2. Bumi, Kota Hilir, dan Mechamato

89 15 0
                                    

Teman-teman boleh panggil aku Rikka atau Riiri ya~

Selamat membaca~


2. Bumi, Kota Hilir, dan Mechamato

Amato mengendarai sepedanya dalam perjalanan pulang dari sekolah. Sesekali, ia berdebat dengan robot merah yang selalu berada di sampingnya, Mechabot.

Amato mendongak ketika mendapati langit di siang hari ini semakin gelap. Awan yang semula terhampar menaungi langit menjadi terpusat seperti membentuk pusaran pada satu titik.

Tak lama, sebuah portal terbuka pada pusat pusaran tersebut. Menyebabkan angin kencang menyerupai badai. Saat itu, sesuatu seperti meluncur jatuh dari portal tersebut. Dalam hal ini, Amato merasakan deja vu. Ini mengingatkannya pada momen saat ia menemukan Mechabot, walau prosesnya berbeda.

Amato merasakan sebuah firasat, entah apa itu. Ia dan Mechabot saling berpandangan, kemudian keduanya menganggukkan kepala. Mereka memutuskan untuk menghampiri 'benda' yang tadi terlempar keluar dari portal.

Posisi 'benda' itu berada di tengah lahan kosong yang biasa ia lewati ketika pergi dan pulang sekolah. Sesaat setelah ia menemukan 'benda' itu, Amato terkejut. Rupanya itu manusia!

"Hati-hati, Amato. Bisa saja dia adalah alien dengan tujuan buruk yang datang ke bumi," Mechabot sedikit berbisik.

"Hah? Dilihat dari sisi manapun, bukan kah dia terlihat seperti manusia?"

"Hey, banyak penduduk di planet lain sana yang memiliki wujud seperti manusia Bumi, tahu!"

"Ah, sudahlah, kita periksa dia dulu. Sepertinya ia tak sadarkan diri!"

Amato bergegas menghampiri sosok yang terjatuh itu. Setelah berada lebih dekat, ternyata disamping orang itu terdapat sebuah bola kuning.

"Dia terlihat sebaya denganmu, Amato."

Amato mengamati bocah tersebut lekat-lekat. Ia memakai pakaian bernuansa oranye. Di dekatnya ada topi aneh berwarna oranye juga yang bisa Amato simpulkan bahwa topi tersebut milik bocah itu.

Rambut bocah tersebut berwarna coklat kehitaman, dengan sedikit bagian berwarna putih. Amato teringat kepada rambutnya sendiri dan milik ayahnya.

"Hm, entah kenapa, dia terasa familiar,"

Mendengar hal itu, Mechabot menatap bergantian antara Amato dan bocah oranye itu, "Eh, dia terlihat agak mirip denganmu. Apakah dia saudaramu?"

"Entahlah, aku tidak punya saudara, mungkin kami masih kerabat atau semacamnya,

Sebaiknya, untuk sementara kita bawa dia dulu ke rumah kita. Setelah dia sadar, kita bisa bertanya hal-hal yang ingin kita ketahui padanya," usul Amato.

"Yah, terserahmu saja," biasanya, Mechabot tidak akan perduli sama sekali tentang benda atau makhluk yang tidak ada hubungannya dengan dirinya. Tapi, bocah oranye itu sedikit membuatnya tertarik. Mungkin ini karena rasa penasaran?

"Tapi, bagaimana kita membawanya?"

"Heh, kamu masih bertanya? Sudah jelas kita akan membawa mereka --

[Mechabot Mechanize!]"

Amato dan Mechabot bergabung menjadi Mechamato. Dengan wujud mereka tersebut, mereka dengan mudah mampu mengangkat bocah oranye itu dengan bola kuning aneh itu sekaligus.

Saat akan melangkah untuk berjalan pulang, Mechabot berujar, "Tetap saja kita harus waspada, Amato,"

"Maksudmu?"

"Bola kuning yang bersama anak ini ... adalah power sphera"

...

Telinga Boboiboy berdengung. Ia merasakan tubuhnya tengah berbaring di atas sesuatu yang lembut. Seperti kasur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Temporary Meeting [Boboiboy x Mechamato Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang