16. rendahan

561 86 29
                                    

"marlo!"

sang pemilik nama pun keluar dari dapur belakang. mendapati sang mama yang lagi narik tangan jenan dengan raut muka marahnya. marlo sedikit lega sebab jenan ternyata baik baik saja setelah 2 hari tanpa kabar.

"jenan marlo kalian duduk. coba jelaskan ke mama apa yang sebenarnya terjadi sama kalian?"

jenan sama marlo duduk di satu sofa yang sama. sedangkan mama dan papa marlo berada di sofa yang lain. berbeda dengan mama marlo, papa marlo terlihat lebih santai.

"siapa yang mau jawab?!"

marlo menatap jenan yang lagi nunduk, "abang ma. abang bingung harus mulai dari mana. intinya abang udah ngecewain jenan"

"ngecewain dalam hal apa?" kali ini papa marlo yang bersuara.

"abang.... abang pacaran sama tetangga depan rumah"

"ABANG?!"

mama marlo hendak berdiri tapi ditahan oleh sang suami. jonathan tau kalau istrinya itu pasti akan marah besar. jadi lebih baik jonathan yang mengambil alih.

"apa alasannya bang?"

"abang jatuh cinta sama reyno pa. abang nggak tau kenapa bisa jatuh cinta sama reyno. dari awal memang jenan nggak peduli kalau abang pacaran sama reyno. tapi kemarin abang bilang sama jenan kalau abang pengen menikah sama reyno. dan disitu jenan marah sama abang"

"ya jelas marah lah abang! kamu kira istri mana yang nggak marah kalau suaminya mau nikah sama orang lain hah?! abang otaknya nggak dipake ya?" jonathan masih berusaha menahan istrinya.

"namanya reyno ya?" jonathan berucap, "abang cinta sama reyno, sama jenan cinta nggak?"

marlo menggeleng, "nggak pa. dari awal pernikahan ini cuma perjodohan. dan abang sama sekali nggak mencintai jenan"

"kenapa abang nggak mencoba mencintai jenan?" tanya jonathan.

"abang udah mencoba, tapi abang nggak bisa"

jonathan berdiri dari tempatnya. menatap anak sulungnya itu lamat-lamat. selanjutnya....

"coba abang berdiri"

BUAGHH

"PAPA!" teriak jefri dan jenan bersamaan.

marlo tersungkur dilantai gitu aja. "duduk ditempatmu lagi bang"

marlo berusaha berdiri dan duduk ditempatnya lagi. sambil megang pipinya yang terasa perih karena pukulan tiba-tiba papanya itu.

"papa nggak pernah sama sekali ngajarin anak papa jadi lelaki brengsek apalagi kamu bang. bayangkan kalo apa yang kamu lakukan ini terjadi sama adikmu. adikmu dan jenan sama sama sub. bisa saja adikmu merasakan apa yang jenan rasakan sekarang"

jefri cuma bisa menangis ditempatnya. meratapi kelakuan si sulung yang begitu menjijikkan. melihat itu, jenan berdiri dan duduk disamping mama mertuanya itu.

"sudah ma, jangan nangis" bisik jenan sambil membawa jefri kepelukannya.

"maafkan abang ya sayang... hikss"

"jenan sudah maafkan ma"

"kamu itu pria yang pengecut dan brengsek dimata papa sekarang. kalau memang kamu nggak cinta sama jenan, harusnya kamu ceraikan jenan dari awal sebelum kamu jatuh cinta sama orang lain. kamu kira gampang nahan cemburu? sekali pun jenan juga nggak cinta sama abang, pasti ada terbesit dibenaknya saat kamu lebih memprioritaskan orang lain dari pada istrinya sendiri"

"maafkan abang pa...."

"ngapain abang minta maaf sama papa? minta maaf ya sama jenan. disini jenan yang kamu sakiti bang"

bad relationship(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang