20. Perfect Pain

24.8K 1K 5
                                    

Sebelum baca Vote dulu ya...

20 Perfect Pain

.

Elena beranjak untuk meninggalkan kafe tersebut saat semua roti dan minumannya tandas. Saat ia berbalik, Kaisar dan wanita itu masih di tempat yang sama dan saling bicara. Meski dari jauh, Elena dapat melihat mata berbinar setiap Kaisar menatap wanita tersebut. Tak ada wajah dingin dan tatapan tajam, karena itu hanya ditujukan untuknya.

Ia pergi, dan beruntung Kaisar tak menyadari keberadaan Elena di kafe tersebut. Bahkan saat perempuan itu melewati pintu masuk yang jaraknya cukup dekat dengan meja Kaisar. 

Awan mulai menggelap, sepertinya Elena menghabiskan waktu kurang dari satu jam berada di dalam kafe. Yang ia lakukan hanyalah bermain jejaring sosial seraya menandaskan makanannya.

Tiba di pagar rumah seorang satpam menyapanya dengan bibir tersenyum.

"Sore Nona Elena!"

"Sore Pak!" balas Elena usai membuka kaca mobil. Ia mengangguk sekali dan memasukan mobilnya ke garasi. 

Elena menghela napas. Jika mobilnya punya perasaan, pasti benda itu kan merasa rendah diri ketika berjejer di antara beberapa mobil mewah milik Kaisar. Bahkan sekilas mata saja, perbedaan harganya yang jomblang dapat ditebak dengan mudah.

Ketika memasuki rumah, Elena bertemu dengan Bi Murni yang sedang mengelap salah satu guci yang ada di ruang tamu.

"Eh, Nona Elena. Selamat datang!" 

Wanita itu menundukan kepala, sementara Elena tersenyum kecil.

"Saya langsung ke atas ya Bi. Terima kasih untuk kerja keras Bi Murni hari ini."

Kalimat itu Elana sampaikan dengan lembut. Ia langsung kembali melangkahkan kaki menuju lantai dua, tak menyadari bahwa Bi Murni tersenyum usai mendapati ucapan tersebut. Kalimat yang jarang diucapkan seorang majikan pada pembantu seperti dirinya.

.

Kaisar tiba di rumah hampir di jam delapan malam. Ketika ia memasuki kamar, Elena tengah duduk di sofa panjang dengan sebuah buku di tangannya. Wanita itu mengenakan setelan baju tidur berwarna cokelat tua, memberi kesan pada kulitnya semakin bersinar. 

Elena tak menyadari kehadiran sang suami karena tangannya tersumpal oleh headset. Rambutnya tergerai, ia juga mengenakan kacamata baca. Sesekali ia menyibak rambut dan tersenyum kecil.

Sedikit tawa lembut keluar dari mulutnya. Novel yang ia baca memiliki alur yang lucu. Elena sampai ikut malu pada setiap tingkah nyeleneh sang pemeran utama wanita di depan pemeran utama pria. Alur cerita yang ringan sangat cocok untuk pembaca yang memiliki tingkat stress yang tinggi seperti dirinya. 

Sampai sebuah siluet tertangkap oleh sudut matanya, Elena mendongak dan mendapati Kaisar kini berdiri tepat di depannya.

"Sejak kap-"

Kalimat Elena belum disampaikan dengan sempurna saat Kaisar menarik dagunya dan mencium bibirnya. Novel di tangan Elena terjatuh, bukan karena tidak sengaja, tapi perempuan itu berupaya mendorong Kaisar menjauh.

Pria yang kini menciumnya, Elena tahu ia sehabis pulang dari mana. Elena tahu Kaisar baru saja menemui seorang wanita cantik yang ditatap penuh pujaan dimatanya. 

Cumbuan pada bibirnya bukannya melemah malah semakin menuntut. Elena memejamkan mata seraya mencengkram kemeja Kaisar pada bagian dada dengan kuat, seolah ingin menyalurkan emosi yang tengah ia rasakan. Tanpa sadar air matanya meleleh, membasahi pipi yang memerah karena keputusasaan atas tindakan Kaisar padanya.

Perfect Pain (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang