Bagian 15: Dibawah Hujan

27 10 13
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Satu minggu kemudian.

Hari senin yang sedikit mendung membuat Raina semakin malas bangun dari Kasur, berulang kali ia mengatur posisi ternyaman untuk Kembali tidur, namun saat ingin melanjutkan mimpi indahnya tiba-tiba ada seseorang yang membuka knop pintu kamarnya membuat Raina sedikit terganggu.

“Bun, Raina masih pengen bobo,” ucap Raina dengan mata terpejam.

“Kamu ga pergi ke sekolah sayang?”

Raina mengerutkan keningnya, suara bundanya pagi ini cukup berat.

“Bunda pasti kecapean ya, suaranya sampai berat gitu,” kata Raina masih dengan mata tertutup.

“Bangun yuk Senja.”

Seketika Raina mebelalakkan matanya dan langsung melihat kearah sumber suara, SHAKA?!! Bagaimana laki-laki itu dapat dikamarnya?! Raina segera menutup mukanya dengan selimut lalu jalan kearah kamar mandi.

Dug

Shaka dengan cepat menolong Raina yang terbentur dinding akibat matanya tertutup oleh selimut, Shaka menahan tawa saat melihat kelakuan Raina. “Nja, lo gapapa?” tanya Shaka khawatir saat tidak mendapat respon dari gadis itu, saat selimutnya dibuka ternyata Perempuan itu terlelap.

“Takbir ya tuhan,” ucap Shaka mengelus dadanya.

***

“Masuk sana, gue telat gara-gara lo anjir,” kata Shaka.

“ya mana gue tau anjir,”

“buruan masuk, gerbang lo sedikit lagi mau ditutup itu,” ucap Shaka lalu pergi meninggalkan sekolah Raina tanpa berpamitan, Shaka ditugaskan menjadi petugas upacara hari ini, dan jangan sampai ia telat.

“Raina!” teriak Ellena dari kejauhan, dilihat Ellena Bersama Jaerah sedang membicarakan hal yang serius.

“Na, lo tau kata Reksa kelas kita ada yang jadi pelakor anjir,” kata Ellena dengan muka julidnya.

“Eh seriusan, tadi pagi Reksa liat kalau dia dilabrak istri sah didepan gerbang tau,” lanjut Ellena.

“Siapa si?” tanya Raina penarasan.

“Arel, gila banget kan?”

“Lah katanya suka sama si Biru, kok jadi pelakor si?”

“Katanya si ya dia suka sama Biru Cuma buat mengalihan isu doang,”

“kalau pengalihan isu kenapa gue sampe dijambak jambak dah, kan jadi rontok rambut gue,”

“Na, kamu mau aku kasih tips biar rambut ga gampang rontok?” ucap Jaerah setelah diam mendengar perdebatan diantara Ellena dan Raina.

“Eh iya kasih gue tips dong! Kebetulan rambut gue rontok akhir-akhir ini, setelah di jambak sama Arel.

“nanti gue kasih tau nama produknya okay?”

“sipp!”

Perbincangan mereka buyar saat ada guru yang menyuruhnya ke lapangan, Raina balik badan dan berniat pergi ke lapangan.

“Na, tas lo,” kata Ellena dan Jaerah barengan.

“Oh iya lupa hehehe,” cengir Raina dan segera meletakkan tas nya kedalam kelas.

Mereka bertiga jalan kearah lapangan Bersama dan baris sesuai kelas masing-masing, 15 menit telah berlalu dan saat ini bapak kepala sekolah memberikan amanat kepada anak-anak Smansa, tidak lama kemudian turun rintikan hujan yang mulai membasahi lapangan membuat Sebagian senang karena tidak melanjutkan upacara.

“woy Raina jatuh woy mana makin deres lagi!” teriak Galen ditengah keributan anak-anak lainnya.

“Kon tak samblek lo Len,” kata Raina.

“Yeass, kita main hujan,” ucap Ellena kegirangan sambil melompat-lompat.

“ANAK-ANAK HARAP TENANG, AYO KALIAN MEMASUKI KELAS,” ucap bapak kepala sekolah namun tidak ada yang mendengarnya dan sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Bapak kepala sekolah memijat keningnya pening anak-anak tidak ada yang mendengarkannya, tiba-tiba ada salah satu guru yang nyeletuk, “Udah biarin aja kocak, kayak ga pernah muda aja lu norak,” ucapan bu Yuni membuat bapak kepala sekolah mengelus dadanya lalu pergi masuk keruangannya.

“AYO ANAK-ANAK LANJUTIN MAIN HUJAN-HUJANNYA, HARI INI KALIAN FREE SAMPAI NANTI SIANG OKE?” teriak bu Yuni lewat pengeras suara.

Dengan semangat murid-murid menjawab dengan kompak, “SIAPP BU YUNII”

Tidak sedikit guru yang mengabadikan moment 3 angkatan bermain hujan Bersama.

Ditengah bisingnya murid-murid yang asik bermain hujan, Ellena mendorong Raina ke Tengah-tengah lapangan, lalu meninggalkannya. Raina bingung mencari keberadaan Ellena ditengah banyaknya orang. Saat kebingungan mencari Ellena, tiba-tiba kerumunan yang memenuhi lapangan kini perlahan terbelah, diujung keramaian terdapat Biru membawa satu buket bunga mawar putih yang cukup besar ukurannya, perlahan Biru mendekat membuat Raina istigfar didalam hatinya.

“Jangan gue, plis” gumamnya dalam hati.

Biru kini sudah didepannya dan memberikan Raina bunga mawar putih itu. Dia ada dua opsi kalau ditolak Raina ia akan melakukan suatu hal, jika diterima maka opsi keduanya akan dihapus.

“Raina Senja Melodika, maukah lo jadi pacar gue?” teriak Biru didepan banyak orang, Raina saat itu ingin menghilang saja rasanya, Raina ingin menolaknya, tapi banyak yang menyoraki untuk diterima saja.

“COCOK BANGET GANTENG SAMA CANTIK"

“TERIMA TERIMA”

Dan tidak sedikit orang benci melihatnya, yaitu fans fanatic Biru.

“Lo ngapa nembak gue anjir,” bisik Raina.

“Guys kalau seandainya gue diterima sama dia kalian makan dikantin gratis untuk hari ini,” teriak Biru, dan ya semua semakin ramai dan bersemangat.

Raina memutar bola matanya malas, dengan terpaksa Raina mengangguk dan menerima bunga dari Biru, Biru tersenyum senang dan memeluk Raina didepan banyak orang.

“im so sorry Biru,” ucap Raina lirih, namun tidak dapat dingar oleh Biru.

***

aku baru balik ni, ada yang kangen aku tidak??

oh iya aku ada obrolan antara anak anak daveroz dan dervanus di ig yaa, yuk segera kunjungi akun @acaelnaa
terimakasihh

Melodi Diujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang