1

773 63 6
                                    

.
.
.
.

🥭🥭🥭

.
.
.
.

"Beras habis hyung. Kita udah 2 hari gak makan" Jimin menaruh kembali tutup kotak wadah beras ditempatnya. Itu bukan cuma sekali ini,tapi sering saja Jimin kekurangan sandang pangan karena suaminya hanya pekerja dikebun orang dan dirinya sibuk mengurus kedua anaknya yg masih balita semua.

"Tunggu ya sayang. Sore ini hyung gajian nanti langsung beli beras kok. Sabar ya" Yoongi menenangkan istrinya.

Maklum saja, Jimin ini baru saja lahiran 2 minggu lalu. Dan kini mengalami baby blues ditambah ekonomi keluarga kecilnya seret. Ia stress menghadapinya.

Jimin kembali ke kamar karena anaknya menangis kencang, tapi Jimin tidak bisa memberinya susu karena dirinya sendiri sudah tidak makan 2 hari, hanya air putih yg tertelan untuk mengisi perutnya.

"Yoonji aah... Jangan menangis terus!!! Ibu tau kau lapar dan ibu juga lapar"

Walau tau itu tidak keluar apa2 tapi Jimin tetap menyodorkan nipplenya untuk dihisap bayi malang itu.

Yoongi diam memandangi Jimin yang terlihat menahan emosi pada anaknya, ia sadar telah membuat Jimin menderita. Segera ia pergi ke tempat kerjanya agar segera mendapat jatah gajinya sore ini.

Jimin yg sedang menyusui anaknya ketiduran. Bukan karena mengantuk tapi karena lapar. Belum lama ia tertidur anak sulungnya yg berusia 5 thn pulang2 menangis karena dimarahi tetangga.

"Jiminaa!!!!" Teriak tetangga Jimin.

Jimin kaget dan langsung berlari keluar, dilihatnya Jiyoon anaknya menangis sambil lengannya dicengkeram hingga memerah oleh si tetangga.

"Sakit... Huhuhu... " Jiyoon menangis.

"Jiyoonie.. Tolong lepaskan anakku!!"

Si tetangga tersebut menyentakkan tangan kurus Jiyoon. Jiyoon berlari memeluk ibunya.

"Ada apa ini nyonya Lee? Kenapa kau melukai anakku?" Tanya Jimin.

"Kalau kau tak bisa urus anak dengan baik seharusnya kau jangan punya anak. Lihatlah hidupmu yg miskin itu. Sungguh menyedihkan. Pantas saja anaknya tukang mencuri dirumah orang!!"

"Jiyoonie.. Apa benar kau mencuri dirumah bibi Lee?" Tanya Jimin pada anaknya. Jiyoon menggeleng. Dia tidak mencuri, melainkan ia difitnah teman2nya yg kabur duluan dan memberikan barang curian mereka ke tangan Jiyoon.

"Anda seharusnya tidak langsung menuduh anakku begitu nyonya Lee. Anakku tidak pernah ku ajarkan untuk mencuri atau berbuat kriminal seperti itu meski kami ini miskin"

"Halah. Orang miskin seperti mu masih saja banyak bicara untuk membela diri. Orang miskin memang identik dengan maling dan pencuri. Jangan mengelak lagi!!"

"Anda tidak sopan bicara begitu"

"Cih. Masih bisa membahas tentang kesopanan"

"Meski aku ini orang miskin haruskah anda berbicara tanpa adab dan etika Nyonya Lee? Anakku tidak mencuri barang milik anda!" Tegas Jimin membela anaknya.

"Baiklah baiklah... Dasar orang miskin, masih saja ngotot tidak bersalah. Karena sedang baik kali ini aku akan melepaskanmu. Tapi satu kali lagi aku memergoki anakmu mencuri ditempatku. Aku akan memukulnya hingga babak belur. Huh. Ingat itu!!"

Bruakk...

Nyonya Lee menendang pot bunga didepan rumah Jimin hingga terguling lalu pergi.

Sepanjang nyonya Lee mengoceh dengan kata2 kasarnya Jimin menutup telinga anaknya. Ia tidak mau anaknya mendengar hal buruk yg dilontarkan untuk anak sekecil Jiyoon.

Aku Tidak Lupa DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang