1-prolog-

105 9 0
                                    

Happy reading 📖

.
.
.

Raga argantara berjalan cepat di sepanjang lorong sebuah sekolah menengah pertama, mengetuk sepasang sepatu pantofel miliknya.

Semua siswa-siswi yang berada disana menatap kagum pada lelaki yang sudah memasuki usia tiga satu puluh tahunan itu.

Begitu sampai di ruangan kepala sekolah, Raga langsung masuk setelah mengetuk pintu dan mendapatkan jawaban.

Di dalam sana sudah ada salah satu anaknya, seorang wanita paruh baya dan anak di kursi sebelah kiri, dan kepala sekolah yang duduk di kursinya sendiri. "Silakan duduk pak," setelah mendapatkan suruhan itu, Raga segera menempatkan dirinya di samping anaknya.

Kepala sekolah itu berdehem, sebelum mengucapkan beberapa kata, "jadi begini pak. Anda pasti tau bahwa anak anda, Harsa telah berkelahi dengan salah satu murid kami. Dia–

"Dia memukul anakku sampai wajahnya lebam dan ujung bibirnya robek!" Wanita itu langsung saja menyambar ucapan kepala sekolah.

Arga tidak terkejut mendengarnya, tentu ia tau bahwa salah satu anaknya, Harsa memang kurang bisa mengendalikan emosinya. Meski faktanya bahwa Renja yang selalu turut mengomeli nya dan ketiga kembarannya, tapi jika urusan berkelahi, Harsa tidak akan mau kalah.

Memasuki jenjang SMP membuat Harsa berubah, sebelumnya anak itu tidak pernah mencari masalah sepanjang tahun sekolahnya, tapi kini ia selalu terlibat dalam perkelahian. Dan Arga tidak tau penyebabnya, selama ini Arga mengira bahwa anak kesayangannya itu hanya salah pergaulan. Tapi melihat ketiga anaknya yang lain, yang tidak pernah berubah, membuatnya berpikir kembali.

Raga menatap Harsa yang duduk di sampingnya, wajahnya tampak bersih, daripada anak di seberangnya, yang mana wajahnya terlihat dipenuhi lebam. Harsa nampak tidak menyesali perbuatannya.

Arga menghela napasnya, lalu kembali menatap ibu dan anak yang masih duduk diam dipenuhi emosi diseberang nya. "Maaf atas perbuatan anakku, aku akan mendidiknya dengan lebih baik lagi. Aku pastikan ini tidak akan terjadi lagi," ucapnya penuh penyesalan.

Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya mereka sepakat untuk menutupi masalah ini. Toh ini bukan masalah besar, hanya kenakalan remaja biasa. Seiring berjalannya waktu, Arga percaya bahwa anak jahilnya ini akan berubah.

Begitu keluar dari ruang kepala sekolah, Raga melihat ketiga anak lainnya berdiri di depan pintu, menunggu mereka berdua.

Arga sedikit membungkukkan tubuhnya, menatap kedua netra anak kesayangannya, "Harsa, ayah tau sejak dulu kamu anak yang jahil, gak mau diam, dan rewel. Tapi untuk kesekian kalinya, ayah mau tanya sama Harsa. Kenapa Harsa selalu berkelahi dengan anak-anak lain?" Tanyanya dengan begitu lembut.

Harsa terdiam, ia mengalihkan pandangannya, enggan untuk menatap mata ayahnya. Ia tau bahwa ia telah mengecewakan ayahnya, ia tau bahwa ia telah membuat ayahnya sedih dengan kelakuannya. Tapi untuk kesekian kalinya, ia tidak mau menjawab pertanyaan yang selalu dilontarkan ayahnya ketika keluar dari ruang kepala sekolah.

"Harsa, jawab ayah." Arga sedikit menggoyangkan bahu anaknya, ia hanya ingin tau kenapa anak kesayangannya selalu berkelahi. Disaat ketiga kembarannya selalu berusaha untuk tidak mencari masalah saat di sekolah, tapi kenapa selalu Harsa lagi, Harsa lagi yang terlibat masalah. Dan masalahnya selalu sama dari tahun ke tahun.

quadruple ayah Where stories live. Discover now