13

31 8 33
                                        

PERINGATAN: CERITA INI HANYA DAPAT DINIKMATI UNTUK USIA 17 TAHUN KE ATAS. BEBERAPA ALUR, KATA-KATA KASAR DAN TIDAK PANTAS AKAN HADIR DI CERITA INI. DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI.

CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA.

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


13
||• TERLAMPAU BAIK •||
.

.

.

Satu malam penuh Rudi tak bisa tertidur dengan pulas. Rasa cemas dan khawatir itu kembali menghantui jiwanya yang hampa. Semalaman Maya tak pulang. Padahal Rudi hanya meninggalkan Maya dalam waktu satu setengah jam saja. Jika dihitung-hitung, waktu itu tidak terlalu lama kan?

Ketika Rudi tiba di rumah kediaman Maya, dia sama sekali tak bisa menemukan gadis itu. Pintu rumah depan juga tidak dikunci, hanya sekadar di tutup saja. Rudi mengira bahwa Maya hanya pergi untuk sesaat, mungkin dia pergi ke warung terdekat karena perlengkapan makanan habis. Maka dari itulah, Rudi tak terlalu khawatir. 

Namun, jika sampai saat ini Maya tak kunjung pulang, bukankah itu cukup mengkhawatirkan? Ini sudah berganti hari loh. Rudi gelisah sekali, otaknya mulai merekam kembali ingatan tentang percakapan Maya kemarin. Gadis itu meminta bantuan Rudi untuk tinggal karena Maya merasa terancam oleh seseorang. 

Jika kepergiannya kemarin menyebabkan Maya dalam bahaya, bukankah itu sama saja seperti Rudi yang bersalah?

"Argh, sialan!" Rudi mengumpat kesal, mengacak rambut dengan kasar. 

Sekarang dia tengah berada di ruang tamu, duduk di antara sofa yang hening. Ekor matanya melirik ke atas, menatap jam dinding yang tergantung. Baru pukul tujuh pagi, masih terlalu pagi untuk berpikiran negatif. 

Membuang napas perlahan, Rudi mengusap wajahnya yang gusar. Dia berusaha untuk tetap tenang dan mengendalikan pikirannya. "Tenang, Rudi. Aku pikir, Maya nggak akan kenapa-napa tapi kenapa dia nggak pulang-pulang ya? Apa jangan-jangan...."

Alih-alih merasa tenang, sekarang pikiran Rudi malah semakin kacau dan dipenuhi oleh rasa bersalah. Sejenak Rudi menggelengkan kepalanya pelan, mencoba untuk kembali menepis pikiran negatif yang perlahan merusak otaknya. Tidak ada gunanya Rudi berada di sana jika Maya saja pergi meninggalkannya. 

Sepuluh menit berlalu bersamaan dengan Rudi yang membisu di posisinya. Mungkin lebih baik Rudi pergi saja dan mencari Maya di luar. Siapa tahu jika dia pergi dan fokus mencari di luar Rudi tanpa sengaja bertemu dengan Maya? Lagi pula dia juga merasa tak enak hati jika menumpang terlalu lama. Tetangga yang berada di sekitar rumah Maya benar-benar membuat Rudi tak betah. 

Baiklah, sudah diputuskan. Rudi berlalu, mengambil tas bawaannya yang tergeletak di dalam kamar lalu membawanya pergi. Ketika Rudi sempurna membuka pintu dan ingin meninggalkan rumah tersebut, Maya tiba-tiba saja muncul di hadapannya. Tampak gadis itu menampilkan ekspresi terkejut, baru saja dia ingin mengetuk pintu. 

Malam yang Gemerlap [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang