Namanya Julian, dia adalah orang pertama dan satu-satunya yang mengulurkan tangannya untukku disaat aku berada dititik terendah hidupku. Aku tak pernah menyangka jika kehadiran Julian akan sangat berkesan bagiku, dan waktu demi waktu, kami pun menjadi dekat dan akrab.Aku tidak tahu pada saat itu, apa dan bagaimana latar belakang Julian. Aku hanya, terlalu senang dan antusias dengan kedatangan Julian sebagai teman baruku, hingga pada akhirnya dia bercerita tentang bagaimana keluarganya mendidiknya dengan keras dan menuntutnya untuk menjadi nomor satu dalam bidang akademik.
Oh ya, namaku Daniela Christy, aku sering dipanggil dengan nama “Ella” tetapi Julian berbeda, dia tidak memanggilku seperti orang memanggilku pada umumnya. Julian justru memanggilku dengan nama depanku, Dannie. Saat ini aku dan Julian berada di tahun terakhir kami sebagai siswa sekolah menengah atas. Aku dan Julian sama sekali tak saling mengenal sebelumnya, aku hanya mengenal Julian sebagai teman sekelas yang ambisius karena dia sering sekali menjadi nomor satu di hampir semua mata pelajaran.
Awalnya aku memang tidak begitu terkejut saat dia bercerita tentang keluarganya yang menuntutnya untuk menjadi nomor satu, karena dalam bidang akademik pun dia memang sangat cerdas dan termasuk siswa unggulan, tak ayal jika ada campur tangan keluarganya dalam hal itu. Namun, aku terkejut begitu Julian bercerita jika dia memiliki mimpi menjadi seorang produser musik dan pada saat itu dia juga menunjukkan padaku beberapa lagu ciptaan nya.
Setelah Julian bercerita tentang mimpinya, kami pun menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Aku pun mulai menyadari jika aku terpesona dan mulai menyukai Julian tapi saat itu aku tidak berani untuk mengatakan hal itu pada Julian karena, takut nantinya pertemanan kami akan rusak jika aku mengungkapkan perasaanku padanya.
Namun setelah beberapa saat aku berpikir, aku memilih untuk memberanikan diri dan menyatakan perasaanku pada Julian di hari kelulusan nanti, lebih tepatnya dua minggu sejak aku memutuskan hal itu.
Esok harinya, Julian menjemputku dan membawaku ke sebuah telaga kecil yang berada tidak jauh dari kota. Aku sangat terkagum-kagum dengan pemandangan di telaga itu, begitu indah, hingga membuatku tak henti-hentinya berkata “wow” pada saat pertama kali menginjakkan kaki di sana. Aku juga berterima kasih pada Julian karena membawaku ke telaga indah itu tapi, respons Julian benar-benar membuat jantungku berdetak lebih cepat!.
Ia tersenyum manis dan berkata padaku, “Dannie, pemandangan di sini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dirimu”.
Aku merasa salah tingkah dan membalas ucapan Julian dengan tawa canggung karena jika aku merespons kembali perkataannya maka rencanaku untuk menyatakan cinta di hari kelulusan akan gagal.
Aku dan Julian pun bercerita tentang banyak hal di telaga itu, kami bercerita sembari menyaksikan matahari yang mulai tenggelam. Kemudian, Julian bercerita lagi tentang impiannya menjadi produser musik, dia dengan antusias menceritakan tentang bagaimana ia semalam dengan keberaniannya mengatakan pada keluarganya jika dia memiliki mimpi untuk menjadi seorang produser, ia berkata jika keluarganya sedikit shock dengan hal itu.
Keluarganya berpikir jika Julian ingin menjadi seorang Ahli Jantung seperti ayahnya. Karena, sejak kecil Julian tidak pernah sekalipun bercerita atau mengungkit tentang mimpinya menjadi seorang produser, maka keluarganya pun berpikir demikian. Namun, setelah pengakuan Julian yang bermimpi menjadi seorang produser, keluarganya pun dengan senang hati mendukung Julian dalam menggapai mimpinya itu.
Aku sangat senang mendengar berita itu, akhirnya, beban Julian tentang tuntutan keluarganya pun hilang seketika. Setelah dia menceritakan hal tersebut, Julian terlihat begitu antusias dan bersemangat mengejar mimpinya itu, dia juga sudah memulai menyusun rencana-rencana untuk masa depannya dan rencana untuk melanjutkan pendidikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Aku dan Julian.
Short StorySinopsis Ketika aku berada di titik terendah hidupku, Julian muncul dan mengubah segalanya. Kami menjadi sangat dekat, dengan Julian berbagi cerita dengan ku tentang segala impiannya. Di hari kelulusan, aku, dan Julian merasa harus memulai segalany...