26. Aura dominan

1.2K 50 3
                                    

Langit berwarna kelabu. Satu titik cahaya mulai menampakkan di arah timur itu. Kicauan burung-burung mulai terdengar bersahutan satu sama lain.

"Lo ngajakin gue joging atau jalan-jalan sih?!" Leora menatap ke samping dimana kakak sepupu laki-laki nya berada.

Laki-laki berkacamata itu melirik Leora sembari mengernyit.

"Lari kak, percuma kalau jalan kaya gini." Ameera menarik Vick untuk berlari laun. Kata joging sendiri bermakna lari dengan kecepatan santai bukan? Tapi sedari mereka keluar dari rumah Opa, tidak sekalipun berlari pelan.

Vick menurut, laki-laki itu berlari santai menyamakan posisinya dengan sepupu yang lebih muda tiga tahun itu.

"Ra, wait."

Leora menghentikan laju kakinya. Badannya sedikit miring untuk melihat Vick yang sedari tadi memasang wajah khawatir.

"Kata Caca lo ditampar, Opa?"

Leora diam beberapa detik sampai akhirnya mengangguk dengan pelan.

"Kenapa lo nggak bilang sama gue?"

Leora menautkan kedua tangannya. Tubuhnya bergerak untuk berjalan terlebih dahulu. "Gapapa, ayo lanjut."

Vick berkacak pinggang. Tubuhnya yang tinggi bergerak mendekati Leora yang sudah lebih dulu berjalan beberapa meter.

"Does Firna cause problems?"

"Gue."

Vick berdecak samar, sepupu perempuan yang ada di depannya ini memang gemar sekali untuk menyalahkan dirinya sendiri.

Mereka berdua kembali melangkah. Sebenarnya keduanya memang tengah malas untuk berjoging, namun si pengajak memang berniat membawa Leora keluar dari perkumpulan pagi keluarga yang akan membahas hal-hal yang tidak bermutu.

"Ra?"

Leora menoleh ke samping, menaikkan dagunya untuk menyahut.

"Udah nentuin kuliah mau dimana?"

Leora menatap jalanan yang dipijaknya, mulutnya diam beberapa detik kemudian membalas pertanyaan Vick dengan gelengan kepala. "Belum."

"Kuliah di UK sama gue, mau?"

"Emang harus banget ya kuliah? Yang gue tau kuliah cuman nunda waktu kerja empat tahun." Leora terkekeh saat mengatakan itu. 

Sementara Vick mendengus sebal. "Hal kaya gini yang sering gue denger. Watak dan karakter seseorang salah satunya itu ditentuin sama seberapa peduli dia tentang pendidikan. Gini Ra, Kuliah bukan cuman belajar mengasah skill di diri lo, tapi juga diajarin buat lebih mandiri cari cara ngatasi problem atau solusi dari masalah masing-masing dengan cara ngeliat pada banyak sudut pandang. Hakikatnya kuliah itu ditempuh buat dapetin ilmu yang lebih spesifik. Dalam prosesnya juga kita diajari banyak hal yang pada akhirnya membentuk karakteristik dan pola pikir. Banyak banget orang indo yang gagal paham tentang esensi pendidikan. Bagi mereka pendidikan itu cara dapetin uang. That's a big mistake."

Leora terdiam lama, jawaban kakak sepupunya itu jauh melambung dari ekspektasinya. "Gue nggak yakin kalau mereka mau bayarin biaya kuliah gue yang bodoh ini." Leora menghela nafas, pandangannya dia alihkan ke langit-langit ketika matanya mulai memanas. Kata 'mereka' yang dia sematkan merujuk ke ayah dan mamahnya. "Nggak kuliah juga gapapa gue. Langsung kerja kan enak bisa dapet duit, ya walaupun kerjaannya pasti lebih cape."

Vick tau betul apa yang dirasakan maupun dipikirkan seorang Leora. Laki-laki itu selalu dapat membaca situasi dengan mudah. "Beasiswa?"

Leora kembali terkekeh. "Kalau misalnya ngambil jalur beasiswa, emang gue yang bodoh ini bakalan dapet ya?"

SHADOW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang