Satu

89 23 13
                                    

"Taehyung, kenapa kau tidak bermain di luar saja?" Ibunya membungkuk sambil tersenyum kecil untuk menatap matanya. "Nyonya rumah berkata dia tidak keberatan. Bahkan ada sungai di dekat rumah. Ibu pikir kau mungkin menikmatinya. Ini hari yang menyenangkan untuk bermain di luar."

Taehyung mencoba untuk tidak cemberut, mengetahui Ibunya akan melukis sepanjang hari. Ia akan bosan jika harus duduk di sana dan membantunya mencampur warna. Ia tersenyum dan mengangguk. "Oke, aku akan kembali untuk makan malam."

Ia lari, omelan Ibunya tentang jangan berlari adalah hal terakhir yang ia dengar sebelum melangkah keluar dari rumah besar itu.

Taehyung berpikir ia tidak perlu untuk berjalan jauh sebelum dirinya menemukan sungai di pinggir kota. Pemandangannya sangat indah dan Taehyung berpikir tentang bagaimana ia akan menghabiskan harinya dengan berbaring di rumput, mengamati awan. Berjalan menuruni lereng bukit dengan hati-hati, berusaha untuk tidak terjatuh ketika semuanya tidak berarti apa-apa dan ia pun tersandung batu. Sebelum jatuh ke rumput, sebuah tangan menangkapnya dan ia mendengar suara cekikikan.

Taehyung mendongak dan melihat seorang gadis kecil dengan tangan mencengkeram lengannya. Dia tersenyum padanya. "Hati-hati ..."

Taehyung mengatakan hal pertama yang terlintas di dalam pikirannya. "Rambutmu berwarna merah."

Gadis itu menarik sehelai rambut untuk dipegang di depan wajahnya. Lalu, dia mengangkat bahu. "Ya memang."

Taehyung memandangnya dengan bingung. Ia belum pernah melihat seseorang dengan rambut merah seterang itu sebelumnya. "Bagaimana rambutmu bisa berwarna merah?"

Gadis itu meletakkan tangannya di belakang punggungnya dan mencondongkan tubuh ke arahnya, lalu berbisik keras, "Itu rahasia."

Taehyung tertawa dan mengangkat bahu. Gadis itu tampak agak aneh, tapi ia tidak menganggapnya orang jahat. Kadang-kadang, ia tidak mendapat teman di kota tempat ia singgah. Ia tidak akan melewatkan satu pun teman hanya karena warna rambutnya aneh.

"Aku Taehyung ..."

"Irene." Dia tersenyum padanya dan kemudian mengatakan ... "Aku punya layang-layang. Apakah kau ingin menerbangkannya bersamaku?"

"Tentu," ia menyetujui, dan kemudian semuanya dimulai.

Taehyung pergi ke sungai setiap hari untuk menemuinya setelah itu. Irene selalu ada di sana, memakai gaun dan topi yang selalu berbeda. Lukisan yang sedang dikerjakan Ibunya akan memakan waktu berminggu-minggu dan wanita yang mempekerjakan Ibunya sangat baik hati dan menyuruh mereka menetap di rumahnya. Dan Taehyung menyukai bagaimana Ibunya tidak perlu khawatir untuk memberinya makan. Agar dia bisa menyisihkan uangnya untuk nanti.

Irene menyenangkan untuk diajak bicara dan Taehyung sudah takut ketika ia dan Ibunya pasti akan berkemas untuk pindah ke kota lain. Mungkin ia bisa membujuk Nyonya rumah untuk membuat lukisan lain, meski ia tahu itu hanya akan membuatnya dimarahi Ibunya.

Taehyung mengabaikan warna rambut anehnya seolah itu adalah bekas luka acak seperti di lengannya. Ia tidak menanyakan hal itu lagi. Tapi ia teringat ketika suatu hari, Irene memberitahunya sesuatu yang aneh.

Mereka sedang berbaring, lelah bermain dan menatap langit saat matahari terbenam. Suaranya ragu-ragu dan kecil saat Irene mengatakan kepadanya, "Taehyung, maukah kau menemukanku lagi?"

A WandererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang