****
Sinar mentari menyusup dari balik jendela, mengganggu tidur nyenyak seorang gadis, menariknya dari mimpi indahnya. Tak lama seseorang benar benar membangunkannya.
"Hazel, ayo bangun. Ini sudah jam berapa" ucap gadis lain yang di ketahui bernama Sheina Shinamont.
Sheina, ia anak pertama di rumah ini, ia kakak dari gadis yang masih sibuk dengan mimpinya tadi. Sheina cantik, dia gadis yang baik dan sopan. Sekarang Sheina sudah kuliah dan ia sudah di semester akhir.
"Sebentar lagi kak. Hazel sedang bertemu pangeran" jawabnya dengan posisi yang tidak beranjak sedikitpun bahkan masih setia memejamkan mata.
Gadi itu bernama Gisela Hazeluna Gloria Shinamont. Ia anak bungsu dari keluarga ini. Manik coklatnya benar benar sangat indah, rambutnya yang panjang dan lurus benar benar membuatnya terlihat sangat sempurna. Namun, di balik paras indahnya, sifat cerianya tak kalah memukau, ia juga sedikit tomboy namun tidak berlebihan, ia juga sangat blak blakan saat bicara namun itu masih dalam batas wajar.
"Ayo bangun Hazel, kamu mau bunda marah sama kamu karena kamu bangun siang? " Ucap Sheina tanpa mengurungkan niat untuk membangunkan Hazel.
Dengan gerakan malas, Hazel bangun dari mimpi indahnya. Berusaha mengumpulkan kesadaran sebelum akhirnya ia memilih untuk melangkah ke kamar mandi. Sedangkan Sheina kembali menyibukkan diri dengan acara beres beresnya setelah memastikan adiknya benar benar masuk ke kamar mandi.
.
.
."Selamat pagi bun" sapa Sheina pada sang bunda yang tengah asik membaca majalah. Tidak lupa Sheina juga menyempatkan untuk mengecup pipi sang bunda.
"Selamat pagi sayang" Jawab sangat ibunda tanpa berniat mengalihkan pandangannya pada sang anak. Yasmine Shinamont, itu adalah nama dari sang nyonya besar rumah ini. Yasmine adalah seorang Businesswoman, dan bisnisnya lumayan besar.
Tidak lama sebuah suara memecah keheningan di rumah besar ini, suara itu cukup merdu namun tetap saja salah jika yang mendengar adalah sang nyonya besar.
"Selamat pagi bunda, kakak dan orang orang rumaaahh" sapa Hazel dengan suara sedikit berteriak. Tanpa menunggu lama Hazel langsung duduk di kursi samping sang kakak.
"Hazel, sudah berapa kali ibu bilang, Jang--"
"Jangan berteriak di dalam rumah karena itu tidak sopan" potong Hazel sebelum kalimat sang bunda selesai. Hal tersebut di balas helaan nafas dari sang ibunda yang terlihat amat sangat jengah dengan perilaku sang bungsu.
"Maaf bun. Baik, kakak ada acara apa hari ini sampai kakak ku ini berdandan secantik bidadari" Tanyanya pada sang kakak seraya tangannya sibuk mencomot buah anggur yang ada di tengah meja makan.
"Hari ini kakak akan bertemu dosen pembimbing, do'akan kakak supaya skripsi ini cepat selesai, oke. Kakak sangat bosan melihat skripsi ini, zel." Ucap Sheina menjelaskan kegiatan hari ini.
"Sabar lah sayang, bagaimanapun juga itu semua untuk kebaikan mu kan?" Jawab sang bunda seraya mengelus lembut rambut Sheina.
"Kalo kakak harus merevisi skripsi kakak lagi, bilang aja sama Hazel. Bakal Hazel samperin dospem kakak dan bakal Hazel hajar dia" ucap Hazel dengan mulut yang sibuk mengunyah buah anggur segar.
"Hazel, bisakah kamu diam? Berhenti membuat lelucon dalam hal serius. Di hidup ini tidak semuanya adalah lelucon? Berhenti mengatakan atau membuat sesuatu yang akan menyulitkan kakakmu." Ucap sang ibu secara tiba tiba, ucapannya bak sebuah pisau yang menusuk hati Hazel. Padahal maksud Hazel bukan begitu, Hazel hanya merasa kasian pada kakaknya yang setiap hari harus merevisi skripsinya dan dia juga kesal pada dospem kakaknya yang selalu menolak skripsi kakaknya. Apakah Hazel salah?.
"Tapi bun--" ucapan Hazel terhenti karena sang kakak menahan dirinya. Sheina tau bahwa perkataan sang bunda menyakitkan tapi ia juga tidak mau jika bunda dan Hazel malah berdebat.
"Entah kenapa kamu selalu mengatakan omong kosong" ucap sang ibu dengan nada ketusnya.
"Bun, jangan gitu. Hazel kan cu--" belum selesai kalimat yang ingin Sheina sampaikan tapi sang ibu sudah menyela.
"Kamu bela saja terus adek kesayangan kamu itu. Lama lama dia akan semakin liar dan gak tau sopan santun. Bahkan kita tidak tau dia di Terima di kampus mu atau tidak. " Ucap sang bunda dengan emosi yang tidak terkontrol.
"Baiklah, jika begitu lebih baik aku pergi saja" ucap Hazel seraya beranjak dari tempatnya. Ketika ia berdiri, Hazel tidak sengaja menyenggol gelas yang berisi susu dan alhasil gelas tersebut pecah berserakan.
Mendengar suara dari gelas yang pecah tersebut sang bunda langsung menoleh dan menghela nafas dalam " Ya ampuuuunn...., Hazel, Bisa gak kamu bergerak lebih lembut? Sehari aja kamu gak bikin masalah, sehari aja gak bikin suasana hati bunda buruk, bisa gak? kenapa sih kamu suka banget bikin masalah"
"Karena bunda gak suka hal itu, makanya Hazel lakuin" jawab Hazel seraya melangkahkan kakinya dari sana, namun dengan tiba tiba ia berbalik "lalu apa yang bunda suka dari diri Hazel, bun? Coba bilang! Semua yang Hazel katakan itu salah, semua yang Hazel lakukan itu juga salah, semua yang Hazel pakai bahkan juga salah menurut bunda. Menurut Hazel, Hazel salah karena Hazel tinggal disini" Imbuhnya sebelum akhirnya ia pergi dari sana dan tak lupa tangannya juga dengan sengaja menyenggol sebuah vas bunga hingga jatuh dan pecah.
"Hazel, gak git--" Sheina berusaha mengejar Hazel tapi tangannya malah di tahan oleh sang bunda.
Sang bunda yang melihat kelakuan Hazel pun tidak percaya. Yasmine sampai membelalakkan matanya melihat tingkah laku Hazel. "Kamu lihat itu Sheina, adikmu itu benar benar tidak punya tata krama" ucapnya pada sang sulung.
Sedangkan Hazel, kini ia memilih untuk pergi ke taman, tempat dimana ia sering melampiaskan segala kekesalannya dan merenungi segalanya sendiri. Tidak lama Hazel sampai di taman dan ia duduk di salah satu bangku dengan wajah yang di sembunyikan di balik lipatan tangannya.
Tiba tiba sebuah tangan mendarat di rambutnya, tangan tersebut mengusap lembut rambut Hazel seolah sedang menenangkan gadis itu.
"Abis ribut sama bunda?" Sebuah suara menarik Hazel dari kesedihan. Hazel mendongak melihat sosok tersebut sebelum akhirnya masuk ke pelukannya.
Hazel pun menumpahkan tangisnya dalam dekapan sosok tersebut. Membiarkan segala rasa sakit dan sesak di dadanya luruh di dekapannya. Sosok itu adalah Arkatama Daniel Suhendra. Tama adalah teman kecil Hazel. Mereka saling mengenal sudah sejak kelas 3 SD dan kebetulan rumah mereka tidak terlalu jauh. Entah kenapa Tama selalu ada di saat Hazel sedang sedih atau lebih tepatnya saat Hazel datang ke taman untuk meluapkan perasaannya Tama dengan tiba tiba selalu ada di sana dan mampu menenangkan Hazel.
Dengan telaten Tama mengusap bekas lelehan air mata di wajah Hazel dan tidak lupa mengelus rambut Hazel. "Jangan nangis terus, ntar makin jelek. Masa udah jelek tambah jelek" gurau Tama berniat menghibur Hazel. Hal tersebut berhasil mendapatkan sebuah respon tidak terduga dari Hazel berupa cubitan di pinggangnya. "Adududuhhh... Sakit, Zel" aduh Tama.
"Rese banget lo. Temen lagi sedih bukannya di hibur malah di ejekin." Ucap Hazel bermaksud komplain atas apa yang di lakukan sang teman.
"Ya itu kan udah di hibur" jawab Tama tanpa rasa bersalah..
"Aneh lu, ada orang menghibur kek gitu. Bukannya senang tambah bm gua" ucap Hazel dengan bibir manyun yang di buat buat.
"Apaan lu manyun manyun gitu, mau tuh bibir di patok ayam" Ucap Tama menahan gemas.
"Dih, amit amit jabang bayi" ucap Hazel seraya mengetok ngetok kursi taman.
"Dari pada lu sedih, mending ikut gua cari eskrim. Mau gak?" Ajak Tama pada Hazel. Dan hal tersebut tidak butuh waktu lama untuk mendapat persetujuan Hazel.
"Ayo,. Dari tadi kek lu ngajaknya. Udah ayo jangan lelet lu ah" ucap Hazel seolah ia yang mengajak.
"Iya ayok, sabar dong" jawab Tama seraya berdiri dari duduknya.
"Go go go... " Hazel berjalan lebih dulu memimpin.
****
SAMPAI SINI DULU GUYS.
SEMOGA KALIAN SUKA.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YAA..
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐚𝐳𝐞𝐥𝐮𝐧𝐚
RomanceHa𝗓𝖾𝗅, 𝗀𝖺𝖽𝗂𝗌 𝖻𝖾𝗋𝖺𝗆𝖻𝗎𝗍 𝗉𝖺𝗇𝗃𝖺𝗇𝗀 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖾𝗋𝖺𝗉 𝗄𝖺𝗅𝗂 𝗆𝖾𝗇𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍𝗂 𝗉𝖾𝗋𝗂𝗅𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝖺𝖽𝗂𝗅 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗌𝖺𝗇𝗀 𝗂𝖻𝗎 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝖽𝗂𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺 𝖽𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗄𝖺𝗄. 𝖧𝖺𝗓𝖾𝗅 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝖾𝗆�...