Berniat mengelilingi Seoul untuk menenangkan diri, Se-hun mengemudi dengan berbagai macam pikiran yang memenuhi isi kepala. Sejak pertengkaran terakhir, Se-hun terus merasa gusar dan lelah sampai tidak tahu harus berbuat apa. Dia menjadi tidak menentu dan mengemudikan mobilnya tanpa arah tujuan kemudian berakhir pada taman yang selalu menjadi tempat pertemuan rahasianya dengan Somi.
Memarkirkan mobilnya di tempat seperti biasa, Se-hun keluar untuk berjalan sejenak sambil memasukkan dua tangan ke dalam saku jaket. Hanya beberapa langkah, Se-hun berhenti saat melihat sosok yang begitu dikenalnya sedang sendirian dengan posisi berdiri menatap pada taman disana. Itu Somi.
Degup jantungnya mengencang dan napasnya memburu seiring dengan kerinduan yang melesak begitu kuat. Meski remang, dia yakin jika dirinya tidak salah melihat gadis yang memakai kemeja putih kebesaran dengan skinny jeans berwarna hitam. Rambut yang dikepang menyamping terlihat berantakan karena terpaan angin malam dan Somi tampak sedang memeluk tubuhnya sendiri.
Spontan, kedua kaki melangkah cepat untuk menghampiri sambil melepas jaketnya dan memakaikannya tanpa ragu. Somi memekik kaget sampai melompat dan berbalik untuk menatapnya dengan ekspresi kaget.
Napas Se-hun tertahan saat jarak dengan Somi begitu dekat dengan dirinya yang menunduk dan gadis itu mendongak menatapnya.
"Sayang," panggil Se-hun spontan, dan tertegun karena panggilan yang selalu dilakukannya setiap kali bertemu dengan Somi. Bodoh, rutuknya dalam hati.
Somi memberikan senyum yang terlihat begitu sedih dan mengambil satu langkah mundur untuk menjaga jarak. Ada rasa nyeri yang menjalar dalam hati saat menerima sikap Somi yang seperti itu karena biasanya Somi akan tampak begitu sumringah dan senang setiap kali melihatnya.
"Akhirnya kau datang juga," ucap Somi kemudian.
"Kenapa kau sendirian disini? Apa kau tidak takut jika ada yang menjahatimu?" tanya Se-hun cemas.
"Aku hanya ingin menunggumu," jawab Somi langsung.
"Apa maksudmu?" tanya Se-hun bingung.
"Aku menunggumu setiap malam di jam yang sama selama dua jam di setiap harinya setelah kita bertengkar waktu itu," jawab Somi kemudian.
Tertegun, Se-hun menatap Somi tidak percaya. "Kau bisa mendatangiku atau..."
"Kau bahkan tidak mencariku dan aku merasa tidak bisa mencarimu karena sudah pasti kau akan menolakku," sela Somi cepat.
Se-hun tertegun lagi, kemudian memejamkan mata sambil menghembuskan napas berat. Tidak menyangka jika dia sudah melakukan kesalahan yang begitu fatal dalam menyakiti gadis itu.
"Maafkan aku," ucap Se-hun akhirnya. "Tapi, untuk apa kau melakukan hal ini?"
"Untuk memberimu kesempatan menjelaskan apa yang kau lakukan dan kenapa kau berbohong?" balas Somi tanpa ragu.
Se-hun mengangkat tatapan untuk melihat Somi yang tampak begitu serius. Dia tidak mengerti. Seharusnya, Somi memukul atau menghajarnya habis-habisan, bukan dengan sesi tanya jawab seperti ini.
"Kenapa?" tanya Se-hun akhirnya dan hanya itu saja yang bisa ditanyakan karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Terdiam, Somi tidak langsung membalas karena memperhatikan kesan bingung dari ekspresi Se-hun, dan kemudian menghela napas sambil menggelengkan kepala.
"Kau tidak terlalu mengenal dirimu sendiri rupanya," gumam Somi pelan.
"Apa maksudmu?" tanya Se-hun yang semakin bingung.
"Aku tahu jika kau berbohong padaku dengan harapan agar aku membencimu, Oppa. Jika kau berbohong, kau selalu menggunakan kata 'yeo' untuk mengungkapkan dirimu, padahal kau selalu menggunakan kata 'na' untuk percakapan sehari-hari. Seperti saat ini," jawab Somi mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Distance (FF)
Fiksi PenggemarFanfiction of Oh Se-Hun & Jeon Somi. Sequel from Love in Silence (Sehun's POV). ***** Dari kejauhan, hanya bisa mendoakannya setiap hari dan melihatnya dalam diam. Mencintainya adalah sebuah rahasia untuk menjaga ketenangan dan kenyamanan hidupnya. ...