"Siapa lagi? Pidana kan dipegang dia." Indah menyimpan handuknya, berkacak pinggang memandangi Oniel yang kembali berbaring. "Kamu pemalas banget deh."

"Lah aku harus ngapain? Kelas kita masih lama." Oniel mengambil ponsel, membuka aplikasi permainannya. "Menurut kamu siapa yang akan dapetin beasiswa hukum itu? Aku denger S2 di luar negeri loh, itu kan biayanya mahal banget. Beruntung yang berhasil dapetinnya."

"Freya pasti lolos, sisanya ya antara Marsha dan Ara." Indah duduk di meja belajar, mengambil salah satu buku hukum dan mulai membacanya. Indah tidak ingin nasibnya sama seperti Ashel atau Chika yang sering sekali dikeluarkan Ari kelas. "Kamu gak punya pacar, Niel?"

"Ngga, kenapa?" Oniel bertanya tanpa menatap Indah. Aneh sekali tidak biasanya Indah bertanya hal itu.

"Gapapa, sama sih aku juga gak punya." Indah terkekeh kecil. Jika ingin belajar dengan benar, ia harus menjauhi cinta dan apapun yang menghubungkannya dengan cinta.

"Tapi aku lagi suka seseorang." Oniel kembali berbicara setelah membiarkan hening menenggelamkan mereka selama beberapa detik.

"Hah siapa?!" Indah sangat terkejut dan langsung menatap Oniel. "Kok aku gak tauu siiiih?" Indah menarik tangan Oniel agar menatap kepadanya.

Oniel membeku selama beberapa detik, tidakkah Indah sadar bahwa orang yang ia cintai tiga tahun terakhir ini adalah dirinya sendiri? Oniel memberikan senyumannya, "Pokoknya dia manis, cukup pintar dan sempurna."

RODRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang