"LAVANYAA AYO BERANGKAT"Lavanya membuka gerbang dengan tergesa saat sahabatnya meneriakinya dari luar.
Motor hitam kesayangannya ia bawa keluar tak lupa helm bergambar bunga matahari favoritnya."Ga usah teriak gue denger"
Yang ditegur hanya terkekeh.
Ia menyalakan motornya dan mereka melaju beriringan dengan motor masing-masing.Setibanya disekolah keduanya selalu memarkirkan motor bersebelahan.
Selalu begitu, apalagi warna motor mereka sang sangat kontras.
Hitam milik Lavanya dan Pink milik Ardara.Pagi itu suasana belum terlalu ramai meningat ini masih sangat pagi,jam tutup gerbang juga masih lama.
"Kemaren gue main anonymous chat masak diajakin lesbi"
Kata Ardara saat kedunya sudah duduk dimeja mereka.
"Kenapa ga lo iyain aja?kan lumayan tuh lo bisa dapet pacar secara instan"
geplakan sayang Ardara layangkan ke kepala Lavanya.
"Gak ya anjing, gue masih sehat"
Lavanya berdecih pelan, ia lalu membuka ponselnya saat ada pesan masuk.
"Kasian jomblo,ga pernah dapet chat sekalinya ada yang chat, isinya kuota anda sudah habis silahkan lakukan transaksi kembali"
Tawa Ardara meledak saat ia melirik isi pesan yang diterima Lavanya dan dugaannya sangat benar.
Lavanya mendengus kesal.
Ia tutup ponselnya dan ia masukan kembali kedalam tas,tidak ada gunanya juga ia membawa ponsel kekelas."Bagus deh kalo gitu,lo lebih fokus ke obrolan kita dari pada hp"
lanjut Ardara."Tapi lo yang selalu fokus hp karena banyak yang chat"
Ardara terkekeh pelan.
"Biasa aja sih, malah males gue nanggepin mereka""Orang cantik mah gitu hp nya rame terus"
Obrolan mereka terhenti saat ada seorang cowok masuk dan menghampiri meja mereka.
"Ardara, bisa ikut gue sebentar?"
Ardara dan Lavanya menyerit bingung,mereka bertatapan sebentar.
"Sopan lo begitu? Dateng tuh salam dulu kayak ga ada basa-basi nya banget lo" cerca Lavanya.
"Gue ga ngomong sama lo" sarkas sekali cowok ini.
Lavanya berdecih keras."Kemana emang?" Ardara segera melerai aksi debat mereka sebelum Lavanya benar-benar akan terus membalas cowok ini.
"Keruang Osis"
Ardara mengangguk.
Setelah berpamitan dengan Lavanya dia segera pergi bersama cowok tafit,mumpung jam masuk masih lama."Sendiri aja Lav,temen lo mana?"
Ardo, cowok paling rese yang pernah Lavanya kenal.
"Ga usah basa-basi gue yakin lo liat Dara keluar sama kakel tadi" seperti biasa,bukan Lavanya namanya kalau tidak galak.
"Galak lo Lav"
Ardo lalu duduk di mejanya.Lavanya kembali membuka ponselnya karena bosan.
Pasti Ardara lama nanti, ia juga berulang kali membuka buku tugasnya,memeriksa apakah tugas sosiologi yang akan dikumpul nanti sudah benar atau belum.
"Lav,TOD an sini" segerombol cewek kelasnya memanggilnya,mengajaknya bermain permainan paling menjengkelkan menurut Lavanya karena setiap dia bergabung pasti selalu kalah dan berakhir ia dipermalukan karena tidak mau melakukan tantangan atau berkata jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Teen FictionBener ga sih kalo sahabatan cewe berdua pasti satunya beruntung satunya enggak, satunya cantik yang satunya kurang cantik.