17

175 42 4
                                    

.
.
.
.

🏐🏐🏐

.
.
.
.







Jimin merasa punggungnya mendarat ditempat empuk, badannya terasa hangat dan ia juga merasa ada yang sedang memeluknya. Yeonjun? Tapi sepertinya lengan yang memeluknya lebih besar dari seorang anak berusia 6 tahun.

Perlahan mata berlensa coklat terang itu terbuka, Jimin merasa ia berada ditempat gelap. Oh korden yang tertutuplah yang membuat pandangannya gelap. Tapi seingatnya korden dikamarnya tidak sampai menutupi jalan masuknya matahari. Lantas?

Jimin menoleh kesamping tepat dikirinya seorang pria tengah memejamkan mata sambil memeluk dirinya. Ya Tuhan. Jimin baru ingat terakhir kali saat ia keluar dari tempat karaoke mami suk dan berjalan menuju toko es krim seseorang membekapnya dari belakang, menyeretnya hingga ia tak sadarkan diri. Dan ternyata semua itu perbuatan Jeon Jungkook.

Yeonjun kemana? Jimin perlahan meletakkan tangan besar milik Tuan Jeon itu agar tidak berada diperutnya. Ia ingin pergi dari sini.

Dengan pelan ia turun dari ranjang. Belum juga berdiri ia mendengar suara Jungkook tengah menginterupsi kegiatannya.

"Mau kemana?!!"

Seketika jantung Jimin hampir melompat keluar.

Tak ada pergerakan ataupun balasan dari Jimin,  Jungkook bangkit dari tidurnya dan menghampiri Jimin, ia berdiri tepat didepannya.

"Kau mau kabur? Tidak semudah itu"

"Aku ingin pulang... Anakku sendirian dirumah" Kata Jimin setelah mengumpulkan keberaniannya.

"Maksudmu anak kita?" Jungkook tertawa melihat ekspresi Jimin.

"Yeonjun tidak kesepian, dia ada bersama maid dan ibu barunya"

"Ibu baru? Apa maksudnya?" Tanya Jimin.

"Yeonjun sudah kuadopsi, dia akan tinggal disini denganku dan istriku"

"Apa?" Jimin terkejut dengan pernyataan itu. Jadi dia sekarang?

"Apa aku dirumahmu tuan?"

"Iya"

Jimin mencengkram lengan Jungkook.

"Anda tidak seharusnya melakukan hal ini!! Kenapa kau memaksa kami untuk masuk di kehidupanmu!!"

"Bukankah kehadiranmu 7 tahun lalu kerumahku itu adalah kau ingin meminta pertanggung jawaban ini? Aku tau itu bukan sekedar mengembalikan sapu tangan Jimin. Dan sekarang aku mengabulkannya"

"Tapi aku sudah tidak mau lagi. Ini namanya pemaksaan"

"Benarkah? Ingat Jimin, Yeonjun anakku, aku harus memberinya tempat yang layak untuknya hidup, makan, pendidikan dan lain-lain"

"Iya aku tau aku tidak mampu dalam memberikan yang terbaik bagi Yeonjun karena uangku tidak sebanyak dirimu, tapi setidaknya aku bisa merawat dan mendidiknya dengan tata krama yg baik, aku sudah tidak butuh dirimu tuan aku bisa sendiri, Kemana kau selama itu hah? Kenapa kau baru membahas sekarang?"

"Biarkan Yeonjun pergi denganku sekarang juga, jangan campuri hidupku, lagian disini ada istrimu aku tidak mau bertengkar dengannya, adopsi saja anak lain"

"Kau yang tidak mau berurusan denganku bukan? Ini karena somi yang memaksaku mengambil Yeonjun darimu. Jadi sekalian saja kau ikut. Jangan khawatir, aku sudah punya perjanjian dengan somi. Somi bawa anak kita dan kau ada denganku. Dia tak akan mengganggu kita selama dia punya Yeonjun mengerti" Jungkook mencolek dagu Jimin. Jimin menepisnya dengan emosi.

Aku Tidak Lupa DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang